“Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut karena kedua puntung kayu api yang berasap ini, yaitu kepanasan amarah Rezin dengan Aram dan anak Remalya.” – Yesaya 7:4
Hidup kita adalah perang yang tak berkesudahan. Kita menghadapi masalah baik besar dan kecil, luar maupun dalam. Kebanyakan dari masalah ini meninggalkan bekas luka dan memar, yang sembuh seiring berjalannya dengan waktu. Namun beberapa masalah menusuk kita dengan penuh kekuatan sehingga kita jatuh tanpa harapan, dan tak mempunyai tenaga bahkan untuk meminta tolong. Seperti Raja Ahaz, hidup kita diserang oleh “kepanasan amarah Rezin dengan Aram dan anak Remalya.”. Kita tidak dapat mengendalikan apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita. Tetapi untungnya, tangan Allah senantiasa terulur untuk mengangkat kita.
Kita seringkali membesar-besarkan masalah kita sendiri. Di banyak kesempatan, kita ingin mengangkat tangan dan jatuh di tempat tidur, dan hanya menyerah. Perasaan kita tenggelam dan kata-kata Salomo mengenai hidup yang “sia-sia” dan “menjaring angin” (Pkh. 1:14) terngiang-ngiang di dalam hati kita. Seperti hamba Elisa, kita melihat “suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu” (2Raj. 6:15) dan dengan gemetar bertanya, “Apakah yang akan kita perbuat?”
Saat hal-hal sulit menghalangi jalan Anda, ingatlah untuk meneguhkan hati dan tinggal dengan tenang. Tenangkan hati Anda dan melihat keadaan secara menyeluruh, bukan sepotong-sepotong. Tuhan memastikan kita bahwa “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu. Tetapi kamu enggan” (Yes. 30:15). Ya, memang kita yang menolak, bukan Dia.
Tuhan tahu kita menderita. Ia hanya sejauh doa. Apabila Anda merasa tertekan, luangkanlah waktu untuk duduk dan dengan tenang merenungkan Allah dan kehendak-Nya dalam hidup Anda. Belajarlah untuk memahami bahwa segala sesuatu terjadi untuk maksud yang lebih tinggi – maksud Allah. Ikutilah teladan Yesaya dan berkata, “aku percaya dengan tidak gementar”, sebab “TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku” (Yes. 12:2-3). Tuhan adalah kekuatan kita, tetapi menemukan kekuatan itu dalam doa dan persekutuan dalam Tuhan tergantung pada kita. Allah selalu siap sedia. Pertanyaannya, apakah Anda siap meraih tangan-Nya?