Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.”
Yohanes 13:34

Seorang pelajar berkata bahwa ia bersekolah di satu kota setelah pindah dari kota lain. Pelajar ini sering ambil bagian dalam berbagai acara di gereja. Pada semester pertamanya, saat pergi ke gereja, tak ada seorang pun yang menyapanya. Baru pada semester kedua ada seorang yang menanyakan dari mana asalnya. Akhirnya, pelajar ini mengetahui perkara yang jelas – gereja yang dikunjunginya tidak memiliki kasih. Seorang pelajar lainnya menceritakan bagaimana dia juga bersekolah ke kota lain dan menghadiri berkebaktian di kota itu. Pada hari pertama ia memperkenalkan diri pada gereja yang baru, ia diterima sebagai salah satu anggota keluarga. Perasaan yang diterimanya adalah seperti keluarga yang penuh kehangatan dan kasih. Seperti inilah seharusnya gereja yang penuh kasih.

Tuhan berkata, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” Saling mengasihi bukan diwujudkan dengan duduk-duduk dan menunggu untuk menerima kasih, melainkan, kita harus bangkit dan secara aktif menunjukkan kasih kita satu terhadap yang lain. Kalau Anda merasa belum pernah dikasihi, mungkin Anda berpikir secara pasif. Pernahkah Anda menunjukkan kasih Anda kepada orang lain? Kalau kita semua memahami kebenaran ini dan memperlakukan orang lain dengan kasih dan belas kasihan, perintah untuk “saling mengasihi” akan menjadi perlakuan umum di gereja Tuhan.

Seorang saudara membiayai beberapa pelajar untuk belajar di Amerika Serikat. Saat berpisah, seorang pelajar bertanya kepada saudara ini, “Anda sudah mengeluarkan banyak biaya untuk menolong saya belajar di luar negeri. Saya tidak tahu bagaimana membalasnya.” Saudara tersebut menjawab, “Setelah kau menyelesaikan sekolah, dan mampu menolong orang lain menyumbang kepada masyarakat sebagaimana saya menolongmu – itulah balasan terbesar untuk saya.”

Dalam saling mengasihi, kita tidak boleh mengharapkan balasan. Melainkan, ketika kita saling mengasihi, kita harus mengarahkan mata untuk melihat balasan di masa depan – balasan berupa orang lain juga akan belajar cara mengasihi. Tanpa kasih yang bertumbuh dan berkembang seperti itu, apa kelebihannya menolong orang miskin kalau hanya di permukaan saja?

“Sama seperti Aku mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi.” Kasih Kristus diwujudkan dalam teladan-Nya melayani murid-murid-Nya dan bahkan menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib – ini Dia lakukan bukan untuk diri-Nya, tapi demi kita. Kalau kita mengikuti teladan Yesus yang lebih memperhatikan sesama dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, kita bisa dianggap sebagai murid-murid sejati Tuhan.