“maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: “Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu.” “


Kalimat itu membuat Elia kabur melarikan diri. Ketika Ratu Izebel mengancam untuk membunuhnya, Elia menjadi begitu takut sehingga ia meminta Tuhan mengambil nyawanya. Mengapa ini terjadi? Elia selalu tampak begitu kuat dalam iman – bukankah ia menantang 450 nabi-nabi Baal dan menghabisi mereka semua di Gunung Karmel?

Seberapapun kuatnya Elia, pada akhirnya, ia juga seorang manusia. Seperti dia, kita juga mempunyai kelemahan, dan mempunyai batas. Di hari yang satu kita merasa kuat, tetapi esoknya rubuh begitu saja. Allah melihat kelemahan-kelemahan kita dan akan memberikan pertolongan. Allah mengutus seorang malaikat dua kali dan menyediakan Elia roti dan air. Kedua kalinya, si malaikat mendesaknya untuk makan dan melanjutkan perjalanan. Seperti itu juga, kita harus terus melanjutkan perjalanan iman ini, betapa pun sulit rasanya. Seperti yang kita tahu, jalan menuju surga sangat sempit dan sulit, sementara jalan menuju kebinasaan sangat lebar.

Ketika meneruskan perjalanan iman ini, kita mungkin menjadi seperti Elia, mencari Allah di tempat-tempat yang salah. Elia mengira Allah akan menampakkan diri-Nya dalam fenomena alam yang dahsyat, seperti angin, gempa bumi atau api. Tetapi Allah datang dalam bentuk suara yang lemah lembut (1Raj. 19:12). Ketika kita mencari-Nya dengan hati yang tenang, di sana Ia menunggu.

Kita dengan mudah dapat terkena “sindrom Elia”, mengira hanya kita saja yang sungguh-sungguh melayani Allah, dan hanya kita saja yang benar. Ini adalah konsep yang salah. Allah menjawab pertanyaan Elia, “Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.” (1Raj. 19:18). Maka, lain kali ketika kita merasa sendirian saat melayani Allah, ingatlah bahwa ada saudara-saudari seiman yang juga sama-sama berjuang demi Allah. Sesungguhnya kita tidak sendirian. Ada ribuan saudara yang telah Allah sediakan untuk melayani-Nya.

Renungan:
Apakah Anda menderita “sindrom Elia”? Apa yang dapat Anda lakukan untuk menghilangkannya?