Dan seorang dari antara kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!,” tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Yakobus 2:16

Apa gunanya iman seseorang apabila tidak disertai dengan perbuatan? Anda akan mempertanyakan ketulisan imannya apabila tidak disertai dengan perbuatan yang sejajar dengan imannya. Jadi apabila adan seorang saudara atau saudari seiman di gereja yang tidak mempunyai pakaian atau makanan, apakah yang Anda lakukan?

Saling sapa dan menyambut satu sama lain sebagai anggota dari gereja yang sama adalah hal yang mudah. Sapaan “saudara” atau “saudari” menjadi panggilan yang digunakan untuk menyebut seseorang di gereja. Tetapi lebih dari itu, tidak ada kasih yang sesungguhnya, seperti yang disebutkan Rasul Paulus (Rm. 12:10; 1Tes. 2:8). Sebaliknya, jemaat datang ke gereja demi keuntungan mereka sendiri, demi keselamatan mereka sendiri. Kepentingan yang berpusat pada diri sendiri bukanlah deskripsi ibadah yang dimaksudkan Tuhan Yesus.

Sesungguhnya, Tuhan membawa tiap-tiap jemaat ke dalam rumah tangga-Nya. Rumah tangga ini terdiri dari berbagai jenis orang. Ada yang lebih tua, ada yang lebih muda. Ada jemaat lama, jemaat baru, dan ada pula yang kaya, biasa-biasa saja, ada juga yang kekurangan. Tetapi semuanya mengakui Tuhan Yesus sebagai Tuhan mereka. Mereka mengakui apa yang telah Ia lakukan bagi mereka, dan percaya akan apa yang akan Ia lakukan bagi mereka. Tetapi di manakah hubungan antara saudara seiman ini? Ada sesuatu yang harus kita lakukan sebagai jemaat rumah tangga Allah, di antara waktu sekarang hingga kedatangan Yesus keduakalinya.

Tuhan Yesus memberikan petunjuk, bahwa tidak semua jemaat akan diselamatkan (Mat. 7:21-23). Tuhan akan menghakimi setiap jemaat, bagaimana mereka memperlakukan satu sama lain. Ia mengumpamakan apa yang akan terjadi di hari penghakiman dalam perumpamaan domba dan kambing. Masing-masing mewakili sekelompok orang yang sama-sama mengenal Tuhan, karena mereka sama-sama bertanya, “Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau…” (Mat. 25:37, 44). Tetapi kedua kelompok ini sama-sama tidak tahu bahwa perlakukan mereka kepada sesama saudara-saudari seiman akan mencerminkan hubungan mereka dengan Allah!

Tentunya kata-kata Penatua Yohanes berdengung dengan nyaring, “Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya” (1Yoh. 4:20). Kasih bukan sekedar tidak berbuat jahat kepada orang lain. Itu sama seperti berkata, “saya tidak pernah memukul istri saya, jadi saya mencintai istri saya.” Kasih apakah itu?

Jadi apakah artinya kata-kata bagi mereka yang lemah dan kekurangan? Bagaimana mereka dapat diringankan dari penderitaan dan kesusahan mereka? Apakah gunanya pengakuan sesoerang di hari penghakiman? Seperti yang ditanyakan Penatua Yakobus, “Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?” (Yak. 2:14).