Setelah saya selesai membaca 2 Tawarikh, saya mengeluh. Saya merasa sedih melihat kesalahan-kesalahan yang dilakukan beberapa raja Yehuda yang sebenarnya baik. Mereka adalah Asa, Yosafat, Uzia, Hizkia, dan Yosia. Mereka melakukan pembaruan rohani dalam Kerajaan Yehuda. Saya merenungkan keberhasilan dan kejatuhan mereka. Raja-raja belia menghormati Allah dengan semangat muda mereka. Beberapa akhirnya menjadi plin-plan di usia tua mereka. Bagaimanakah agar kita terhindar dari kesalahan yang sama?

 

Raja Asa menghapus seluruh jejak-jejak penyembahan berhala di Yehuda dan memperbarui perjanjian umat Yehuda dengan Allah di Yerusalem (2Taw. 14:2-6, 15:10-15). Allah memberkati kerajaan itu dengan kedamaian. Tidak ada perang hingga tahun ke-35 pemerintahannya. Di tahun ke-36, Raja Baesa yang memerintah Kerajaan Israel membangun benteng untuk menghambat lalu lintas menuju Kerajaan Yehuda. Bukannya meminta petunjuk Allah, Asa mengambil emas dan perak dari Bait Allah dan mengirimnya kepada raja Aram untuk memohon pertolongannya melawan Raja Baesa. Rencana itu berhasil, tetapi itu bukanlah jalan Tuhan. Ketika Nabi Hanani menegur Asa, ia menjadi sangat marah. Ia memenjarakan Hanani dan dengan keras menganiaya beberapa orang (2Taw. 16:10). Asa tidak mendengarkan teguran dan tidak mau mengakui defisit imannya kepada Allah. Dengan keras kepala ia memegang kesalahannya hingga mati. Dapatkah Anda menemukan kesalahan-kesalahan dalam hidup Anda yang Anda masih teruskan dengan berbagai alasan ketimbang mengakuinya kepada Tuhan?

 

Walaupun Raja Yosafat adalah raja yang taat, ia bersekutu dengan raja Israel yang paling jahat, Ahab. Bukannya mendengarkan nabi Allah yang menubuatkan kekalahan, ia bergabung dengan Ahab dalam peperangan di Ramot-Gilead. Ahab tewas dalam peperangan ini. Yosafat selamat karena pertolongan Allah. Yosafat membiarkan anaknya, Yoram, menikahi anak Ahab, Atalya. Pernikahan ini membawa tragedi besar dalam keluarganya. Belakangan, Atalya berkomplot dan membunuh semua anggota keluarga raja kecuali Yoas, cucunya yang berumur satu tahun. Yoas disembunyikan di dalam Bait Allah selama enam tahun sebelum menjadi raja. Raja yang baik tidak hanya akan taat pada perintah Allah, tetapi juga tidak bersekutu dengan orang-orang jahat. Kita juga harus menghindari berteman dengan orang-orang jahat.

 

Uzia adalah raja yang berhasil. Ia mencapai begitu banyak keberhasilan, sehingga ia menjadi sombong. Mencoba bertindak sebagai imam, ia mengambil peran yang dilarang oleh Allah. Ia tidak hanya melupakan berapa banyak yang telah Allah berikan kepadanya, tetapi juga tidak menghargai kehendak Allah atas peran-peran orang lain yang seharusnya ia hormati. Mungkin keangkuhan Uzia disebabkan karena kurangnya rasa syukur. Maksud di balik melayani Tuhan harus berasal dari hati yang bersyukur.

 

Kita harus senantiasa menyerahkan diri kita untuk taat pada Tuhan. Tiap generasi umat percaya harus memperbarui diri mereka untuk mengemban kehendak Allah dalam hidup mereka. Gereja dan tiap jemaat memerlukan kebangkitan rohani – memperbarui komitmen kita kepada Allah dan memperbarui hidup kita hingga akhir saat kita melihat Allah muka dengan muka.