“Lalu Yesus berkata: ‘Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?” (Lukas 17:17-18)

Pengajaran dari perikop di atas adalah kita harus mengucap syukur atas berkat-berkatNya. Sangat disayangkan, seringkali kita hanya mencibir kesembilan orang yang sama sekali tidak mau berusaha untuk mengucapkan rasa terima kasih.

Ayat-ayat ini dhidupkan kembali pada kehidupan modern sehari-hari. Banyak sekali hal baik yang terjadi pada banyak orang – apapun latar belakang agama mereka. Apakah kita menyadari bahwa Tuhan tidak peduli siapa yang diberkatinya? Orang-orang kafir dan orang-orang yang tidak percaya mendapatkan air pada tanaman mereka oleh Tuhan yang sama dengan Tuhan yang memelihara tanaman orang-orang Kristen. Pengemudi yang kasar, sembrono, dan yang suka mengucapkan kata-kata makian di jalan tol tetap sampai tujuan dengan selamat sama seperti mereka yang bersabar dan mengasihi. Pasien yang mengalami sakit-penyakit yang serius, yang tidak pernah mengucapkan satu patah kata doa-pun menikmati mujizat kesembuhan; sedang orang Kristen di ranjang sebelah meninggal meskipun sejumlah jemaat berdoa dengan sungguh-sungguh. Sudah cukuplah kita mencibir sampai-sampai bibir kita tidak bisa mencibir lagi!

Mengapa Tuhan mengasihi dan memberkati mereka-mereka yang tidak mengasihiNya? Suatu hari nanti kita akan mengerti betapa dalam kasihNya, tetapi untuk saat ini, kejanggalan ini membingungkan kita. Saat ini, Tuhan menginginkan kita untuk mengasihi sama seperti Ia juga mengasihi. Dengarkanlah Tuhan Yesus kita sewaktu Ia berkata, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Mat. 5:44-45).

Tuhan mencurahkan kasihNya kepada semua tanpa membeda-bedakan ras, kepercayaan, latar belakang etnis, tinggi, berat badan, warna mata, seberapa sering kita berkebaktian, penghasilan, bahasa ataupun jenis anjing peliharaan yang mereka miliki. Kita tidak tahu berapa banyak orang yang menyadari akan kasihNya dan mengucap syukur akan kebaikanNya. Mungkin hanya 10 persen. Semoga saja, lebih tinggi. Tugas kita adalah untuk menjadi di antara yang 10 persen itu dan menggunakan mulut kita untuk berdoa ketimbang mencibir. Berdoalah agar lebih banyak orang lagi dapat menyadari kasih Tuhan dan datang kepadaNya untuk berkat terakhirNya ketika Tuhan Yesus datang kembali.