Kumpulan Renungan Sauh Bagi Jiwa yang ditulis oleh Para Pendeta dan Jemaat Gereja Yesus Sejati di Indonesia
17. Hati-hati Iri Hati
“Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat” (Yakobus 3:16)
Berada di dalam sebuah keluarga yang memiliki banyak saudara mempunyai tantangannya tersendiri. Tidak jarang kita melihat ada seorang anak yang merasa iri dengan kakak atau adiknya. Maka orang tua berusaha untuk bersikap adil terhadap semua anaknya.
Perkara iri hati ini juga pernah terjadi di dalam keluarga Yakub. Yakub mempunyai dua belas anak laki-laki dan di antaranya ada yang bernama Yusuf. Saudara-saudara Yusuf membenci Yusuf dan tidak bersikap ramah kepadanya karena mereka melihat ayah mereka lebih mengasihi Yusuf daripada kepada yang lainnya.
Tidak hanya karena sikap Yakub, saudara-saudara Yusuf juga semakin membencinya dan menjadi iri hati terhadapnya setelah Yusuf menceritakan isi mimpi-mimpinya kepada mereka. Saudara-saudara Yusuf menyadari bahwa Yusuf akan menjadi lebih tinggi daripada mereka, bahkan memerintah dan berkuasa atas mereka. Mereka tidak dapat membayangkan Yusuf, salah satu saudara termuda yang membantu dan mengikuti mereka dalam pekerjaan penggembalaan, suatu hari akan berkuasa atas mereka.
Tak hanya dalam lingkungan keluarga, perasaan iri hati ini juga dapat muncul di dalam lingkungan gereja. Ketika kita mulai membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, pada akhirnya kita akan merasa lebih rendah. Mungkin kita membandingkan dengan orang lain yang mampu melakukan lebih banyak pekerjaan gereja atau mempunyai lebih banyak talenta daripada kita. Menyimpan perasaan seperti ini akan membuat kita merasa iri kepada sesama saudara seiman dalam Kristus. Apabila ini terjadi, kita bisa jadi tidak lagi menganggapnya sebagai rekan sekerja, tapi sebagai pesaing yang mengancam diri kita. Sikap ini akan membawa kita ke dalam pelayanan yang penuh persaingan dan bukan pelayanan sukarela yang bersukacita dan menyenangkan Tuhan.
Alkitab memberikan beberapa contoh dan nasihat agar kita tidak iri hati dengan saudara-saudari kita dalam Kristus. Yosua, pembantu Musa, berusaha melarang Eldad dan Medad bernubuat di dalam kemah (Bil 11:28-29). Tapi Musa menjawab bahwa ia berharap semua umat Tuhan adalah nabi-nabi dan Tuhan akan menaruh Roh-Nya di atas mereka. Musa tidak melihat Eldad dan Medad sebagai pesaing atau ancaman terhadap kedudukannya sebagai nabi Allah. Sebaliknya, Musa merasa gembira jika Tuhan memanggil dan memilih lebih banyak orang. Ini mengingatkan kita bahwa orang-orang bertalenta di gereja dapat menjadi penolong bagi kita di dalam melakukan pekerjaan Tuhan.
Selain itu, Tuhan juga telah memberikan kepada kita masing-masing satu atau beberapa karunia berbeda agar kita dapat melayani Tuhan di beragam bidang yang dibutuhkan (1Kor 12:4-11). Kita tidak perlu merasa iri hati karena kita masing-masing akan berfokus pada bidang yang berbeda berdasarkan talenta kita masing-masing.
Rasul Paulus juga mengingatkan bahwa kasih tidak cemburu dan tidak sombong (1Kor 13:4). Jika kita mengaku mengasihi Allah dan saudara seiman, kita tidak perlu merasa iri hati terhadap saudara-saudari seiman kita. Sebaliknya, kita harus lebih mengasihi mereka dan terus mendoakan mereka agar Allah memimpin dan memelihara mereka sampai akhir.
Daripada merasa iri hati, kita lebih baik bersyukur karena Tuhan telah menambahkan pekerja untuk melakukan pekerjaan-Nya, karena tuaian memang banyak tapi pekerjanya sedikit. Tuhan menyertai kita semua.