Namaku Daniel Susanto, jemaat Gereja Yesus Sejati Pos Pelayanan Harapan Indah, Bekasi.
Harapan Jadi Kenyataan Seperti pasutri pada umumnya, kami mendambakan kehadiran anak di dalam keluarga. Saat istriku dinyatakan hamil, rasanya senang sekali. Kami berhati-hati, karena ini kehamilan pertama. Aku selalu menemani istri memeriksakan kandungan.
Bahkan kami membandingkan dua rumah sakit yang berbeda. Selain itu, kami pun juga berkonsultasi ke bidan. Kami begitu bersemangat setiap kali melihat tampilan buah hati kami lewat mesin USG. Dokter berkata bahwa bayi kami sehat. Semuanya berjalan lancar.
Pelayanan Tanggal 10 November 2018 aku dipercayakan dengan tugas baru sebagai pengerja gereja di Pos Pelayanan Harapan Indah. Aku tahu tugas ini tidak mudah. Tetapi Tuhan Yesus amat baik. Aku harus lakukan tugas ini dengan sebaik-baiknya untuk membalas kasih-Nya.
Persalinan Dua hari kemudian, pada tanggal 12 November 2018, pagi itu istri mulai kontraksi. Kami segera pergi ke bidan. Istri dalam keadaan baik, dan janin juga terlihat sehat. Sebelumnya, kami sempat berdoa agar proses persalinan lancar.
Pada jam 15:30 akhirnya bayi kami lahir. Namun, dia tidak bisa menangis, tidak seperti bayi lainnya. Aku segera membawanya ke rumah sakit. Dalam hati, aku sungguh cemas. Sepanjang perjalanan aku terus berdoa sambil menangis, “Tuhan, tolong anakku.”
Rumah Sakit Saat di ruang UGD, seorang perawat memberitahukan, “Maaf, bayi bapak tidak bernafas. Dokter akan coba membantu dengan tindakan memompa jantungnya. Tetapi hal itu berisiko, dapat membuat tulang dada bayi patah.” Aku langsung merasa lemas. Pilihan yang sangat sulit. Aku hanya bisa berdoa singkat, lalu segera menjawab, “Lakukan yang terbaik untuk anakku.”
Perpisahan Tidak lama kemudian, mertuaku memberitahu bahwa dokter ingin berbicara denganku. Aku menduga bahwa hal itu pasti bukan berita baik. Dengan langkah berat, aku berjalan menuju ruang UGD. Ternyata benar, anakku telah berpulang selamanya.
Diagnosa dokter, anakku mengalami kelainan jantung. Aku berlutut, berdoa, dan menangis. Saat mencium tangan kecilnya, hatiku terasa hancur. Aku ini ayahnya, tetapi aku telah gagal melindunginya.
Pemakaman Saat itu, istriku belum tahu keadaan anak kami. Aku bingung bagaimana memberitahukannya. Puji Tuhan, seorang hamba Tuhan datang bersama beberapa jemaat Gereja Yesus Sejati. Mereka yang memberitahukan kabar duka ini kepada istriku. Bersyukur, istriku dapat secara ikhlas menerimanya. Lalu kami mengikuti proses pemakaman Ezra, nama yang sudah kusiapkan untuk anakku ini.
Kehamilan Kedua Awal Januari 2019, istriku mendapat pekerjaan baru. Walaupun istriku kemudian mengundurkan diri setelah tiga bulan, kami bersyukur, karena istriku ada kesibukan lain yang membuatnya lebih mudah melewati masa sulit. Pada bulan Mei 2019, istriku hamil lagi. Kami sangat bersyukur. Proses kehamilan berjalan dengan lancar.
Putra Kami Tanggal 18 Januari 2020, lahirlah putra kedua kami, yang kami beri nama Timothy Immanuel Susanto. Saat mengetik artikel ini, dia sudah berusia satu tahun. Timothy tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas.
Suatu hari saat berbelanja, seorang penjual langganan kami melihat Timothy. Dia berkata, “Anaknya sehat ya, pak.” Lalu dia menceritakan bahwa anaknya juga mengalami kelainan jantung. Anaknya bertumbuh dengan sulit, lemah, kurus, dan harus sering minum obat.
Batas Kekuatan Tanpa mengurangi simpati kami terhadap penjual itu, kami seperti diingatkan bahwa peristiwa yang menimpa Ezra, anak pertama kami, memiliki sebuah hikmah.
Mungkin Tuhan tahu kekuatan kami begitu terbatas jika Ezra dipercayakan kepada kami.
Mungkin Tuhan tahu bahwa banyak hal yang akan terjadi di masa depan, yang belum tentu sanggup kami pikul.
Sungguh, kami semakin paham, bahwa Tuhan punya rencana indah untuk setiap orang. Dukacita kami sudah Tuhan gantikan menjadi sukacita.
Segala kemuliaan dan puji syukur hanya bagi nama Tuhan Yesus. Haleluya, Amin.