“Akulah, Akulah yang menghibur kamu. Siapakah engkau maka engkau takut terhadap manusia yang memang akan mati, terhadap anak manusia yang dibuang seperti rumput” (Yesaya 51:12)
Elia adalah seorang nabi yang penuh kuasa. Allah menyertainya dalam roh dan dalam kekuatan. Dengan kuasa Allah, Elia membangkitkan anak seorang janda dari tidur kematian; memanggil api membara dari langit untuk membakar korban persembahannya, sebuah mujizat yang tidak dapat ditiru oleh nabi-nabi palsu. Dengan tangan Allah yang maha kuasa menyertainya, tidak ada orang yang dapat berdiri melawan Elia.
Namun hanya dengan satu ancaman terhadap nyawanya, kekuatan Elia hilang. Dengan segera ia lupa kekuatan Allah dan melarikan diri. Elia mulai ragu dan kehilangan harapan. Bersembunyi seperti pengecut, ia gagal dalam perannya sebagai nabi.
Elia adalah manusia biasa. Seperti kita pada umumnya, ia akan menghadapi masa-masa kelemahannya. Berapa banyak di antara kita yang dapat menanggung apa yang harus Elia lalui? Bertahun-tahun ia hidup sendirian di padang gurun, bergantung pada burung-burung untuk membawakannya makanan. Siapa yang dapat berdiri menentang sepasukan nabi-nabi palsu dan menantang mereka di hadapan segenap bangsa? Siapa yang dapat dengan lantang menjawab panggilan Allah untuk memegang teguh firman-Nya dan memimpin umat-Nya yang sesat?
Allah memberikan kemurahan hati kepada Elia. Di Gunung Horeb, Allah memperlihatkan sesuatu yang istimewa kepada Elia, sebuah pengajaran yang indah yang melampaui hikmat dunia ini. Angin membelah gunung-gunung, gempa bumi meremukkan batu-batu, api membakar hangus segala-galanya menjadi arang, tetapi Allah tidak terdapat di antara semua kedahsyatan itu. Kemudian, sebuah bisikan melayang di udara. Di titik ini, Elia keluar untuk menemui Allah.
Allah tinggal di antara kita. Allah adalah bisikan lembut itu, dan Ia senantiasa ada bersama kita. Ia ada di samping kita saat kita menghadapi saat-saat yang sulit. Ketika kita menderita, ia turut menderita bersama kita. Kita mungkin tidak dapat melihat tanda atau mujizat pada saat itu untuk membuktikan kehadiran-Nya, tetapi Ia sungguh-sungguh ada bersama kita. Sekarang setelah kita tahu akan hal ini, tidak ada alasan untuk takut..