Allah menyediakan banyak pekerja di setiap masa sejarah manusia untuk melakukan pekerjaan-Nya. Ia, begitu juga telah memilih kita di akhir zaman ini untuk melayani Dia. Tidak ada yang dipandang lebih layak daripada yang lain dalam hal melayani. Ini adalah anugerah Allah. Sebagian pekerja dengan setia memenuhi apa yang diminta Allah kepada mereka. Yang lain jatuh di tengah jalan saat menjadi pekerja Allah, karena mereka tidak melakukan pelayanan mereka seturut dengan kehendak ilahi. Namun dalam segala hal, pekerjaan Allah terus berlanjut.

Hambatan terbesar dalam melakukan pelayanan, adalah pekerja-pekerja itu sendiri. Kadang-kadang, mereka memusatkan perhatian terlalu banyak pada pekerjaan pelayanannya, sehingga mereka kehilangan pandangan pada tujuan ilahi di balik pelayanan itu. Pelayanan kita haruslah keluar secara alami dari pengertian akan kehendak Allah, yang merupakan dasar pekerjaan pelayanan kita (Yoh. 4:34). Idealisme milik Allah ini dapat dicapai apabila kita terus menerus memperbarui rohani kita, dengan cara secara jujur meneliti dan memperbaiki diri kita.

Sebuah pertanyaan penting dalam meneliti diri sendiri adalah: “Apakah kita sungguh-sungguh tahu apabila pekerjaan yang kita lakukan benar-benar kepunyaan Allah?” Kita tidak mempunyai hak khusus atas satu pekerjaan Allah pun. Allah meminta kita melakukan pelayanan “dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia” (Flp. 2:3a). Pelayanan dimaksudkan untuk dibagikan menurut talenta dan karunia tiap-tiap pekerja (1Kor. 12; Rm. 12; Ef. 4). Apabila semua orang mengerti prinsip bekerja bersama ini, barulah kita dapat mengusir kesombongan dan iri hati. Kita harus dapat menerima koreksi diri. Bila tidak, kita akan menghambat kemajuan pekerjaan Allah.

Untuk bekerja, kita memerlukan hikmat Allah. Salah satu aspek dalam hikmat ini adalah dengan menghormati satu sama lain (1Ptr. 5:5). “Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” (Flp. 2:3b). Ketika sebuah pekerjaan harus dilakukan, akan lebih baik apabila rencana pekerjaan terlebih dahulu didiskusikan dan disetujui oleh rekan-rekan sekerja. Telinga yang mendengar dan menghargai usul-usul orang lain adalah sebagian cara untuk menghormati satu sama lain.

Ketika sebuah perselisihan terjadi, tiap-tiap pihak yang terlibat haruslah menghadapinya dengan doa. Mungkin ada dari diri kita yang harus kita ubah. Dan kita juga harus saling mengampuni dengan tulus. Ini adalah agar Allah menerima pekerjaan pelayanan yang kita lakukan.

Ingatlah senantiasa, Allah meneliti hati kita. Motivasi kita akan menentukan apakah Allah menerima pelayanan kita atau tidak. Allah mempunyai hak final untuk menentukan apakah pekerjaan yang kita lakukan berkenan atau tidak. Mari kita berdoa agar kita semua tahu apa yang sedang kita lakukan untuk Tuhan.

Renungan:
Selidikilah sikap Anda sendiri di dalam pelayanan Anda kepada Tuhan. Apakah Anda memusatkan perhatian pada pekerjaan sebagai tujuannya, atau apakah Anda senantiasa mengingatkan diri sendiri bahwa pekerjaan ini adalah milik Allah, dan merupakan berkat dari Allah sehingga Anda dipandang layak menjadi bagian di dalam pekerjaan-Nya?