“Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” (Galatia 6:7)
Ada banyak kejadian aneh di dunia ini yang mungkin mencengangkan kita, dan banyak keadaan-keadaan tidak adil yang membuat kita jengkel. Namun, menabur dan menuai adalah dua fenomena yang paling biasa terjadi dan seringkali kita lihat. Seorang menuai apa yang ia tabur, dan tidak ada yang dapat lari dari hukum ini.
Di dua kesempatan, hamba-hamba Ishak menggali sumur untuk mendapatkan air di sebuah lembah, tetapi orang-orang dari Gerar merebut sumur-sumur itu. Ishak tidak mempermasalahkan hal itu dengan mereka; sebaliknya dengan rela Ishak membiarkan mereka merebutnya. Ketika hamba-hamba Ishak menggali sumur yang ketiga, tidak ada yang datang untuk mencari ribut. Karena itulah Ishak menamakan tempat itu Rehobot, yang berarti “luas”. Ishak menabur dengan rendah hati, dan menuai tuaian yang berlimpah – musuh-musuhnya menjadi teman, dan ia menerima berkat berlimpah dari Allah (Kej. 26:19-22).
Suatu kali suku Yehuda berperang melawan seorang raja bernama Adoni-Bezek dan menangkapnya. Orang-orang Yehuda memotong jempol kaki dan tangannya. Dengan penuh penyesalan, raja itu berseru, “Ada tujuh puluh raja dengan terpotong ibu jari tangan dan kakinya memungut sisa-sisa makanan di bawah mejaku; sesuai dengan yang kulakukan itu, demikianlah dibalaskan Allah kepadaku.” (Hak. 1:5-7). Adoni-Bezek menabur kekejaman, dan menuai pembalasan dari Allah. Seperti telah dibuktikan, hubungan sebab akibat ini terjadi.
Seorang anak mempersembahkan lima roti dan dua ikat. Yesus menerima persembahan kecil ini dan mengucap syukur. Persembahan yang tampak kecil ini menjadi makanan bagi lima ribu orang. Semua orang mendapatkan cukup makanan, dan sisanya memenuhi 12 keranjang. Anak ini menabur hanya sedikit, tetapi menuai berkat yang tak terhingga – sebuah berkat yang tidak hanya memberi makan dirinya sendiri, tetapi banyak orang.
“Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya”. Firman Allah ini sangat tepat. Tuhan Allah kita bukanlah allah yang dapat dipermainkan. Kita harus menabur lebih banyak benih kebaikan untuk berjalan seiring dengan sifat Roh Kudus, agar kita dapat mendapat dan menuai berkat dan upah yang lebih besar.