Kumpulan Renungan Sauh Bagi Jiwa yang ditulis oleh Para Pendeta dan Jemaat Gereja Yesus Sejati di Indonesia
14. Yang Mengembara
“Dengarkanlah doaku, ya TUHAN, dan berilah telinga kepada teriakku minta tolong, janganlah berdiam diri melihat air mataku! Sebab aku menumpang pada-Mu, aku pendatang seperti semua nenek moyangku” (Mazmur 39:13)
Ketika kita sedang berlibur dan menginap di sebuah tempat penginapan, kita mungkin hanya akan membawa barang-barang secukupnya dari rumah. Pakaian, makanan, obat-obatan, dan sebagainya yang sekiranya diperlukan selama kita berlibur. Kita tidak membawa satu isi lemari kita, semua isi kulkas, atau pun barang-barang elektronik yang besar. Karena kita hanya sementara tinggal di tempat penginapan itu. Beberapa waktu saja, kita juga akan kembali ke rumah kita.
Sama halnya dengan perjalanan kerohanian kita pada hari ini. Sebagai seorang Ibrani rohani, kita hanyalah pendatang dan pengembara di dunia ini. Cepat atau lambat, kita akan meninggalkan dunia. Seperti halnya tempat penginapan yang memiliki batas tenggang waktu untuk menginap, kita pun suatu saat akan meninggalkan dunia ini, baik dalam waktu dekat ataupun lama.
Sekarang ini, begitu cepat dan mudahnya kita menerima berita atau kabar perihal kematian seseorang. Ada orang yang baru saja kami besuk di rumah sakit, ternyata malam harinya sudah berpulang. Ada juga orang yang saya ketahui masih sehat dan bugar, tiba-tiba dikabarkan ia telah mengalami kecelakaan dan akhirnya berpulang. Kita benar-benar tidak mengetahui kapan waktunya kita akan meninggal.
Oleh karena itu, kita yang datang sebagai pendatang dan pengembara di dunia ini tidak akan selama-lamanya berada di dunia. Namun, firman Tuhan menegaskan bahwa kita mempunyai suatu tanah air yang lebih baik (Ibr 11:13-16). Apakah kita sudah siap untuk pergi ke tanah air tersebut?
Dalam1 Petrus 1:17, ada tertulis: “Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.” Selama kita masih hidup dan memiliki kesempatan, kita harus hidup dalam ketaatan kepada Tuhan yang mengatur hidup matinya seseorang. Kita dapat mempelajari firman Tuhan agar kita mengetahui dan mengerti apa perintah dan kehendak-Nya. Dengan begitu, kita dapat menyenangkan hati-Nya dan hidup berkenan di hadapan-Nya sehingga ketika umur kita di dunia sudah tiba dan Tuhan sudah memanggil pulang, kita sudah siap sedia dan dapat masuk ke dalam kebahagiaan Tuhan kita bersama-sama dengan-Nya.