“Ajarilah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” (Mazmur 90:12)

Orang mempunyai kecenderungan khusus untuk merencanakan sesuatu yang ingin mereka wujudkan. Selalu ada secercah harapan di sebuah rencana yang kita buat, dan kenyamanan dalam sebuah impian. Segala hal yang tidak dapat dicapai, kita mengundurnya untuk masa-masa mendatang. Mungkin dengan melakukannya, kita berpikir bahwa impian-impian itu dapat terus hidup, dan kita merasa tenang dengan keinginan-keinginan baik itu. Namun di tengah perencanaan, impian dan harapan, entah bagaimana, kita kehilangan pandangan pada hari ini. Masa depan menjadi sebuah karunia di mata kita, tetapi hari ini menjadi masa yang biasa-biasa saja, dihabiskan dengan menunggu. Bila setiap hari kita menghabiskan waktu untuk menunggu, masa depan itu tidak akan datang. Harapan dan rencana kita akan terus menjadi sekadar harapan dan rencana.

Menghargai waktu adalah sesuatu yang bijak di mata Allah. Mengenali bahwa Tuhan memberikan tiap-tiap hari menurut karunia-Nya adalah sebuah hikmat yang harus dikejar. Kemarin adalah masa lalu, besok adalah masa yang akan datang, dan hari ini? Hari ini adalah anugerah – sebuah pemberian.

Hari ini adalah sebuah pemberian yang berharga karena hari ini adalah dasar untuk esok hari. Tanpa “hari ini”, tidak ada yang dapat kita wujudkan besok. Keberhasilan, atau kegagalan kita esok hari mungkin adalah sebuah hasil langsung dari bagaimana kita bertindak di hari ini. Mari kita dengan penuh kesadaran, tidak menunda-nunda, untuk memanfaatkan setiap waktu yang Tuhan berikan kepada kita. Mari kita melakukan segala hal yang dapat kita lakukan untuk Kristus hari ini.

Hargailah karunia yang ada di tiap-tiap hari, karena kita dapat hidup hari ini oleh karena kasih karunia Allah. Ia menyediakan kita kesehatan, keperluan kita sehari-hari, dan kedamaian. Jadi, pada hari ini, mari kita membalas kasih karunia-Nya. Pertajam tiap-tiap usaha kita untuk membuat hari ini sebagai pernyataan akan kemuliaan Allah. Berikanlah yang terbaik bagi-Nya – memberikan persembahan, melayani, berjalan dengan iman – agar kita tidak didapati lalai dalam tugas kita dan kehilangan karunia Allah. Bila kita menyadari bahwa hari-hari kita dimulai karena kasih karunia, hikmat di dalam memahami waktu menjadi sebuah pemberian yang sangat indah.