“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”
Amsal 22:6
Metode-metode mendidik anak, sepertinya, berpatokan pada pergantian jaman. Beberapa waktu yang lalu, sebuah artikel di surat kabar menjelaskan bahwa semakin banyak orangtua kembali pada metode pukulan di bokong sebagai cara untuk mendisiplinkan anak-anak mereka. Setelah bertahun-tahun tanpa hasil menggunakan sistim timeout (memberikan waktu sejenak agar sang anak memikirkan kesalahan yang dilakukannya) dan pendisiplinan secara verbal, banyak sekali orangtua mengabaikan saran para ahli dan kembali pada metode “tradisional.”
Ketika dunia yang kita jalani semakin bertambah rumit, dan dengan semakin banyaknya informasi dan pengaruh yang memenuhi diri kita setiap harinya; mendidik anak-anak telah menjadi tantangan yang lebih besar dari sebelumnya. Para pembuat iklan dan media massa secara khusus menargetkan para muda-mudi. Pesan-pesan yang dikirimkan dapat disimpulkan menjadi: uang dapat membeli kebahagiaan, puncak dari kepuasan cinta adalah seks, dan memuaskan apa yang kita inginkan dan rasakan adalah hak kita. Tidak heran banyak orangtua mulai menggunakan kedisiplinan yang lebih ketat. Di dalam masyarakat yang mengajarkan “ya” dan “aku ingin,” bagaimana mungkin orangtua dapat mengajarkan “tidak”?
Amsal 19:18 berkata, “Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya.” Mendidik anak untuk mempunyai iman dalam Tuhan berarti mengajarkan mereka untuk hidup, tidak untuk saat ini saja. Apa yang ditawarkan oleh dunia dan segala isinya hanyalah bersifat sementara, dan akan dihancurkan. Namun, bagaimana kita hidup–sikap dan perbuatan kita–akan sangat berpengaruh tidak hanya dalam hidup dan dunia ini. Tuhan telah menetapkan patokan untuk hidup kita yang berbeda dari dunia. Sejak dini, kita harus mendidik anak kita untuk mengevaluasi apa yang mereka inginkan dan rasakan dengan berpatokan pada standar Tuhan. Pilihan yang akan mereka pilih akan menentukan keselamatan mereka. Dengan menaati kehendak Allah Bapa kita, mereka akan menemukan kebahagiaan, kasih dan kepuasan yang tertinggi.
Tuhan telah mengirimkan pada kita Sang Penolong–dan bukan hanya kepada kita, tetapi juga pada anak-anak kita: “Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu,” Alkitab mengatakan. Roh Kudus yang menguduskan dan membimbing kita juga akan memenuhi dan mengubah anak-anak kita. Ketika dipenuhi oleh Roh Kudus, mereka akan merasakan kepuasan di dalam Tuhan yang akan menumpulkan daya tarik tawaran dunia. Dengan kuasa dan bimbingan Roh Kudus, mereka akan mengenal penguasaan diri, siap untuk mengambil keputusan yang benar, dan merasa terhibur dalam pengujian. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi orangtua untuk berdoa bersama-sama dengan anak-anak mereka agar mendapat kepenuhan Roh Kudus. Hanya dengan bantuan ini, sebuah keluarga dapat mengatasi krisis iman dan dengan aman dapat masuk dalam Kerajaan Allah. “Biarkanlah anak-anak itu,” Yesus berkata, “sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat.19:14).