“Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu.” (1 Petrus 4:4)

Suatu hari saat sedang berolahraga di lapangan, aku bersama seorang teman bersepakat untuk melakukan sesuatu yang berbeda dalam putaran lari pemanasan kami. Bukannya berlari sesuai dengan arah larian yang biasanya digunakan, kami berlari ke arah yang berlawanan. Dengan segera kami menjadi dua orang yang tampak kontras dan menonjol, berlari di lingkaran paling luar, sementara kelompok kami berlari berkelompok berlawanan arah di lingkaran dalam. Rasanya sedikit aneh, dan bahkan terasa sendirian.

Sebagai Kristen sejati, kita juga membedakan diri kita dari seluruh dunia dengan mengambil jalan yang berbeda dari yang diambil sebagian besar orang. Dan hari demi hari, kita menghadapi godaan untuk mengikuti arus dan pola masyarakat tempat kita hidup. Mengikuti arus itu mungkin membuat kita merasa setia kawan dengan seluruh dunia, tetapi itu seringkali berarti memangkas waktu kita untuk Allah dan saudara-saudari seiman. Bila arus ini kita teruskan, kita akan mendapati bahwa Allah tidak ada di akhir arus itu.

Saat Ia melayani di bumi, Yesus Kristus tidak berjalan dengan dunia. Ia mengabarkan injil yang terdengar ganjil bagi telinga orang-orang yang hidup di masa itu. Dalam perbuatan, Ia dengan lembut bersantap dengan pemungut-pemungut cukai yang tidak disenangi masyarakat, menyembuhkan orang-orang sakit, dan memberikan harapan pengampunan bagi orang berdosa. Kepada yang tidak dikasihi, Ia memberikan kasih. Kepada yang tidak benar, Ia memberikan kebenaran, dan kepada dunia yang gelap, Ia menjadi terang kehidupan mereka.

Menjadi seorang Kristen dan mengikuti teladan yang ditunjukkan Yesus, kita harus pergi berlawanan arah dengan jalan-jalan yang tidak seturut dengan Alkitab di dunia ini. Sempatkanlah waktu dan renungkan jalan hidupmu, tanyakanlah dirimu sendiri, “ke manakah arah yang sedang kutuju? Di akhir jalanku ini, apakah aku melihat Yesus menungguku dengan tangan terbuka di padang kemuliaan yang penuh dengan kedamaian kekal?”

Untuk berbalik arah kembali kepada Tuhan kita, kita harus belajar tampil beda dan pergi ke arah yang telah Yesus tunjukkan. Jalan ini mungkin sepi dan berlawanan arah dengan orang lain, tetapi pada akhirnya yang paling berarti adalah kita akan menyelesaikan perjalanan kita untuk mencapai rumah kita di surga.

Renungan:
Hal-hal tidak alkitabiah apa saja yang sedang menggodamu saat ini?
Langkah-langkah aktif apa saja yang akan kamu lakukan untuk berlari melawan arus-arus itu?