“Karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku.” (2 Timotius 4:10)

Demas sebelumnya adalah seorang pekerja di dalam Tuhan (Flm. 24). Bahkan Rasul Paulus pernah menyebut Demas sebagai teman sekerjanya (Kol. 4:14). Namun lima tahun kemudian, segala sesuatunya berubah. Demas berubah dari seorang pekerja Tuhan yang setia menjadi seorang yang meninggalkan pelayanan dan mencintai dunia ini (2 Tim. 4:10). Bagaimana mungkin seorang pekerja Tuhan dapat meninggalkan pelayanan dan memilih dunia? Sepertinya sulit untuk dipercaya–namun, apakah situasi demikian juga dapat terjadi pada diri kita?

Rasul Yohanes menasehatkan kepada jemaat agar “jangan mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya” meskipun kita tinggal di dalamnya, karena “jika orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu” (1 Yoh. 2:15). “Dunia” menurut penafsiran Alkitab dijelaskan sebagai keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup (1 Yoh. 2:16). Tentu saja, kita tahu bahwa kasih Allah sangatlah tidak sebanding dengan keinginan-keinginan yang sementara itu. Demas tentunya juga mengetahui bahwa kasih Tuhan jauh melebihi dari semuanya. Justru oleh karena kasih Bapa-lah yang mendorong dia untuk ikut dalam pelayanan bersama-sama dengan Rasul Paulus. Tetapi Demas tidak menyimpan kasih Tuhan di dalam dirinya, maka ia mulai mencintai dunia. Setelah mengunjungi kemewahan kota metropolitan Tesalonika, ia memutuskan untuk meninggalkan pelayanannya.

Mungkin ketika kita pertama kali percaya pada Tuhan, kita terdorong oleh kasih-Nya untuk melayani-Nya sama seperti yang telah Demas lakukan. Namun ketika kita mulai menyepelekan kasih Tuhan, kita mulai membuka diri akan cinta dunia. Contoh hidup Demas dapat menjadi peringatan bagi kita: kita perlu merenungkan kasih Tuhan setiap saat, sehingga kasih-Nya dapat tetap tinggal sebagai semangat yang memotivasi kita. Dengan demikian, kita dapat menyadari bahwa kesenangan dunia hanyalah sementara dan akan lenyap, tetapi “orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya” (1 Yoh. 2:17).