Berani Melangkah Seri Injil Matius (Bag 5)
Kumpulan Renungan Sauh Bagi Jiwa yang ditulis oleh pendeta, penginjil, siswa teologi dan jemaat Gereja Yesus Sejati di Indonesia
21. Supaya Tidak Menjadi Batu Sandungan
“Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kau pancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga.” (Matius 17:27)
Setiap laki-laki Israel memegang kewajiban untuk membayar Bea Bait Allah. Bea Bait Allah adalah pajak setengah syikal, kira-kira senilai dengan upah kerja dua hari (setara dengan dua dirham), dan dikumpulkan setiap tahun dari setiap laki-laki berusia 20 tahun ke atas untuk pemeliharaan Bait Allah (Kel. 30:13-14, 38:25-26).
Suatu hari, ketika Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya berada di Kapernaum, datanglah pemungut bea Bait Allah untuk menagih pembayaran pajak ini kepada Petrus. Tetapi ternyata kesempatan itu digunakan oleh penagih bea Bait Allah untuk menagih juga kepada Tuhan Yesus. Sampai akhirnya Tuhan Yesus menyampaikan sebuah kiasan kepada Petrus untuk memberikan pengertian tentang pembayaran bea Bait Allah itu (Mat. 17:25-26). Tuhan Yesus menyampaikan kepada Petrus bahwa seorang raja memungut bea dan pajak bukan dari rakyatnya, tetapi dari orang asing. Dengan demikian rakyat dari kerajaan terbebas dari pembayaran bea dan pajak (Mat. 17:26).
Sesungguhnya Tuhan Yesus tidak berkewajiban untuk membayar bea Bait Allah, karena secara status Dia adalah Anak Allah, yang empunya Bait Allah (Mrk. 1:1). Tetapi supaya tidak menjadi batu sandungan, maka Tuhan Yesus pun tetap membayarkan bea Bait Allah itu. Ada dua kemungkinan yang terjadi ketika Tuhan Yesus tidak membayarkan bea Bait Allah. Yang pertama, bisa saja perbuatan-Nya menjadi penilaian negatif bagi Yesus dan murid-murid-Nya, terlebih lagi juga menjadi teladan yang tidak baik bagi para pengikut-Nya. Yang kedua, kita tidak tahu apa yang akan dialami oleh para penagih bea Bait Allah ketika mereka tidak mendapatkan hasil pembayaran tersebut, segala sesuatu bisa terjadi. Dan kemungkinan-kemungkinan ini, bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain. Rasul Paulus juga pernah menasihati jemaat di Korintus untuk menjaga sikap dan perilaku mereka sehingga tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain (1Kor. 8:9-13).
Dalam kehidupan kita, sesungguhnya Tuhan juga memberikan kebebasan dalam beberapa hal, sejauh tidak bertentangan dengan perintah firman Tuhan, sesungguhnya tidak perlu menjadi persoalan. Namun kita tetap harus menjaga kerendahan hati, agar tidak menimbulkan permasalahan yang tak perlu bagi orang lain. Terkadang apa yang kita lakukan, sekali pun tidak bertentangan dengan hukum Tuhan dan hukum negara, tetap bisa menjadi batu sandungan untuk orang lain (1Kor 8:9). Misalkan saja, dengan keyakinan dan keberanian, kita dapat memberitakan kebenaran firman Tuhan pada sesama. Namun, jika hal tersebut dilakukan dengan cara menghakimi apa yang tidak sesuai, perbuatan tersebut akan semakin menimbulkan perpecahan dan kebencian yang tidak perlu. Oleh karena itu Rasul Paulus juga menasihati kita untuk mengupayakan segala sesuatu yang berguna dan membangun bagi sesama (1Kor. 10:23). Sama seperti Tuhan Yesus, yang juga memikirkan apakah yang Dia lakukan akan menjadi batu sandungan bagi orang lain atau tidak.
