“Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.”

Bagi janda dari Sarfat, masa itu adalah masa yang paling sulit. Yang tersisa di rumahnya hanyalah segenggam tepung dan sedikit minyak, untuk membuat makanan terakhir sebelum ia dan anaknya menantikan kematian. Pada saat itulah, Elia memintanya membuatkan roti pertama-tama untuknya, dan setelah itu untuk keluarga janda itu.

Dalam masa-masa ekonomi yang kacau pada hari ini, kita menghadapi dilema yang serupa dengan yang dialami janda itu. Dengan lebih dari 13 juta pengangguran di Amerika Serikat, banyak di antara kita berjuang keras untuk melunasi berbagai macam tagihan. Apabila kita baru lulus kuliah sarjana, kita mungkin telah mengirim ratusan – bila tidak ribuan – lamaran pekerjaan, berusaha mendapatkan pekerjaan. Dan apabila kita beruntung telah bekerja, kita mungkin seringkali bekerja lembur karena takut dipecat. Seperti janda itu, kita mendapati diri kita terdesak untuk memilih. Apakah kita menggunakan waktu kita yang amat berharga pertama-tama untuk melayani Allah di gereja-Nya? Atau kita mementingkan kebutuhan kita terlebih dahulu untuk memastikan kita terus bertahan hidup?

Memilih mendahulukan kepentingan kita tampaknya merupakan pilihan yang lebih masuk akal. Lagipula keterdesakan kebutuhan kita sudah merupakan hal yang pasti. Kita mempunyai tagihan-tagihan kebutuhan hidup yang harus dibayar, dan keluarga untuk diberi makan; kemiskinan sudah mengetuk di depan pintu kita.

Tetapi si janda memilih mendahulukan Allah. Hasilnya? Ia dapat melayani Allah dan mempunyai cukup makanan untuk memberi makan anaknya dan dirinya sampai bencana kelaparan usai.

Begitu juga, saat kita diminta untuk melayani di gereja, kiranya kita juga mempunyai iman untuk mendahulukan Allah sebelum menangani berbagai kekuatiran kita. Ini bukanlah pilihan yang mudah. Dengan kekuatan mental kita yang sudah setipis kertas karena tekanan mencari atau mempertahankan pekerjaan, kita mudah sekali merasa ragu dan tidak pasti saat diminta melakukan pelayanan. Kita bahkan merasa tidak ada orang yang peduli dengan keadaan kita yang terdesak. Tetapi seperti Allah memelihara janda itu, janji-Nya kepada kita tetap sama pada hari ini. Apabila kita mendahulukan Allah, kita akan melihat kemuliaan Allah dalam kehidupan kita: “Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya”