Aku duduk di atas sebuah bukit dan mengawasi badai berjalan melalui lembah. Sungguh sebuah pemandangan yang sulit dilupakan. Aku merasakan deruan angin dan hujanan air di kepalaku. Langit penuh dengan kegelapan dan awan-awan bak menangis mencucurkan air mata. Pemandangan bukit yang subur tampak jauh berbeda dan keindahannya seperti hilang selamanya. Aku duduk di sana dan memperhatikan hujan menenggelamkan tumbuhan, bunga, dan buah-buahan. Lembah itu penuh dengan gema petir bersahut-sahutan. Tetapi setelah beberapa waktu, badai akhirnya reda dan berlalu dari lembah itu.

Aku kemudian merenungkan, “Ke manakah badai yang hebat itu dan kegelapan mengerikan yang ia bawa? Ke manakah perginya mereka?” Aku duduk di tempat yang sama keesokan harinya dan memperhatikan lembah di depanku. Entah bagaimana, rerumputan, bunga dan segala yang tumbuh di lembah itu tampak jauh lebih indah daripada kemarin. Aku tidak sepenuhnya mengerti mengapa demikian. Pada saat itulah si rumput berkata, “Sebagian ada padaku. Sebagian badai itu ada di dalamku.” Bunga yang indah berkata, “Sebagian lagi ada padaku.” Dan buah-buah serta tumbuhan yang lain di lembah itu pun berkata, “Sebagian badai itu telah menghasilkan kilauan dalamku.”

Kita semua berjalan melalui ujian yang berbeda-beda dalam kehidupan, entah itu ada dalam keluarga, sekolah, atau kerohanian kita sendiri. Di masa-masa itu, pandangan kita begitu terbatas, sehingga kita tidak dapat melihat dengan jelas kemanakah kita berjalan. Rasanya hampir seperti buta. Apa yang kita lihat adalah kegelapan, tidak ada cahaya. Tidak ada kehidupan. Kekuatiran lalu menanti, kesendirian menumpuk, dan rasa malu mengisi hati kita saat kita mengawasi badai ini melalui kita. Ketika hujan turun dengan deras dan awan-awan menggoncang diri kita dengan petir, kita berpikir: bagaimana mungkin sesuatu yang baik dapat muncul dari badai separah ini?

Bacalah kembali cerita pendek di atas. Rerumputan, bunga, buah dan segala yang tumbuh dari lembah itu berkata, “Sebagian dari badai telah menghasilkan kilauan dalamku.” Pada awalnya bukanlah sesuatu yang enak dipandang. Namun badai harus terlebih dahulu melalui mereka agar setelah itu dapat menghasilkan kilauan dalam diri mereka.

Dan buatmu, sahabat, sebagian dari badai itu ada padamu. Bila bukan karena badai, engkau tidak akan seindah hari ini.

Badai ini mengamuk dalam kehidupanmu sebagai cara Allah untuk melakukan pekerjaan yang lebih hebat di dalam dirimu, hanya bila engkau telah belajar untuk percaya kepadaNya. Segelap apapun hari di waktu siang dan malam-malam panjang yang berlarut-larut; awan-awan kegelapan akan turun sebagai hujan berkat bila engkau mengimani bahwa badai ini akan menolongmu tumbuh dan menghasilkan banyak buah.

Bila engkau mempercayakan tanganmu dalam genggaman tangan Allah yang perkasa, hatimu tidak akan lagi menuntut jawaban. Pertanyaan “mengapa” akan menjadi tidak penting bila engkau percaya bahwa Allah mampu dan akan menggantikan kepahitanmu dengan kebaikan dan kemuliaanNya. Engkau dapat mengetahui Ia ada di hari esok hanya bila engkau telah melalui kegelapan itu bersamaNya.

Karena itu, bangkitlah, bersukacitalah, sahabat. Karena sebagian ada padamu.

Renungan:
Bagaimana caranya Anda percaya kepada Allah dalam badai-badai kehidupanmu?