Perjalananku Di Dalam Sebuah Perjalanan:
Dari Ketakutan Dan Keraguan Menuju Iman dan Kepercayaan
Wai Leng Loke—Cheras, Kuala Lumpur, Malaysia
Saya sering mendengar tentang pengkabaran injil yang dilakukan gereja ke India. Ketika saya mengagumi semangat dan kesungguhan dari yang melayani dalam pengkabaran injil tersebut, saya tidak pernah menyangka akan terlibat dalam pengkabaran injil di bagian Asia Selatan.
Suatu hari, ketika saya menerima undangan secara mendadak untuk membantu pelayanan pendidikan agama di India, saya sangat bahagia. Saat saya mendengarkan koordinator departemen ini menjelaskan tentang apa yang dapat saya bantu, hati saya luar biasa bersemangat. Tetapi saya tidak dapat menghilangkan perasaan ketidakmampuan saya ketika saya mengingat keterbatasan saya dan kurangnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Saya khawatir saya tidak dapat beradaptasi dengan kondisi kehidupan disana. Terlebih lagi ingatan tentang kejadian kriminalitas yang menyeramkan di India memenuhi pikiran saya, meredam antusias saya. Saya harus mengusahakan perjalanan iman pribadi saya lebih daripada perjalanan pengkabaran injil ini.
KEJADIAN 1. MEMPERCAYAKAN PADA TUHAN
Jembatan pertama dan yang paling dekat yang harus saya lalui adalah izin dari orang tua. Tidak heran, orang tua saya sangat khawatir ketika mereka tahu keinginan saya untuk pergi dalam perjalanan ini. Ayah saya menyebutkan kejadian kriminal terbaru yang ada di koran yang terjadi di India, berharap hal ini akan menghalangi saya. Beberapa hari berlalu, kejadian-kejadian kriminal yang terjadi di India terus menerus mengikis tekadku untuk ikut dalam pengkabaran injil ini. Saya mulai khawatir dengan hal yang ditugaskan kepada saya, karena saya tidak tahu harus memulai darimana untuk menyiapkan diri saya. Saya mulai merasa tertekan dan diam-diam saya memiliki harapan bahwa perjalanan ini akan dibatalkan. Saya bergumul untuk beberapa minggu, khawatir tetapi tidak mau melewatkan kesempatan indah ini. Akhirnya beberapa saudara seiman dan saya memutuskan untuk membawa masalah ini dalam doa.
Suatu sore setelah kebaktian, saya berbagi dengan seorang pendeta tentang kekhawatiran saya. Dengan cepat ia meyakinkan saya “Pergilah. Tuhan Yesus akan menjaga engkau. Ia akan menjaga hamba-hambaNya. Pergilah dan pergilah dengan iman.” Tiba-tiba saya merasa bahwa Tuhan sendiri yang mengucapkan kata-kata itu kepada saya, dengan kuasaNya yang penuh dan penghiburanNya. Kebahagiaan dan Iman pada Tuhan memenuhi saya (Yoh 14:1)
“Tuhan, Aku akan pergi kemanapun Engkau ingin aku pegi!”
Esok paginya, saya memberitahu orang tua saya tentang keputusan saya dan meminta mereka untuk tidak khawatir, meyakinkan mereka bahwa Tuhan pasti akan menjaga pekerja-pekerjaNya.
RENUNGAN 1: MELANGKAHLAH!
Di Laut Merah, Musa hanya perlu mengulurkan tangannya ke atas dan Tuhan membelah airnya jadi orang Israel dapat menyebrang laut itu di atas tanah yang kering (Kel 14:21, 22). Tetapi saat di Sungai Yordan, ketika orang Israel akan memasuki tanah perjanjian, Tuhan menginginkan mereka untuk menyeberangi sungai ketika arus di sungai itu sangat kuat. Tuhan memerintahkan imam yang membawa Tabut Allah untuk melangkah kedalam air dan menjanjikan bahwa air yang mengalir dari hulu akan terputus dan membentuk sebuah bendungan (Yos 3:13-16). Apakah kita ada diantara para imam, apakah kita akan mengambil langkah itu?
Mudah untuk berdoa pada Tuhan untuk meminta penambahan iman pada Tuhan. Tetapi ujian sebenarnya datang ketika kita harus meninggalkan zona nyaman kita dan mengubah pengetahuan dan kepercayaan kita menjadi tindakan yang nyata. Sulit bagi kita untuk mengambil langkah pertama karena kita terbiasa berjalan dengan penglihatan bukan dengan iman. Ketika kita tidak lagi melihat hal yang biasa kita lihat yang membuat kita nyaman, ketika kita melihat dengan gugup pada arus yang kuat dan air yang begitu banyak di hadapan kita dan kita hanya mengingat akan keterbatasan kita, kita lupa bahwa Tuhan kita Maha Kuasa. Kita harus mengingatkan diri kita bahwa Tuhan menjaga dan Ia akan menolong kita untuk mencapai kehendakNya. Tetapi kita harus memiliki keberanian untuk mengambil langkah pertama. Kepercayaan dan tindakan – itulah iman sejati.
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu,
dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Akuilah Dia dalam segala lakumu,
maka Ia akan meluruskan jalanmu.
Alkitab menyediakan begitu banyak pengingat pada kita akan bagaimana Tuhan membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin – Ia membelah Laut Merah (Kel 14:21); Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta (Mrk : 10:46-52), berjalan di atas air (Mat 14:25), menenangkan angin dan ombak (Luk 8:22-25); Ia bahkan menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal (Yoh 11:38-44). Apakah ada hal yang tidak dapat dilakukan oleh Allah?
Bagi saya pribadi, apa yang saya butuhkan adalah untuk tidak melihat lagi kekhawatiran saya yang begitu besar dan mengambil langkah pertama untuk mempercayakan seluruh perjalanan dan perkerjaan kudus kedalam tangan Tuhan.
KEJADIAN 2. MELAKUKAN BAGIAN KU
Saya menerima telpon dari Komite Misionari ke India yang dibawah Departemen Pendidikan untuk memastikan perjalanan saya. Dua saudari akan menjadi rekan sekerja saya, salah satu dari mereka telah beberapa kali berpartisipasi dalam misionari ke India dan Afrika lebih dari satu dekade dan masih bersemangat untuk terlibat dalam pekerjaan kudus ini. Dia dan saudari yang lain sangat membantu saya dalam persiapan saya untuk menjalankan perjalanan ini dan menjalankan tugas saya.
Sebagai tambahan saya mempelajari pelajaran yang akan saya bawakan nanti. Saya juga mempelajari tentang perbedaan cuaca dan perbedaan budaya di India, menyiapkan obat-obatan dan mencari nasihat dari beberapa pekerja kudus dan saudara yang sudah pernah ke India.
Setelah menyiapkan semua yang saya butuhkan, kekhawatiran baru mendatangi saya: harus menjelaskan dan menguraikan tentang topik ini tanpa naskah yang bisa saya baca. Saya tidak yakin saya memiliki kemampuan dan kepandaian yang mencukupi. Bahkan saya merasa sangat tidak mampu. Lalu saya megingat apa yang telah Tuhan katakan kepada Musa:
Siapa yang membuat lidah manusia? (Kel 4:11a)
Sekali lagi, saya memandang pada Yesus. Saya berdoa dan memohon penyertaan Tuhan secara menyeluruh untuk memampukan saya menyampaikan dengan lancar dan melayanai sesuai dengan kehendak Tuhan.
Saya bertemu rekan sekerja saya pada tanggal 15 Mei 2013 di Bandara Internasional Kuala Lumpur untuk melanjutkan perjalanan kami ke India. Saya biasanya takut saat terbang tetapi entah mengapa penerbangan kali ini terasa berbeda. Ketika pesawat kami tinggal landas, saya memikirkan tentang betapa Maha Kuasanya Tuhan yang menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya. Rasa takut yang biasa saya alami digantikan dengan perasaan tenang, memberikan saya sebuah keyakinan bahwa semua hal akan berjalan dengan baik dibawah penyertaan Tuhan. Tidak lama kami sampai di Chennai, India, berjalan keluar mendapati senyum sambutan dari diaken dan pendeta setempat.
KEJADIAN 3. MELIHAT DAN MERASAKAN PEKERJAAN TUHAN YANG LUAR BIASA
Sewaktu 2 minggu di India, saya benar-benar merasakan penyertaan Tuhan; bersama Tuhan tidak ada yang tidak mungkin (Luk 1:37)
Saat itu musim panas dan sangat panas. Di tengah panas teriknya hari, saya sering bermandikan keringat. Bahkan ketika saya sedang berbaring di atas ranjang dengan nyaman pada malam hari dengan kipas angin yang meniup dengan kencang, baju saya tetap basah oleh keringat. Tetapi panas itu tidak merintangi pekerjaan saya sama sekali. Dan luar biasanya, tidak ada satu orang pun diantara kami yang mengalami dehidrasi yang serius atau diare, bahkan tidak terkena demam karena tanpa sengaja meminum minuman dingin yang dijual di pinggir jalan.1
Lalu pada hari berikutnya seorang pendeta memberitahu kami bahwa seminggu sebelumnya ada angin ribut yang menuju ke tempat kami. Menakjubkannya angin tersebut tiba-tiba berubah arah dan pergi menuju arah sebaliknya. Bukankah itu adalah berkat dan perlindungan daripada Tuhan kita yang penuh kasih, gereja dan pusat pelatihan kita di Ambattur, Chennai bisa saja terkena angin ribut itu dan seluruh perjalanan kami bisa saja dibatalkan.
Ketika saya memulai kelas saya, saya mendapati bahwa ketakutan saya yang sebelumnya sama skali tidak terjadi. Kata-kata mengalir dengan lancar dan saya dapat mengajar dengan lancar. Sebelumnya saya sangat khawatir saya tidak akan memiliki contoh yang cukup untuk dibagikan. Pada kenyataanya saya kehabisan waktu sebelum selesai maengajarkan semuanya! Bersyukur pada Tuhan atas penyertaanNya
RENUNGAN 2: MELANGKAHLAH!
Jauh di dalam diri kita semua, ada saat-saat dimana kita ingin melakukan sesuatu untuk Tuhan. Tetapi sebelum kita mulai kita dipenuhi dengan pikiran-pikiran negatif yang begitu banyak. Hal ini sering membuat kita lemah sehingga kita berpikiran pesimis dan kita menyerah sebelum mencoba. Tetapi pernahkah kita memikirkan bahwa pekerjaan Tuhan dapat terlaksana karena penyertaan Tuhan dan bukan dari kepandaian dan kekuatan kita yang terbatas?
Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: “Siapakah yang membuat lidah manusia?… Bukankah Aku, yakni TUHAN?” “Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.” (Kel 4:11a, 12)
Sekali lagi kita harus melihat kepada rasul-rasul. Bahkan rasul Paulus pun terbeban oleh kelemahannya. Tetapi ia membagikan kepada kita apa yang Tuhan katakan pada dia yang membuat dia tenang, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (2 Kor 12:9a)
Dan Yakobus memberi tahu kita bagaimana mengalahkan kekhawatiran kita: Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit — ,maka hal itu akan diberikan kepadanya. Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. (Yak 1:5, 6)
KEJADIAN 4. MENIKMATI KESATUAN DIDALAM KRISTUS
Satu di dalam Departemen
Ketika kami melayani bersama, rekan kerja saya dan saya melihat bahwa Tuhan memiliki maksud baik di semua hal yang telah Ia randangkan untuk kita. Kami dapat melihat bahwa Ia menempatkan kami bersama sebagai rekan kerja karena kami melengkapi satu sama lain didalam pengetahuan, kemampuan dan bahkan di dalam cara berpikir kami dan kekuatan fisik kami! Terpujilah Tuhan!
Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, (Rom 12:4)
Satu Keluarga
Tidak hanya saya menikmati berkat untuk melayani bersama-sama saudara seiman, saya sangat tersentuh dengan kehangatan mereka – orang yang belum pernah saya temui sebelumnya tetapi kasihnya melampaui ras, budaya dan wilayah karena Tuhan sudah lebih dahulu mengasihi kita.
Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. (1 Yoh 4:11)
Suatu hari seorang saudara mengantar kami ke greja di Chengalput, sekitar 1.5 jam perjalanan dari pusat pelatihan kami di Ambattur. Karena saya mengalami mabuk darat, perjalanan itu sangat menyiksa saya. Kita harus berhenti di pinggir jalan sehingga saya dapat pulih dari mabuk dan pusing yang saya alami. Saya merasa sagat tidak enak karena menyebabkan ketidaknyamanan pada semua orang, tetapi saudara seiman disana sangat baik dan mengerti kondisi saya, pergi ke tempat yang cukup jauh untuk mencari obat untuk saya.
Terlebih lagi selama perjalanan, saudari kami yang berasal dari India berusaha cukup keras untuk menyiapkan masakan, makanan ringan dan minuman tradisional India untuk kami makan. Tidak ada masa dimana kami merasa lapar! 2 minggu berlalu begitu cepat karena saudara seiman disini benar-benar membuat kami seperti kami berada di rumah.
Saya sangat bersyukur pada Tuhan akan kasihNya yang terpancar melalui pekerjaNya. Disamping jemaat setempat, saudara seiman kami di tempat kami berasal juga tidak henti-hentinya berdoa untuk kami dan rekan sekerja saya yang memberikan dukungan kasih baik dalam perkataan maupun perbuatan (1 Yoh 3:18). Tindakan mereka telah memberikan pelajaran pada saya untuk juga memberikan perhatian dan kasih pada sesama.
KESIMPULAN
Seluruh perjalanan berjalan dengan baik. Puji syukur pada Tuhan atas kasihNya yang begitu besar, berkat dan perlindunganNya dalam 2 minggu perjalanan kami di India. Kata-kata tidak dapat mengungkapkan rasa syukur saya atas kesempatan yang begitu berharga ini untuk bekerja bersama rekan sekerja yang baik, bisa melayani saudara seiman di India dan dapat menyaksikan sendiri karya Tuhan yang begitu luar biasa.
Saya diminta untuk mengajar tetapi karena kasih Tuhan yang besar, perjalanan ini memberikan saya banyak pelajaran yang sangat berharga.
Tidak hanya saya belajar untuk mengesampingkan kelemahan dan kekurangan saya, “Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” (2 Kor 12:10), tetapi saya juga menyadari bahwa bahkan di dalam kelemahan saya, saya masih dapat melakukan lebih karena Tuhan melalui Kristus telah menguatkan saya – secara jasmani dan rohani (Flp 4:13).
Saya belajar untuk menyerahkan segala kekuatiran saya kepada Bapa kita di surga melalui doa terus menerus (1 Ptr 5:7), untuk menghilangkan ketakutan saya dan percaya pada Tuhan. Saya juga belajar untuk percaya pada rancangan Tuhan karena Ia mengetahui segala kebutuhan kita dan kita tidak dapat menyelami pekerjaan Tuhan. Jika saya hanya melihat pada arus air yang kuat dan tidak mengambil langkah pertama untuk menjawab panggilan Tuhan, saya tidak akan menyaksikan bagaimana Tuhan bekerja melalui hambaNya. Ia menguatkan iman saya di dalam Ia dan menghilangkan keraguan saya. Saya sekarang dengan tidak sabar menunggu panggilan saya yang berikutnya
Segala puji dan kemuliaan hanya bagi Tuhan kita Yesus Kristus. Amin.
1 Penasihat perjalanan ke India mengingatkan kita akan makanan dan minuman yang dijual di pinggir jalan karena tingginya kemungkinan makanan dan minuman tersebut telah terkontaminasi.