Berani Melangkah Seri Injil Matius (Bag 5)
Kumpulan Renungan Sauh Bagi Jiwa yang ditulis oleh pendeta, penginjil, siswa teologi dan jemaat Gereja Yesus Sejati di Indonesia
25. Peran Memberikan Nasihat
“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.” (Matius 18:15)
Ketika mengingat masa kecil, kita akan mengingat masa ketika kita sering dinasihati orang tua atau pun orang yang lebih tua dari kita. Nasihat bukan lagi menjadi suplemen dalam menjalani hari namun lebih terasa menjadi makanan sehari-hari daripada makanan jasmani. Terlebih lagi ketika kita melakukan suatu kesalahan, baik kesalahan yang kecil maupun yang besar. Nasihat akan lebih lagi terasa seperti meminum air. Begitu deras mengalir masuk ke dalam diri kita.
Meskipun saat kecil kita merasa diberikan begitu banyak nasihat, namun ketika kita bertumbuh semakin dewasa, kita seringkali baru menyadari bahwa semua nasihat itu diberikan kepada kita agar kita menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya. Dari peran penerima nasihat, ketika dewasa kita akan mengambil peran sebagai pemberi nasehat. Ketika kita berada di posisi yang berperan untuk memberikan nasihat, terkadang terjadi dilema di dalam diri kita. Apakah perlu saya menasehati dia? Apakah dia mau menerima nasihat saya? Apakah dia akan senang atau malah kesal ketika saya menasehati dia?
Lalu bagaimanakah agar kita dapat menjalankan peran ini dengan baik? Bagaimanakah agar nasihat yang kita berikan bisa diterima dan memberi dampak positif kepada yang menerimanya? Di dalam Matius 18:15-17, firman Tuhan memberi tahu kepada kita,
“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.”
Ada tahapan untuk memberi nasihat kepada seseorang yang berbuat salah. Dimulai dengan secara empat mata. Jika tak berhasil maka dilanjutkan dengan bersama dua atau tiga orang; dan jika tidak berhasil lagi baru meminta pertolongan orang lain untuk menasehatinya. Tahapan ini dilakukan tentu dengan sebuah tujuan yang baik untuk yang dinasihati, dan dengan harapan nasihat yang diberikan sudah diterima pada tahap pertama sehingga tidak perlu dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Setiap orang memiliki potensi untuk melakukan kesalahan dalam hidupnya. Dan seringkali dibutuhkan bantuan orang lain untuk menyadarkan akan kesalahannya. Kiranya kita bisa saling menasehati satu sama lain agar tidak ada orang yang semakin tenggelam di dalam kesalahannya. Dan kiranya kita pun dengan rendah hati bisa mendengar, menelaah dan menerima setiap nasihat yang diberikan kepada kita.
