Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!
Mazmur 100:2
Beberapa tahun yang lalu, saya merasa seperti ada di dalam kegelapan malam, letih dan merasa terbebani dalam pelayanan saya kepada Tuhan. Air mata keluar saat saya menangis dalam doa. Saya tidak mengerti mengapa saya menangis. Saya pernah membaca, “sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai” (Mzm. 30:6b). “Kapan pagi akan datang dengan sorak-sorai?” saya bertanya dalam hati. “Bukankah kita seharusnya merasa berbahagia saat kita melayani Tuhan kita?”
Mengerjakan tugas gereja sembari memikul tanggung jawab pribadi dan keluarga bisa menjadi beban yang cukup berat. Hidup sekarang bergerak dengan cepat, dan memasukkan banyak hal ke dalam jadwal kesibukan bisa membuat kita menjadi sangat tertekan. Beban kita mungkin berasal dari tekanan fisik dan mental. Tidur malam yang baik biasanya memulihkan keadaan fisik. Tetapi tekanan mental dapat menyebabkan Anda sedih dan terbebani dalam melayani Tuhan.
Beban dapat berasal dari kurangnya kepercayaan kita kepada Tuhan, tuntutan orang lain atau kritik, dan harapan diri sendiri atau perkiraan yang terlalu jauh. Kekuatiran menunjukkan kurangnya kepercayaan kita kepada Tuhan. Mazmur 100:3 mengatakan, “Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah.” Jika kita mempercayakan semua yang kita lakukan kepada Tuhan, kita dapat melayani-Nya tanpa terlalu khawatir akan hasilnya. Kita menempatkan kepercayaan kita dalam kepemimpinan Tuhan melalui iman dan doa, sama seperti domba yang mempercayai dan mengikuti gembalanya.
Menyenangkan dan memenuhi harapan orang lain adalah pekerjaan yang sulit. Kritik dan hubungan rumit antar manusia adalah masalah yang sulit untuk ditangani. Jika Anda tidak berpegang teguh dalam hati yang penuh syukur, Anda mudah kehilangan sukacita ketika melayani Tuhan.
Namun seringkali, kita memegang harapan-harapan yang tinggi atas diri kita sendiri. Kita hidup di dunia menekankan prestasi. Sekolah telah melatih kita untuk berpusat pada buku rapor kita—untuk berusaha mencapai hasil yang akan menyenangkan orang tua atau atasan, dan menerbitkan rasa kagum dari rekan-rekan kita. Tapi Rasul Paulus berkata, “janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari apa yang patut kamu pikirkan” (Rm. 12:3). Kita harus mengetahui siapa diri kita dan apa yang terbaik yang dapat kita lakukan. Lalu kita persembahkan karunia kita untuk pekerjaan Tuhan dan bukan untuk kepentingan diri sendiri. Jika kesetiaan, dan bukan kesuksesan, menjadi perhatian kita, maka kita akan terlepas dari beban mencari “buku rapor” yang mengesankan. Kita tahu bahwa hasil dari pekerjaan kudus ada di bawah kendali Tuhan, bukan kita. Jika kita melayani tanpa terlalu mengkhawatirkan hasilnya, Anda akan merasakan kebahagiaan dan kepuasan dalam melayani Tuhan, “jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu” (2Kor. 8:12).
Dengan memahami penyebab tekanan pada diri Anda, menguji diri sendiri, dan memperbaiki motivasi dalam melayani Tuhan, Anda akan melayani Tuhan dengan sukacita. Tahun-tahun berikutnya, setelah saya melewati lembah air mata, Tuhan membantu saya menyadari akar permasalahan saya: pengharapan saya sendiri, buku rapor yang dipaksakan. Dengan kesadaran dan mengetahui bahwa Allah menanggung semua beban saya, saya beribadah kepada Tuhan dengan sukacita dan datang ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai.
Sungguh, sukacita datang di pagi hari.