…karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: “Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?”
Keluaran 17:7b

Bangsa Israel adalah bangsa yang memikul beban berat dan menghadapi penindasan hampir setiap harinya. Mereka tidak mempunyai harapan sampai ketika melalui Musa, Allah menyelamatkan mereka dari penindasan Firaun. Namun anugerah besar dan ajaib yang telah mereka terima ini sekarang tampak sangat jauh. Sekarang mereka kembali menghadapi rasa haus. Pertama kalinya mereka menghadapi keadaan ini, mereka mempunyai air yang awalnya terasa pahit, namun menjadi manis (Kel. 15:22-27). Namun sekarang mereka bahkan tidak mempunyai air pahit untuk melegakan dahaga mereka.

Pernahkah Anda merasakan siang hari di musim kemarau, Anda berjalan-jalan di tengah kota, atau sehabis berolahraga di tengah terik matahari, dan setelah itu merasakan rasa haus yang hebat? Itulah kira-kira apa yang dirasakan bangsa Israel. Tidak heran mereka ingin melempari Musa (Kel. 17:4). Apabila Anda merasakan tubuh Anda membutuhkan sesuatu, Anda ingin memuaskan keinginan itu sesegera mungkin. Apabila Anda lapar dan tidak mendapatkan makanan, Anda mulai merasa tertekan. Dan itu adalah apa yang dirasakan bangsa Israel.

Namun kesalahan mereka adalah karena bertindak terlampau jauh sehingga mencobai Tuhan dengan bertanya, “Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?” (Kel. 17:7). Mereka sepenuhnya mengecewakan kehendak Tuhan. Mereka berkata kepada Musa, “Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?” (Kel. 17:3). Secara tidak langsung mereka bersungut-sungut kepada Tuhan. Mereka tahu bahwa Tuhan-lah yang membawa mereka keluar dari tanah Mesir, bukan Musa. Dalam hati, mereka merasa tidak puas dengan Allah. Penderitaan mereka mengubah pandangan mereka mengenai siapakah Allah. Apabila segala sesuatu berjalan sesuai dengan kehendak mereka, mereka mengikuti dengan tenang dan taat. Sekarang, ketika keadaan untuk sementara tidak berjalan sesuai dengan keinginan mereka, hati mereka berbalik melawan Allah.

Harga yang harus dibayar umat Allah untuk mengikuti Dia keluar dari Mesir adalah kenyamanan hidup. Mereka tidak mendapatkan segala sesuatu pada saat mereka menginginkannya. Mereka harus belajar untuk percaya kepada Allah. Bangsa Israel tidak dapat menyimpulkan Allah seperti apakah yang menyelamatkan mereka dari Mesir. Ia yang menyelamatkan mereka dengan tangan yang begitu penuh dengan kuasa, tentulah mampu, dan akan, memberikan segala kebutuhan hidup bagi mereka. Allah ini adalah Allah bapa leluhur mereka, Abraham. Ia adalah Tuhan yang menyediakan (Kej. 22:14). Apabila tidak, bagaimana Ia dapat membawa mereka keluar dari penindasan menuju Tanah Perjanjian? (Kel. 3:8).

Renungan:

  • Sejauh mana kita dapat yakin dan percaya bahwa Tuhan akan menyediakan apa yang kita perlukan setiap harinya? (Mat. 6:33-34)
  • Atau ketaatan dan kasih kita terhadap Tuhan tergantung dari keinginan apa yang telah terpenuhi? (Yak. 4:3)
  • Apakah kita merasa mengenal Tuhan dan menempatkan Dia sebagai teman yang terbaik sehingga apapun yang terjadi kita tidak akan pergi menjauhiNya? (1Yoh 2:4)