“Celakalah anak-anak pemberontak, demikianlah firman TUHAN, yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan dari pada-Ku, yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan Roh-Ku, sehingga dosa mereka bertambah-tambah, yang berangkat ke Mesir dengan tidak meminta keputusan-Ku, untuk berlindung pada Firaun dan untuk berteduh di bawah naungan Mesir.” (Yesaya 30:1-2)
Hizkia, Raja Yehuda mengirim utusan-utusannya ke Mesir dengan maksud untuk membentuk sebuah persekutuan untuk mengalahkan Negeri Asyur. Walaupun Hizkia takut akan Allah dan telah melihat sendiri kasih karunia Allah, ia mengabaikan tuntunan Tuhan dan terlebih dulu meminta pertolongan Firaun ketika ia melihat kekuatan Asyur.
Tindakan yang dilakukan Raja Hizkia memperlihatkan sebuah kecenderungan manusia untuk menyandarkan diri pada hal-hal kasat mata di dunia ini ketimbang Allah. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan mudah kita mulai “berteduh di bawah naungan Mesir”. Kita bergantung pada hikmat kita sendiri dan berjalan dengan mata, tidak dengan iman. Contohnya, ketika kita jatuh sakit, kita seringkali memilih untuk menaruh harapan kita pada obat-obatan modern, mencari dokter-dokter terbaik, namun menaruh iman dan pengharapan kita pada Tuhan di urutan kesekian. Kita perlu belajar untuk beriman, bahwa satu Tuhan yang sejati akan melakukan yang terbaik bagi kita. Kita harus ngat bahwa hal-hal kasat mata di dunia ini hanyalah sementara saja. Hanya Allah saja yag kekal, maha tahu, maha kuasa, dan maha ada.
Sepatutnya kita tidak mengabaikan tuntunan Allah dan melakukan segala hal sekehendak kita sendiri, seperti yang dilakukan Raja Hizkia. Mari kita belajar dari petunjuk yang ditulis dalam Amsal 3:5-8:
“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu,
dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Akuilah Dia dalam segala lakumu,
maka Ia akan meluruskan jalanmu.
Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak,
takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;
itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu
dan menyegarkan tulang-tulangmu.”