Berani Melangkah Seri Injil Matius (Bag 5)
Kumpulan Renungan Sauh Bagi Jiwa yang ditulis oleh pendeta, penginjil, siswa teologi dan jemaat Gereja Yesus Sejati di Indonesia
13. Jangan Bilang “Katanya”
“Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: ‘Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?’” (Matius 16:13)
Mengapa Yesus bertanya demikian? Jika melihat perikop-perikop sebelumnya, kita mengetahui bahwa orang-orang Farisi dan Saduki meminta Yesus untuk memperlihatkan suatu tanda. Sikap ini hanyalah menunjukkan ketidakpercayaan mereka akan Yesus Kristus sebagai Tuhan. Lalu bagaimana dengan murid-murid-Nya?
Menurut Injil Matius, setelah peristiwa itu Yesus menyeberang ke suatu danau, dan murid-murid-Nya lupa membawa roti. Ketika mengetahui perbincangan itu Yesus pun berkata: “berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.” Akan tetapi komentar Yesus itu justru membuat mereka berpikir dan menyangka perkataan Yesus disebabkan karena mereka tidak membawa roti jasmani. Oleh karena itulah Yesus segera menanggapi: “Tidak kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian? Ataupun akan tujuh roti untuk empat ribu orang itu dan berapa bakul kamu kumpulkan kemudian?”
Sesungguhnya perbincangan itu membuktikan betapa murid-murid juga memiliki masalah di dalam kepercayaannya dan pengenalannya terhadap Yesus Kristus. Jika tidak, Tuhan Yesus tidak mungkin akan berkata demikian kepada murid-murid-Nya. Selain itu, hal ini juga membuktikan bahwa pengalaman rohani, seperti halnya mendengar dan melihat tanda heran secara langsung, sesungguhnya juga tidak menjamin seseorang memiliki iman dan pengenalan yang benar terhadap Tuhan Yesus.
Setelah Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya mengenai pendapat orang tentang diri-Nya, Ia kemudian melontarkan pertanyaan yang senada dengan pertanyaan sebelumnya, tetapi kali ini Ia ingin murid-murid-lah yang menjawab-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Yesus bertanya karena Ia ingin mendengar sendiri pernyataan murid-murid-Nya mengenai identitas-Nya sebagai Tuhan, sebab dari jawaban atau pernyataan murid-murid-Nya itu Yesus dapat mengetahui keteguhan iman dan pengenalan mereka akan diri-Nya.
Pada saat itu untungnya Simon menjawab: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Jawaban itu seketika membuat Yesus menyebut Simon sebagai orang yang berbahagia, sebab bukan manusia yang menyatakan hal itu kepadanya, melainkan Bapa yang berada di surga.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus, dari peristiwa ini kita dapat menarik pengajaran yang berharga. Sebagai murid Tuhan Yesus yang baik, sepatutnya kita memiliki pengenalan yang benar terhadap Yesus Kristus secara pribadi. Jangan hanya bisa bilang “kata orang sih begini”, “kata diaken sih begitu”, atau “menurut pendetaku kayak gini deh.” Kita harus seperti Simon Petrus yang memiliki pengenalan yang benar terhadap Yesus Kristus, dan pernyataan itu diperolehnya karena Bapa yang berada di surga yang telah menyatakan kepadanya.
