“Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.” Matius 20:16
Kita seringkali melihat Matius 20:16 sebagai pemutarbalikan urutan. Namun konteksnya, perumpamaan pekerja di kebun anggur mempunyai arti yang berbeda. Para pekerja yang dipekerjakan jauh setelah siang hari menerima upah yang sama dengan para pekerja yang dipekerjakan sejak pagi. Dalam keadaan ini, masalahnya bukan pada hal hierarki, tetapi kesetaraan.
Dalam tubuh Kristus, gereja, kita semua sama. Apakah keluarga kita telah lama menjadi jemaat selama beberapa generasi, atau apakah kita baru saja menjadi orang Kristen, kita semua adalah bagian dari tubuh yang sama. Kita mempunyai, dan berusaha mencapai pengharapan kerajaan surga yang sama; karena itu, kita tidak boleh membeda-bedakan atau memperlakukan jemaat lama lebih istimewa daripada jemaat baru. Tetapi kita harus melayani Allah dan satu sama lain dengan kasih dan kerendahan hati.
Setiap pekerja dalam perumpamaan ini menerima upah yang sama, tidak peduli berapa lama ia telah bekerja. Dalam konteks rohani, ini menunjukkan bahwa karunia keselamatan diberikan secara cuma-cuma kepada semua orang; kita semua tidak dibenarkan karena perbuatan, tetapi karena iman. Beberapa pekerja menggerutu mengenai upah yang mereka terima, tetapi tuan mereka menjawab, “Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?” (Mat. 20:14-15).
Ketimbang membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain dan bertanya-tanya apakah kita yang pertama atau terakhir, kita harus bertanya kepada diri sendiri apakah kita sudah menjadi pekerja yang rajin dan bekerja dengan sepenuh hati. Setiap jemaat gereja diberkati dengan talenta-talenta yang berbeda, jadi tidak ada dasar untuk saling membanding-bandingkan. Dari perumpamaan ini, kita melihat bahwa lamanya kita bekerja tidak ditentukan oleh kita, tetapi Allah. Apa yang dapat kita lakukan adalah bagaimana kita melakukan pekerjaan. Setiap kali kita mendapatkan kesempatan untuk melayani Allah, kita harus melakukannya dengan tekun, tanpa berkeluh-kesah, karena Allah melihat hati kita.