TUHAN MENEMUKANKU
Sdr. Vincent Chi – Gereja Sydney, Australia
Haleluya, di dalam nama Tuhan Yesus saya bersaksi. Dalam perjalanan hidup saya yang pendek ini, saya telah tinggal dan tumbuh dewasa di tiga benua berbeda: Taiwan, Amerika, dan Australia. Saya lahir dan dibesarkan di Taiwan sampai saya berumur 13 tahun. Lalu saya pindah ke Amerika dan tinggal di sana sampai saya menyelesaikan SMU. Agama bukanlah sesuatu yang terpikir oleh saya karena saya dibesarkan dalam keluarga yang tidak percaya adanya Tuhan. Jadi saya memegang pemikiran bahwa Tuhan hanyalah sebuah propaganda yang dibuat-buat manusia. Saya tidak pernah berpikir bahwa saya membutuhkan Tuhan.
Mendekati akhir pendidikan SMU dan bersiap-siap untuk masuk universitas, serangkaian peristiwa yang tidak diinginkan terjadi. Akibatnya, saya tidak bisa tinggal di Amerika untuk meneruskan pendidikan. Maka dimulailah kehidupan saya di Australia. Pada bulan Agustus 2000, saya menyadari bahwa saya harus meninggalkan Amerika dan pergi ke negara lain untuk melanjutkan pendidikan. Pilihan saya antara lain Inggris, Kanada, Selandia Baru, dan Australia; tetapi saya hanya punya waktu kurang dari tiga minggu untuk mengambil keputusan. Saya teringat dengan alasan saya memilih Austalia, adalah karena Olimpiade yang akan diadakan di Sydney pada musim panas itu; dan karena tidak tahu apa-apa tentang Australia, saya menjadi merasa ingin mencobanya. Dan sebenarnya pada waktu itu, saya bahkan tidak tahu di manakah Sydney di peta.
Puji Tuhan atas tuntunan dan rencana-Nya. Satu-satunya kenalan saya di Australia adalah Tante Wendy, teman ibu saya, yang kebetulan adalah jemaat Gereja Yesus Sejati (GYS) di Sydney. Setelah saling berkomunikasi, ia mengenalkan saya dengan Sdr. CK, yang sedang kuliah di universitas yang sama dengan saya. Setelah enam bulan di Sydney, Sdr. CK mengajak saya mengikuti Kebaktian Perkabaran Injil (KPI) di suatu Jumat malam. Saya ingat pada waktu itu, saya terkejut dengan cara jemaat berdoa, karena saya belum pernah melihatnya; tetapi hal ini juga membuat saya penasaran. Tidak lama setelah itu, saya kembali diajak untuk mengikuti kebaktian penginjilan lainnya dan juga ke sebuah persekutuan pemuda di gereja. Puji Tuhan, karena Tuhan telah membuka hati rohani saya; saya berkata pada diri sendiri, “Pastilah orang-orang ini tidak sebodoh itu berpura-pura berbahasa roh. Pasti ada sesuatu di balik ini semua.” Karena masih muda dan ingin tahu, saya memutuskan untuk mencoba memahami siapakah Allah sebenarnya. Tetapi setelah satu setengah tahun berlalu barulah saya benar-benar yakin bahwa kebenaran tepat berada di depan saya. Allah telah jauh-jauh mencari saya di dalam keadaan yang paling tidak terduga. Pada waktu itu, saya masih ragu-ragu dibaptis karena saya tidak yakin apakah waktunya sudah tepat. Tetapi seorang saudari memberitahukan saya bahwa masuk ke dalam Tuhan adalah permulaan iman, dan perjalanan iman adalah perjalanan seumur hidup.
Pertanyaan, “Jika pada waktu itu… apakah yang akan terjadi sekarang?” seringkali muncul dalam benak kita setelah terjadi sesuatu. Kalau saya tidak meninggalkan Taiwan, apakah yang akan terjadi sekarang? Bagaimana kalau saya memilih untuk tinggal di negara lain untuk belajar? Bagaimana kalau ibu saya tidak mengenal Tante Wendy? Apakah saya masih akan mengenal Allah? Yakobus 4:8 memberitahukan kita, “Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!” Saya yakin bahwa bukanlah kebetulan saya menyeberangi lautan dan mendarat di tiga benua dan tiba di kota ini untuk “menemukan” Dia. Tetapi Dia-lah yang memimpin saya dan menemukan saya menurut rencana-Nya. Kiranya segala kemuliaan bagi Tuhan kita Yesus Kristus!