“Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:10)

Kehidupan yang berlimpah adalah kehidupan baru yang Tuhan Yesus inginkan bagi kita. Kehidupan ini bukanlah kehidupan kita yang lama, tetapi adalah kehidupan rohani yang bersemangat, yang telah mengatasi kehidupan kemerosotan dalam dunia yang dahulu. Bila hidupmu tidak sepenuh seperti yang kamu harapkan, kamu harus berusaha untuk mencari kehidupan berkelimpahan yang Yesus janjikan.

Aku pernah mengamati kawanan domba – ada yang gemuk, ada yang kuat, dan yang lain tampak segar dan penuh aktivitas. Namun selalu saja ada domba yang tampak suram dan lesu. Aku juga mengamati bunga-bunga anggrek; sebagian pohon menghasilkan banyak buah yang segar dan manis, tetapi ada juga yang tidak berbuah sama sekali. Pohon-pohon yang tidak menghasilkan buah ini mengingatkan kita bahwa mereka menyia-nyiakan bidang tanah yang mereka tempati. Apakah pengajaran yang bisa kita dapat dari pengamatan ini? Baik domba dan pohon-pohon buah, keduanya mempunyai sifat untuk menghasilkan aktivitas yang berharga, tetapi tidak semua mempunyai hidup yang berkelimpahan.

Sebagian orang Kristen hidup dengan seturut kepada Tuhan dalam segala sesuatu. Dalam doa, maupun dalam perkara-perkara kecil, yang pertama kali mereka pikirkan adalah kehendak Allah; mereka penuh dengan rasa syukur, damai dan sukacita dalam Kristus Yesus. Lalu ada orang-orang Kristen yang hidup dengan menempatkan dirinya sendiri sebagai pusatnya. Mereka berdoa atau melayani untuk memenuhi keinginan mereka sendiri; mereka seringkali mengeluhkan penderitaan mereka – tidak ada damai dalam hati mereka. Perbedaan kehidupan Kristen yang kentara ini ada di antara jemaat. Mengapa? Karena kehidupan yang mereka terima ada yang berkelimpahan, tetapi ada pula yang hanya menerima sedikit.

Izebel ingin membunuh Elia, dan Elia melarikan diri ke Bersheba, tempat ia jatuh di bawah sebuah pohon dan memohon kematian. Elia kelelahan, dan jatuh tertidur. Lalu seorang malaikat Tuhan datang sebanyak dua kali untuk membangunkannya dan menawari makan, berkata, “Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu.” Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. (1Raj. 19:1-8).

Seperti Elia, ada masa-masa iman kita lemah. Perjalanan yang harus kita tempuh, baik itu iman kerohanian dan dalam pelayanan, adalah perjalanan yang jauh dan kadangkala membuat hati kita tawar. Tetapi, seperti Elia, kita harus belajar makan dan minum hingga kenyang; dengan menerima firman Allah dan dipenuhi dengan Roh-Nya, sehingga kehidupan kita yang terdalam menjadi penuh semangat. Sebuah kehidupan yang berlimpah adalah kehidupan yang dapat menyelesaikan perjalanan yang Tuhan tetapkan bagi kita – untuk mencapai gunung Allah yang kudus. Mari kita makan dan minum hingga kenyang.