“Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai… Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Matius 6:25-27, 31-33

Walaupun kita tahu Allah akan menyediakan, kadang-kadang sulit bagi kita untuk tidak kuatir di saat-saat krisis ekonomi. Kita mungkin merasa gelisah menghadapi PHK, nilai investasi yang menurun, hutang-hutang menumpuk, atau sekadar untuk melunasi tagihan-tagihan bulanan.

Di masa-masa seperti ini, mari kita diingatkan akan janji-janji Tuhan:

  1. Allah tidak akan mengizinkan diri kita dicobai melampaui kemampuan kita.
    Kadang-kadang Allah membiarkan kejadian-kejadian yang menguras pikiran terjadi kepada orang-orang baik, untuk menguatkan iman mereka (ingatlah kisah Ayub, Yusuf, dan Daniel). Namun di masa-masa sulit itu, “Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1Kor. 10:13).
  2. Allah tidak akan membiarkan orang benar kelaparan
    Tuhan adalah Allah yang setia. Ia menjaga mereka yang takut akan Dia (Mzm. 33:18) dan tidak akan membiarkan mereka kelaparan. Seperti yang diamati Raja Daud, “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti” (Mzm. 37:25).
  3. Saat kita memberikan persembahan, Allah akan memberkati kita dengan jalan-jalan yang tidak dapat kita selami.
    Tuhan menginginkan kepatuhan kita dan memberkati kita sebagai imbalannya. Bila kita tetap terus memberikan persembahan di tengah-tengah kesulitan kita, Ia akan “membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan” (Mal. 3:10). Lebih lagi, berkat Allah tidak akan pernah menjadi beban. Seperti disebutkan dalam Amsal 10:22, “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya”.

Renungan:
Apakah kita merasa gelisah melihat keadaan ekonomi kita?
Pernahkah kita meragukan penyediaan Allah di masa-masa kita membutuhkan pertolongan?