“Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.”
Amos 5:24

Anda dapat membayangkannya di pikiran Anda. Sebuah pemandangan yang mewah: perabotan yang terbuat dari gading, makanan yang mewah, anggur yang terus mengalir, dengan latar belakang para pemain musik yang mengalunkan musiknya, dan udara dipenuhi oleh wewangian parfum. Dengan menguaskan beberapa kata, nabi Amos melukiskan gambaran di jamannya (Amos 6:3-6)–yang dengan mudah dapat dimengerti oleh kita. Israel di bawah pemerintahan Yeroboam II (berkisar 782-753 Sebelum Masehi) menikmati jaman perluasan kekuasaan dan puncak kemakmuran. Sekarang, di berbagai daerah di dunia, dengan adanya perluasan perdagangan dan teknologi baru, orang dapat menikmati standar kehidupan tinggi yang menyerupai gambaran jaman Amos.

Kemakmuran dapat memberikan tantangan dalam kehidupan rohani kita. Dikelilingi oleh kenyamanan duniawi, kita mungkin lupa bahwa sumber segala sesuatunya, adalah Tuhan. Tanpa kesusahan dan penderitaan, kita akan mengalah pada kenikmatan-kenikmatan kecil, yang mungkin akan membawa kita pada dosa yang lebih besar. Peringatan Amos mengenai penghakiman Tuhan perlu diperhatikan. “Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion…yang menganggap jauh hari malapetaka” (Amos 6:1, 3). Merasa yakin, justru mereka tidak sadar penghakiman menimpa mereka. Mereka gagal menyadari bahwa kesalehan mereka menjadi percuma tanpa belas kasihan yang murni. Tuhan berkata, “Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu…apabila kamu mempersembahkan kepadaKu korban-korban bakaran…Aku tidak suka” (Amos 5:21-22).

Ketika segala sesuatunya baik-baik saja dalam hidup kita, kita juga akan merasa baik-baik saja secara rohani. Mungkin kita berkebaktian secara teratur, memberikan persembahan pada Tuhan, dan merasa nyaman dengan kondisi iman kita. Namun, apakah kita pernah berhenti sejenak, merenungkan arti berkebaktian yang sesungguhnya, intisari dari pengajaran yang kita lakukan? Apakah kita tahu bahwa Tuhan sebenarnya menyiapkan harapan dan tujuan yang lebih tinggi di dalam hidup kita?

Di tengah-tengah kelimpahan, keadilan dituangkan. Di tengah-tengah kehidupan berkebaktian, kebenaran mengalir. Ini berarti kesensitifan terhadap kebutuhan mereka yang kurang beruntung ketika kita berkelimpahan, dan menjawab dengan belas kasihan. Ini berarti berkebaktian, mempersembahkan dan melayani bukan hanya tugas semata-mata, melainkan berdasar dari kesetiaan pada Tuhan dan kebenaran yang Ia berikan.