“Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi.”
Yakobus 5:7

Saat bekerja di ladang Tuhan, sudah barang tentu kita menghadapi keadaan-keadaan yang menantang. Bila kesulitan itu tampak besar dan kelihatannya terlalu berat untuk kita pikul, kita mulai kehilangan kesabaran.

Melalui Yakobus, Allah mengajarkan kita untuk menghadapi keadaan dengan belajar dari petani. Di masa lalu, tidak ada perkiraan cuaca dengan satelit, penyiram air otomatis, pestisida, pupuk kimia, atau kendali suhu yang menolong petani bercocok tanam. Setelah si petani membajak sawahnya dan menaburkan beni, ia hanya dapat menunggu Tuhan. Petani hampir-hampir tidak punya kendali dalam keadaan itu, dan ini mendesaknya menjadi sabar dan menaruh kepercayaan kepada Allah.

Bagaimana agar kita dapat menjadi sabar seperti petani di masa kesusahan?

  1. Tetap memusatkan perhatian kepada Tuhan. Yakobus mendorong kita untuk meneguhkan hati dan tetap tegar, dan menyadari bahwa kedatangan Tuhan sudah semakin dekat (Yak. 5:8). Apabila kita meyakini pandangan bahwa kita adalah bagian dari rencana Allah dalam hidup kita yang singkat di bumi, maka kita akan tahu bahwa “yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan” (1Kor. 3:7).
  2. Tahan lidah kita. Di saat menghadapi tekanan yang tinggi, kita cenderung mengeluh. Namun Yakobus memperingatkan kita, “saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu” (Yak. 5:9). Kita perlu mengawasi bahasa kita: “Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman” (Yak. 5:12).
  3. Belajar dari teladan-teladan kesabaran dalam penderitaan. Yakobus menyebutkan Ayub dan nabi-nabi, dengan berkata, “Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan” (Yak. 5:10). Bagi kita, teladan-teladan ini dapat kita lihat pada hamba-hamba Tuhan atau pekerja-pekerja pelayanan yang diam-diam menanggung penderitaan demi melakukan pelayanan mereka. Mari kita belajar dari contoh-contoh ini dengan memusatkan perhatian kepada Tuhan, dengan diam bekerja dengan tangan kita, dam memegang teguh janji kerajaan Allah.

Renungan:
Apakah akhir-akhir ini Anda merasa Allah tidak lagi mendukung Anda?
Langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk mendekat kembali kepada Allah?