Sabar Sampai Musim Menuai
Seri Injil Matius (Bag 4)
Kumpulan Renungan Sauh Bagi Jiwa yang ditulis oleh pendeta, penginjil, siswa teologi dan jemaat Gereja Yesus Sejati di Indonesia

21. Tanah Yang Berbatu-batu
“Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad” (Matius 13:20-21)
Panas dan haus. Mungkin inilah yang dirasakan oleh benih yang tumbuh di tanah berbatu-batu ketika matahari mulai menyinarinya. Ia memang dapat segera tumbuh ketika jatuh ke atas tanah yang tipis itu. Tetapi lapisan tanah yang tipis itu membuat akarnya tidak dapat berakar lebih dalam lagi. Akibatnya, ia tidak bisa mendapatkan cukup air untuk bertahan hidup di tengah teriknya panas matahari. Maka ia pun bertahan sebentar saja dan segera menjadi layu dan kering.
Inilah yang akan terjadi kepada orang-orang percaya, yang imannya tidak berakar di dalam Kristus. Mereka mendengar Firman Tuhan dan menerimanya dengan gembira. Hal ini tentunya sebuah langkah awal yang baik. Tetapi tanpa akar yang kuat, iman itu tidak akan dapat bertahan di dalam penindasan ataupun penganiayaan.
Sebagai pengikut Kristus, kita pasti akan mengalami kesukaran karena iman kepercayaan kita. Seperti yang dikatakan Paulus kepada jemaat di Tesalonika, “supaya jangan ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini. Kamu sendiri tahu, bahwa kita ditentukan untuk itu.” (1Th 3:3). Kita mungkin dihina ketika kita mempertahankan apa yang kita percayai. Ditekan ketika kita berusaha melakukan kebenaran Firman Tuhan. Penderitaan-penderitaan ini membuat kita begitu sengsara dan hampir-hampir putus asa bagaikan sinar matahari yang begitu panas menyengat kita.
Karena itu, mendengarkan Firman Tuhan dan menerimanya dengan gembira saja tidaklah cukup untuk membuat iman kita tahan terhadap penderitaan. Dari manakah kita bisa memperoleh kekuatan sehingga kita tidak menyangkal iman kita dan meninggalkan Tuhan? Saudaraku yang terkasih, ingatlah bahwa Tuhan Yesus adalah sumber air yang hidup. Hanya Dialah satu-satunya sumber kekuatan kita, yang dapat membuat iman kerohanian kita tidak menjadi layu dan kering di tengah ujian iman yang begitu berat.
Tuhan Yesus mengerti setiap penderitaan yang kita alami. Dia bisa merasakan setiap kelemahan kita. Inginkah kita memperoleh kekuatan yang dari pada-Nya? Jika kita sungguh merindukan hal ini, satu hal yang perlu kita lakukan, kita harus merambatkan akar iman kita sampai kepada Sang sumber air hidup itu. Setiap hari, berusahalah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Di dalam setiap doa kita, mohonlah Roh Kudus-Nya untuk menghancurkan “lapisan batu” yang ada di hati kita. Seumur hidup kita, renungkahlah Firman-Nya siang dan malam. Dan lakukanlah! Niscaya, ketika penindasan dan penganiayaan itu datang, kita tidak akan menjadi murtad dan tetap berpegang teguh pada iman kita.
“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah” (Yeremia 17:7-8). Amin.