Sabar Sampai Musim Menuai
Seri Injil Matius (Bag 4)
Kumpulan Renungan Sauh Bagi Jiwa yang ditulis oleh pendeta, penginjil, siswa teologi dan jemaat Gereja Yesus Sejati di Indonesia

9. Menari dan Berkabung
“Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.” (Matius 11:17)
Turut berdukacita”. Itulah ucapan yang sering kita lontarkan ketika ada teman atau kerabat kita yang kehilangan sanak familinya. Sebaliknya, kepada sahabat kita yang melangsungkan pernikahannya, kita pun akan mengucapkan “Selamat dan Bahagia”. Demikianlah di dalam perkabungan kita akan ikut bersedih, dan di dalam pesta kita akan ikut bersukaria.
Tetapi berbeda dengan orang-orang Yahudi pada masa Tuhan Yesus, sehingga dikatakan, “Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.”
Bagaimana mereka tidak berkabung dan juga tidak ikut menari? Ketika Yohanes Pembaptis datang menyerukan pertobatan, mereka tidak berkabung dan bertobat. Demikian pula ketika Tuhan Yesus datang membawa kabar baik Injil, mereka juga tidak bersukacita karena keselamatan Allah telah datang kepada manusia. Mereka menolak, baik peringatan dari Yohanes maupun kabar baik dari Yesus.
Lain halnya dengan respon Yohanes Pembaptis ketika mendengarkan kabar baik tentang Yesus. Dikatakan bahwa “Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.” (Yoh 3:29). Demikianlah Yohanes Pembaptis sangat bersukacita dan menerima kabar baik ini.
Hari ini, bagaimanakah respon kita terhadap Firman Allah?
Mendengarkan teguran dan peringatan, seperti bahwa kedatangan Tuhan Yesus sudah semakin dekat dan kita perlu segera mempersiapkan diri, bagaimanakah respon kita? Apakah kita seperti Yohanes, yang bersukacita mendengarkan Firman Tuhan, lalu segera bertobat dan mempersiapkan diri kita? Atau kita seperti orang-orang Yahudi, yang walau telah mendengarkan teguran dan peringatan, tetapi tidak mengindahkannya?
Mendengarkan penghiburan dan kekuatan dari Firman Tuhan, bagaimanakah respon kita? Apakah kita menerimanya dengan sukacita seperti Yohanes, sehingga kita bisa menjadi terhibur dan dikuatkan oleh-Nya? Atau kita mengeraskan hati seperti orang-orang Yahudi, sehingga Firman Tuhan tidak dapat membawa damai sejahtera ataupun kebaikan di dalam kehidupan kita?
Hari ini, biarlah kita semua boleh ikut menari ketika seruling ditiupkan, dan ikut berkabung ketika dinyanyikan kidung duka. Demikianlah, baik berupa teguran dan peringatan, maupun berupa penghiburan serta kekuatan, kita mau menerima setiap perkataan Firman Tuhan dengan penuh sukacita dan melakukannya. Karena, “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.” (Mat 7:24-25)
Haleluya!