Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
Kejadian 1:1

Kalimat pembukaan dalam Alkitab menempatkan hubungan kita dengan Allah dalam sudut pandang yang tepat. Allah adalah sumber dan asal mula segala sesuatu. Ia menciptakan. Tanpa perbuatan penciptaan-Nya, tidak akan ada segala sesuatu (Yoh. 1:3). Segala sesuatu berasal dari Dia dan merupakan hak milik-Nya. Kita tidak mempunyai apa-apa. Kita tidak menyatakan apa pun sebagai milik kita – hak milik, pencapaian, atau bahkan nyawa kita. Ia adalah Tuhan dan Tuan kita. Dengan pengertian ini, kita akan dengan rendah hati menyerahkan diri kita dalam kehendak-Nya yang maha kuasa. Kita akan memberikan segala kemuliaan dan hak kepemilikan. Itu sebabnya saat memikirkan kemahakuasaan Allah yang absolut, Paulus menyatakan, “Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Rm. 11:35-36)

Kalimat pembukaan ini juga menyatakan kefanaan seluruh alam semesta dibandingkan dengan kekekalan Allah, kefanaan kita dengan kekekalan-Nya. Bahkan sebelum ada awal, Allah sudah ada. Allah senantiasa ada, dan akan ada senantiasa. Di mata Allah, segala ciptaan ada dalam dimensi waktu yang kecil di antara kekekalan yang tidak berakhir. Seperti yang ditulis oleh pemazmur, “Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam” (Mzm. 90:4).

Karena alam semesta mempunyai awal, ia juga akan berakhir:

Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu. Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan. Anak hamba-hamba-Mu akan diam dengan tenteram, dan anak cucu mereka akan tetap ada di hadapan-Mu. Mazmur 102:25-28

Dalam sudut pandang kekekalan, segala sesuatu di bawah langit atau di bumi ini tidak berarti. Hanya Allah yang berarti. Langit dan bumi akan berakhir dalam sekejap mata. Tetapi apabila dalam ruang dan waktu yang fana ini kita dapat mengenal Pencipta kita, maka kita telah menemukan arti dalam keberadaan kita.

Tuhan, Pencipta langit dan bumi, aku menyerahkan diriku dalam tangan-Mu, karena Engkaulah Pencipta dan Tuanku. Ingatkanlah aku akan hidup yang fana, dan tolonglah aku setiap hari melihat kehidupan dari sudut pandang-Mu yang kekal.