Kumpulan Renungan Sauh Bagi Jiwa yang ditulis oleh Para Pendeta dan Jemaat Gereja Yesus Sejati di Indonesia
16. Tidak Berguna Tanpa Allah
“Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah – sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur” (Mazmur 127:2)
Pernahkah kita mempunyai suatu keinginan yang telah kita pendam dari sejak lama? Entah itu mimpi kita untuk menimba ilmu di suatu tempat, bekerja di perusahaan ternama, atau mungkin ingin membahagiakan keluarga. Kita semua pasti memiliki suatu keinginan yang kita usahakan agar dapat tercapai. Segala macam usaha kita lakukan. Misalnya agar kita dapat diterima di perguruan tinggi yang kita inginkan, kita akan belajar dengan bersungguh-sungguh. Mungkin kita juga akan mengikuti les atau kursus untuk memperbesar kemungkinan diterima di tempat tersebut.
Sama seperti kita yang mempunyai mimpi, Rahel–istri Yakub–juga mempunyai keinginan yang begitu ia dambakan, yaitu anak. Meskipun dia dicintai oleh suaminya, tapi dia tetap merasa iri hati kepada kakaknya, Lea yang sudah melahirkan beberapa anak bagi Yakub.
Dia mengusahakan beberapa cara agar dia bisa menghasilkan keturunan bagi Yakub. Rahel menyerahkan hamba perempuannya, Bilha, untuk dijadikan sebagai istri Yakub. Meskipun Bilha telah melahirkan dua anak, namun Rahel masih merasa hidupnya dan hidup pernikahannya hanyalah sebuah celaan atau aib bagi orang-orang di sekelilingnya. Rahel juga meminta buah dudaim yang Ruben bawa bagi Lea. Buah dudaim di masa kuno dikenal sebagai pembangkit berahi dan kehamilan. Menyadari bahwa ia mandul, Rahel tetap berusaha agar dia dapat memperoleh anak. Namun, cara-caranya ini tetap belum membuahkan hasil, karena dia hanya bersandar kepada usahanya sendiri.
Pada akhirnya, Rahel memiliki anak setelah Allah mendengarkan permohonannya dan membuka kandungannya. Rahel menamai anaknya ini dengan nama Yusuf yang mengandung makna ”mudah-mudahan Tuhan menambah seorang anak laki-laki lagi bagiku” (Kej 30:24). Kini, Rahel sadar bahwa Tuhan-lah yang berkuasa memberinya anak.
Usaha untuk menggapai apa yang kita inginkan boleh dilakukan, malahan kita memang harus berusaha dan tidak bisa diam saja. Namun, jika kita hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri, itu semua akan sia-sia. Ini juga berlaku ketika kita sedang menghadapi suatu permasalahan. Tuhan bukan saja melihat kesulitan yang kita hadapi, tapi Ia juga menunggu kita untuk berseru memohon pertolongan-Nya. Namun terkadang, kitalah yang terlalu “sibuk” atau terlalu “angkuh” untuk berseru memohon pertolongan dan penyertaan Allah, sampai akhirnya kita menyadari bahwa kekuatan kita tidak berguna tanpa Allah.
Oleh karena itu, kita boleh tanyakan pertanyaan ini kepada diri kita: apakah kita sudah melibatkan Tuhan di dalam rencana kita? Renungkan juga: apakah kita sudah meminta pertolongan Tuhan ketika kita menghadapi suatu permasalahan? Tuhan selalu mendengar setiap doa yang kita panjatkan, maka mari kita memohon penyertaan dan pertolongan-Nya di setiap langkah kehidupan kita. Percayalah juga bahwa jawaban Tuhan adalah yang terbaik dan akan diberikan pada waktu yang tepat. Tuhan menyertai kita semua.