TUHAN MENYERTAI KAMI SEPANJANG JALAN
Sdri. Gi Mairei – GYS Yokohama, Jepang
Haleluya! Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus saya bersaksi. Puji Tuhan, saya telah tinggal di Jepang selama empat tahun. Tiga tahun lalu, seorang jemaat gereja mengenalkan saya dengan Sdr. Xu En-Li dari Toyama. Pada waktu itu saya tinggal di Tokyo. Karena kami tinggal berjauhan dan karena jadwal pekerjaan kami, kami tidak dapat bertemu muka, namun kami tetap berhubungan lewat telepon. Dalam waktu enam bulan, kami memutuskan untuk menikah. Bersyukur atas tuntunan dan penyertaan Allah, kami dapat mengalami berkat-berkat menikah di dalam Tuhan.
Ketika pertama kali En-Li pindah dari Toyama ke Tokyo, tidak semuanya berjalan lancar. Pada waktu itu, kami mulai mencari pekerjaan untuk hidup. En-Li melamar beberapa pekerjaan, tetapi tidak berhasil. Ternyata para penyedia pekerjaan ingin mempekerjakan orang-orang Jepang. Karena itu, En-Li bahkan tidak ditawarkan untuk wawancara sama sekali. Karena kami tidak punya sumber nafkah, kami harus menggunakan tabungan kami untuk hidup. Pada waktu itu, tampaknya kami terperangkap dalam labirin dan tidak bisa keluar. Kami merasa tersesat dan tidak tahu harus berbuat apa, dan kami berdebat apakah kami harus terus tinggal di Tokyo atau kembali ke Toyama. Karena En-Li tinggal di Toyama selama dua tahun, ia lebih kenal daerah itu. Namun setelah memikirkannya dengan matang, kami memutuskan untuk tetap di Tokyo, tempat yang belum biasa bagi En-Li, dan terus mencari pekerjaan. Belakangan, seorang teman menawarkan pekerjaan kepada saya. Allah yang maha kuasa mengetahui kesulitan dan kebutuhan kami, dan berbelas kasihan kepada kami, sehingga saya dapat lulus wawancara pada upaya yang pertama! Melalui penyertaan-Nya, En-li juga mendapatkan pekerjaan tidak lama kemudian. Semuanya ini di luar dugaan kami. Apabila Allah tidak menyediakan kesempatan-kesempatan ini, kami tidak akan dapat memperoleh pekerjaan dalam waktu sesingkat itu. Gaji satu orang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran hidup dan pendidikan di Tokyo. Dari sini, kami menyadari bahwa Allah telah mendengarkan doa-doa kami.
Puji Tuhan, setelah En-Li mendapatkan pekerjaan dan hidup kami menjadi lebih stabil, ibu mertua saya mulai menanti-nantikan cucu. Pada waktu itu, kami telah menikah selama lebih dari setahun dan juga menginginkan anak. Tidak lama setelah itu, saya pun mengandung. Namun karena pekerjaan saya, saya sangat lelah dan banyak tekanan. Ini adalah kehamilan pertama saya, jadi ada banyak hal yang tidak kami ketahui; dan saya tidak menjaga diri saya dengan cukup baik. Pada akhirnya saya mengalami keguguran pada tanggal 9 Maret 2012. Karena saya terus mengalami pendarahan setelah keguguran, saya mengikuti anjuran dokter dan menerima dilatasi dan dikuret (Red.: suatu prosedur yang bertujuan untuk mengeluarkan jaringan dalam rahim) untuk membuang bagian-bagian yang masih tersisa dalam kandungan.
Setahun kemudian, kami masih mengharapkan untuk dapat mempunyai anak, jadi saya mengesampingkan pekerjaan dan pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri. Dokter menjelaskan kepada saya bahwa dinding rahim saya telah menipis akibat dilatasi dan operasi kuret. Kalau dinding rahim terlalu tipis, saya tidak mungkin hamil. Sama seperti benih membutuhkan lapisan tanah yang kaya dan subur agar dapat tumbuh, bayi yang dikandung juga membutuhkan dinding rahim yang tebal agar dapat bertumbuh. Tanpa ini, ada kemungkinan saya menjadi mandul. Walaupun apabila saya berusaha dan berhasil hamil, saya mungkin akan mengalami keguguran lagi. Mereka juga mendapatkan bahwa rahim saya tidak berbentuk oval seperti normal, tetapi membengkok dan menunjukkan tanda-tanda kerusakan.
Puji Tuhan atas kasih-Nya yang besar. Dari sini saya belajar untuk lebih memperhatikan kesehatan saya. Walaupun keadaan jasmani saya demikian, saya dan En-Li tetap terus berdoa memohon diberikan anak, karena kami tahu bahwa anak adalah warisan dari Tuhan (Mzm. 127:3). Di Perjanjian Lama, ada banyak contoh bagaimana Allah memberkati umat-Nya dengan anak-anak dalam keadaan-keadaan yang sulit – Sarah melahirkan Ishak pada umur 90 tahun; Ribka yang dianggap mandul melahirkan dua anak kembar, Yakub dan Esau; Hana berdoa kepada Allah dengan sedih dan rendah hati, dan akhirnya melahirkan Samuel. Di seluruh isi Alkitab, Allah menghibur saya dan saya menyadari bahwa Allah memiliki waktu-Nya sendiri. Selama kita mau menunggu Tuhan dan sepenuhnya mempercayakan perkara itu kepada-Nya, Ia akan memberkati kita lebih daripada apa yang kita mohonkan.
Dalam sekejap mata, enam bulan telah berlalu, dan saya menemukan bahwa saya mengandung kembali. Puji Tuhan! Di Markus 11:24, Alkitab memberitahukan kita, “Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” Puji Tuhan atas kemurahan dan pemeliharaan-Nya, tidak saja Ia mendengar doa-doa kami, Ia juga mengizinkan kami mengalami sukacita perencanaan-Nya dan penciptaan hidup yang baru.
Dalam empat tahun kami hidup di Jepang, kami dapat melihat bagaimana Allah senantiasa melindungi kami di bawah sayap-Nya. Sepanjang tahun-tahun ini, Ia senantiasa menyertai kami dan menuntun kami. Ia sungguh adalah Allah yang mendengarkan doa. Ketika kami merenungkan kembali tahun-tahun yang lalu, kami menyadari bahwa setiap berkat-berkat kecil yang Allah berikan kepada kami adalah dari anugerah-Nya yang besar bagi kami. Dari berkat-berkat ini, kami juga mendapatkan beberapa pelajaran. Apabila kita berdoa kepada Allah memohon sesuatu, kita harus berdoa dengan hati yang sederhana dan memohon hal-hal yang sesuai dengan kehendak-Nya. Apabila kita mau bersandar pada Allah, yang memberikan kita kekuatan, dan dengan berani berjalan di dalam jalan iman, dan taat pada firman-Nya dalam iman, maka Ia akan memberkati kita lebih banyak lagi damai sejahtera dan berkat-berkat dalam hidup kita. Kiranya segala kemuliaan bagi Allah kita di surga.
25 Agustus 2013