“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”
Ibrani 11:1
Kita cenderung menjalani kehidupan bersandar dengan apa yang kita lihat. Orang sering berkata, “aku akan percaya bila aku melihatnya”. Tetapi Alkitab memutarbalikkan hikmat yang umum dianut ini. Melalui iman, kita menyadari bahwa apa yang dapat kita lihat dengan mata kita sebenarnya hal-hal yang fana, sementara apa yang tidak dapat kita lihat itu kekal dan nyata.
“Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah” (Ibr. 11:6). Karena itu kita harus bertanya-tanya: bagaimanakah kita memperlengkapi diri dengan iman, untuk dapat dekat dengan Allah? Ayat 6 berlanjut dengan penjelasan, bahwa “barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia”. “Barangsiapa berpaling kepada Allah” adalah orang yang berdoa kepada Tuhan. Doa adalah cara kita untuk mencari Allah, suatu penghubung yang menyambungkan kita kepada-Nya yang tidak terlihat. Selama kita berdoa dengan rasa percaya di dalam Dia, maka kita tidak akan pergi dengan tangan hampa.
Hana mandul, dan di zaman ia hidup, mandul adalah kenyataan yang memalukan. Walaupun suaminya mencintainya melebihi apapun, Hana hanya mendapatkan sedikit penghiburan. Tetapi Hana mempunyai iman dan menumpahkan hatinya di hadapan Allah di bait-Nya. Ia pulang dengan damai, percaya dengan kasih karunia dari Allah yang tidak terlihat. Pada akhirnya, Allah menjawab doanya dan ia melahirkan Samuel, yang kemudian menjadi seorang hamba Allah.
Iman tidak sama dengan rasa percaya diri. Keyakinan kita bukanlah pada diri kita sendiri, tetapi, dalam hati kita percaya bahwa Allah akan menjawab doa-doa kita. Dan semakin lama kita berdoa, kita menjadi semakin yakin. Mengapa? Karena segala sesuatu telah Tuhan waktukan; semakin lama kita berdoa, semakin dekat kita dengan waktu-Nya.
Kapan saja kita ada dalam masalah, kita harus percaya kepada Bapa kita di Surga. Walaupun kita mempunyai ayah biologis, ia tidak akan dapat selalu menolong kita, dan hanya dapat mencoba menghibur dan menenangkan kita. Namun Tuhan mampu berkata, “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat”. Walaupun kita tidak dapat melihat Yesus dengan mata kita, bila kita datang kepada-Nya dengan iman, dengan doa, kita akan diberkati dengan damai sejahtera-Nya dan upah yang menyertai janji-Nya.
“Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya.” (Ibrani 10:35)