Perahu Emas
Sarah Pai—Cerritos, California, USA
Saya tidak pernah berencana merantau sepanjang setengah bumi, jauh dari keluarga dan teman-teman saya. Tetapi, melalui pimpinan Tuhan, saya pergi meninggalkan Taiwan dan datang ke Amerika, tempat saya menjadi semakin dekat kepada-Nya dan menguatkan iman saya.
PERGI MENINGGALKAN TUHAN
Setelah saya lulus dari universitas, saya bekerja selama beberapa tahun sebagai guru Taman Kanak-Kanak. Saya menikmati pekerjaan tersebut. Tetapi oleh pengaturan Tuhan, saya dipimpin-Nya untuk belajar di luar negeri untuk mendapatkan gelar S2 dalam bidang Pengajaran Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Kedua (TESL–Teaching English as a Second Language).
Saya mulai mencari universitas di Amerika yang menawarkan program-program demikian, dan saya menetapkan hati untuk masuk ke universitas yang dekat dengan Gereja Yesus Sejati. Saya hanya menemukan satu universitas yang cocok dengan kriteria saya. Namun, meskipun saya sudah belajar dengan rajin, saya tidak dapat mencapai nilai ujian saringan masuk yang mencukupi untuk diterima ke dalam program di universitas itu. Pilihan satu-satunya yang tersisa adalah Arkansas Tech University.
Bulan Agustus tahun 2005, saya tiba di Arkansas, dan saya memutuskan untuk menaruh kepercayaan kepada Tuhan dan menikmati waktu saya di Amerika. Saya pikir mungkin Tuhan membawa saya ke sana untuk memberitakan Injil, karena tidak ada jemaat Gereja Yesus Sejati tinggal di sana. Walau demikian, saya tidak berani membagikan iman saya kepada teman-teman kuliah.
Saya mendapatkan banyak teman yang juga orang Tionghoa, yang melanjutkan pendidikannya di Arkansas, dan kelihatannya mereka menyukai dan menghormati saya. Kapan pun saya diminta menjadi penengah ketika terjadi perselisihan di antara mereka, saya berdoa meminta pertolongan Tuhan, dan dengan luar biasa Ia memungkinkan masalah-masalah itu teratasi dengan mulus.
Saya selalu diajak setiap kali teman-teman saya pergi: mengamati bintang di malam hari, berbelanja, bahkan pergi ke bar. Satu-satunya hal yang tetap saya pelihara adalah hari Sabat; namun bagaimana pun juga, secara perlahan mata dan hati saya tidak dapat sungguh-sungguh mengarah kepada Tuhan.
Hal-hal ini terus berjalan sampai akhir semester pertama. Pada suatu hari, saya menemukan diri saya berjalan pulang dan pergi ke kampus sendirian. Orang-orang yang saya kira adalah teman-teman saya, tiba-tiba berhenti berbicara dengan saya. Dalam kesepian, saya mencoba mencari Tuhan, dan di saat itulah saya menyadari betapa jauhnya saya telah pergi meninggalkan Tuhan.
Pengasingan dari teman-teman saya telah membangunkan saya, dan saya menetapkan diri untuk mendekat kepada Tuhan. Tetapi karena tidak ada jemaat Gereja Yesus Sejati di dekat saya, saya mulai mencari orang-orang Kristen dan gereja-gereja lain untuk memenuhi kebutuhan rohani saya.
MENCOBA MENDEKAT KEPADA TUHAN
Desember 2005, saya dikenalkan ke sebuah keluarga yang juga memegang hari Sabat. Setelah beberapa lamanya berbincang-bincang dengan mereka, saya menemukan kesamaan dalam doktrin mereka dengan Gereja Yesus Sejati, jadi saya mengikuti pendalaman Alkitab mereka dan pergi berkebaktian Sabat di gereja mereka.
Mereka memegang hari Sabat dari hari Jumat ketika matahari terbenam, hingga hari Sabtu ketika matahari terbenam. Tetapi tampaknya mereka lebih tekun dan taat daripada Gereja Yesus Sejati. Mereka memegang semua perayaan-perayaan yang ditulis di kitab Perjanjian Lama, seperti Paskah, hari raya roti tak beragi, Pentakosta, dan Tabernakel.
Mereka percaya akan berbahasa roh melalui kehadiran Roh Kudus, tetapi mereka hanya melakukannya di rumah dan tidak di gereja karena mereka menganggap hal itu tidak akan menguntungkan orang lain jika tidak ada yang mengerti apa yang mereka katakan.
Kapanpun saya bertanya, mereka dengan cepat membuka bagian Alkitab yang mendukung kepercayaan mereka. Saat itu, saya tidak punya banyak waktu untuk belajar Alkitab sendiri, sehingga dengan perlahan saya mempercayai hal-hal yang mereka ajarkan. Saya bahkan mencoba untuk tidak makan makanan “kotor” (seperti daging babi, udang, dan ham) untuk menyenangkan Tuhan.
Walau saya tumbuh dalam lingkungan pendidikan agama Gereja Yesus Sejati dan telah banyak terlibat dalam pelayanan guru agama sejak masih di SMA, saya mulai mempertanyakan iman saya saat saya di Arkansas. Saya mempertanyakan mengapa Gereja Yesus Sejati menganggap dirinya sebagai gereja satu-satunya gereja sejati yang akan diselamatkan, dan tidak mengerti mengapa mereka yang sungguh mengasihi Tuhan dan sesama manusia tidak dapat diselamatkan.
Walau demikian, tidak peduli berapa banyak pertanyaan-pertanyaan yang saya miliki dan seberapa besar keraguan saya akan doktrin gereja kita, ada satu hal yang benar-benar saya percayai–bahwa Tuhan adalah Penasihat terbaik, yang akan menjawab semua pertanyaan saya.
MENERIMA JAWABAN DARI TUHAN
Saya telah memesan tiket penerbangan untuk kembali ke Taiwan sebelum menyelesaikan kuliah saya, berpikir bahwa saya akan langsung bekerja setelah kembali ke rumah. Tetapi sebulan sebelum kuliah saya usai, salah seorang teman saya menyarankan saya untuk mengikuti Pelatihan Praktek Pilihan. Jika saya diterima, saya dapat bekerja di Amerika selama satu tahun dengan menggunakan visa pelajar. Setelah mempertimbangkannya selama dua minggu, saya memutuskan untuk mengikuti sarannya. Permohonan saya diterima, jadi bukannya kembali ke Taiwan, saya tetap tinggal di Amerika untuk mencari pekerjaan.
Beberapa orang memberitahukan saya bahwa mencari pekerjaan di Arkansas sangat sulit. Tetapi saya mendapat pekerjaan di sebuah sekolah swasta hanya dalam waktu satu siang, dan saya sudah mulai bekerja begitu liburan usai. Semua teman-teman saya terkagum-kagum.
Selama liburan, saya berpergian keliling Amerika, dan akhirnya terbang dari New York ke California Selatan untuk menghadiri Seminar Teologi Pemuda Nasional (National Youth Theological Seminar – NYTS). Walaupun batas waktu pendaftaran telah lewat, saya memutuskan untuk datang sebagai pendengar. Saya tiba dua minggu sebelum NYTS dimulai.
Karena saya memiliki begitu banyak pertanyaan mengenai iman dan kepercayaan saya, saya berlutut berdoa setiap pagi dan siang hari. Karena ada tugas untuk peserta sebelum seminar dimulai, saya mulai benar-benar mendalami Alkitab. Saya memiliki banyak pertanyaan mengenai kekristenan, sehingga saya mulai membuat sebuah daftar, dan menulis ayat-ayat yang saya temui di Alkitab yang menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Setelah saya memberitahu pendeta bahwa saya telah mengikuti kebaktian di gereja lain, ia membantu saya menjawab beberapa pertanyaan saya.
Satu minggu kemudian, seorang saudari mengundang saya untuk tinggal di rumahnya sebelum NYTS dimulai. Saya mencoba meluangkan lebih banyak waktu berdoa untuk meminta pertolongan Tuhan menjawab pertanyaan saya. Setelah berdoa dan membaca Alkitab lebih banyak lagi, pertanyaan-pertanyaan saya dijawab sedikit demi sedikit setiap hari, dan saya menyadari bahwa beberapa pengajaran di gereja yang saya hadiri di Arkansas salah.
Hari Rabu malam setelah kebaktian saya benar-benar merasakan kehadiran Tuhan. Saya merasa damai dan tidak ragu saat saya berdoa dan pergi tidur. Malam itu, saya mendapatkan mimpi yang terasa sangat nyata.
PERAHU EMAS
Teman sekamar saya di Arkansas, Rose dan Emily, sedang berdiri dengan saya di atap sebuah bangunan yang lebih tinggi daripada bangunan-bangunan di sekelilingnya. Saya mendegar mereka berteriak kaget ketika melihat ke langit. Ketika saya melihat ke atas, saya melihat sebuah titik emas yang kecil turun dari langit, yang semakin lama semakin besar mendekati kami. Tiba-tiba titik itu menjadi perahu emas. Saya tidak dapat lama-lama melihatnya, karena perahu tersebut bersinar sangat terang, tetapi saya dapat melihat ada sebuah ukiran salib di sisi perahu itu.
Ketika perahu emas itu semakin mendekat, perahu itu tiba-tiba berubah menjadi bangunan bersemen abu-abu dengan sebuah salib di atapnya. Ada dua belas jendela, dan ada satu orang berdiri di setiap jendela. Di salah satu jendela di bagian kiri, ada baskom perak dan handuk putih, sehingga terlihat seperti seperti asrama.
Semua orang yang berdiri di dekat jendela tersenyum dan melambaikan tangan dengan akrab kepada saya, dan saya juga tersenyum dan melambaikan tangan pada mereka. Perlahan-lahan, perahu tersebut naik dan bergerak menjauh ke kiri, dan kemudian perahu itu berhenti bergerak. Walupun perahu itu jauh dari kami, kami masih dapat melihat perahu tersebut terapung-apung di udara.
Rose menghampiri saya dan menyodorkan setumpuk kertas, meminta saya supaya orang-orang di kapal mengisi kuesioner. Saat itu kami tidak lagi berada di atap, tetapi di sebuah ruangan yang tidak mempunyai langit-langit. Saya mengiyakan, tetapi melihat perahu itu terapung begitu jauh, saya bertanya-tanya bagaimana saya dapat mengirim kuesioner ke sana. Saya tidak dapat terbang, dan tidak ada jalan untuk menyeberangi langit di antara kami.
Saya meletakan kertas kuesioner di birai jendela di dekat saya dan berlutut untuk berdoa menghadap ke jendela. Setelah lima menit berdoa, kertas-kertas terangkat ke udara dan terbang dari birai jendela ke perahu emas.
Beberapa saat kemudian, kertas-kertas kuesioner terbang kembali dan membentuk sebuah tumpukan di atas tempat tidur saya. Setelah kertas-kertas itu kembali, saya mencoba untuk melihat respon-responnya. Pada setiap kertas, ada beberapa pertanyaan dengan garis-garis yang disediakan di bawahnya untuk menuliskan jawaban.
Hasil kuesioner pertama yang saya lihat, menjawab setiap pertanyaan dengan penuh, menggunakan semua ruang jawaban yang disediakan. Saya berpikir kuesioner ini sepertinya diisi oleh salah seorang jemaat gereja yang sungguh-sungguh beribadah di gereja. Namun, kuesioner kedua yang saya lihat tampaknya diisi oleh orang yang entah tidak peduli mengenai pertanyaan-pertanyaannya, atau tidak mengetahui jawabannya, karena sebagian besar jawaban hanya diisi dengan “ya” atau “tidak, dan pertanyaan-pertanyaan yang butuh penjelasan lebih lanjut tidak dijawab.
Saat saya masih melihat-lihat hasil kuesioner, mimpi itu berakhir.
KEDAMAIAN MELALUI DOA
Ketika saya bangun pagi itu, saya duduk dengan hati yang berdebar-debar, karena mimpi itu terasa sangat nyata. Saya masih ingat mimpi itu dengan sangat jelas, dan saya terkejut dengan apa yang saya lihat dalam mimpi itu, tetapi saya tidak mengerti apa maksudnya. Walaupun mimpi itu tidak saya mengerti, saya tidak meluangkan waktu untuk meneliti atau memikirkannya.
Di hari itu, saya berada di mobil dengan beberapa jemaat gereja dalam perjalanan menuju sesi Pemahaman Alkitab ketika salah seorang dari saudari-saudari menepuk pundak saya dan berkata, “Lihat ke langit.” Kami melihat sebuah awan berbentuk perahu dengan salib dan orang duduk di perahu itu. Kami semua terkesima dengan pemandangan itu, tetapi saya tidak menceritakan mimpi saya.
Beberapa hari kemudian, saya telah melupakan perahu emas itu. Minggu itu, NYTS dimulai dan saya menikmati waktu saya di sana, mendalami Alkitab dan menjadi bagian dari persekutuan dengan saudara-saudari lainnya. Kami saling mendorong untuk saling mendoakan. Saya merasakan manisnya berada dekat dengan Allah, dan hati saya penuh dengan sukacita.
Salah satu hal yang banyak saya doakan adalah iman saya – jika saya pindah ke California, akan lebih mudah untuk menghadiri kebaktian dan mempertahankan iman saya. Namun jika saya kembali ke Arkansas, saya dapat memberitakan Injil ke teman-teman saya dan mungkin saja mereka diselamatkan. Dalam doa saya, saya merasa bahwa kembali ke Arkansas adalah pilihan terbaik, tetapi saya tahu bahwa iman saya akan diuji.
Dalam suatu doa, saya mencucurkan air mata saat saya meminta Tuhan untuk meneguhkan saya. Tiba-tiba, dukacita dan kekuatiran saya hilang, dan saya merasa tenang dan damai ketika saya mendengar sebuah suara yang berkata, “engkau adalah anak-Ku.” Saya tahu pada saat itu, Tuhan akan menjaga saya di Arkansas.
MEMAHAMI MIMPI SAYA
Walaupun beberapa pertanyaan saya terjawab selama saya berada di California Selatan, saya masih tidak mendapat jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang lain. Namun oleh karena kasih karunia Tuhan, jawaban-jawaban itu “menghampiri” saya setiap saya membuka Alkitab selama di NYTS.
Akhirnya, tinggal satu pertanyaan yang belum dijawab. Mengapa hanya Gereja Yesus Sejati yang akan diselamatkan? Saya berdoa dengan tekun untuk pertanyaan ini, dan memberitahu Tuhan bahwa saya tidak tahu bagaimana saya dapat meneruskan iman saya jika saya tidak mendapatkan jawaban dari Dia.
Akhir dari NYTS semakin dekat, tetapi pertanyaan saya masih belum terjawab. Dalam salah satu jam doa terakhir, saya kembali meminta sebuah jawaban. Ketika saya masih berdoa, perahu emas dari mimpi itu tiba-tiba memenuhi pikiran saya.
Tiba-tiba saja, saya mengerti apa maksud dari mimpi itu. Perahu itu mewakili Gereja Yesus Sejati, dan emas melambangkan kemurnian dan kebenaran Injil yang kita kabarkan. Seperti bahtera Nuh, hanya orang-orang yang ada di dalam perahu itu yang selamat. Jawaban kuesioner menunjukkan bahwa keselamatan tidak bergantung pada pengetahuan, kemampuan atau pengabdian kepada Tuhan dan manusia, tetapi karena iman. Mereka yang percaya dan menerima baptisan di Gereja Yesus Sejati diselamatkan, baik mereka menjawab kuesioner dengan lengkap atau tidak.
Tuhan memberi saya jawaban untuk pertanyaan ini: Gereja Yesus Sejati adalah satu-satunya gereja yang akan diselamatkan, karena hanya hanya gereja inilah yang memegang kebenaran sepenuhnya.
RENCANA TUHAN
Setelah NYTS berakhir, saya kembali ke Arkansas. Awalnya saya bekerja di sebuah playgroup, mengajar anak-anak berumur delapan sampai dua puluh empat bulan. Walaupun saya menikmati pekerjaan itu, saya berhenti bekerja setelah satu bulan, karena tempat itu tidak dapat membantu saya memperoleh visa kerja.
Suatu hari saya menerima telepon yang meminta saya menjadi guru pengganti. Ini adalah hal yang tidak terduga, karena dua bulan telah lewat sejak terakhir saya melamar pekerjaan, dan saya belum pernah diminta untuk menjadi guru pengganti. Setelah pekerjaan guru pengganti yang pertama itu, saya sering dipanggil untuk menjadi guru pengganti di kelas-kelas mulai dari Taman Kanak-kanak TK sampai Sekolah Dasar.
Paman menelpon saya di bulan Oktober, untuk menanyakan apakah saya dapat mengikuti KKR Pemuda di Dallas pada akhir Desember. Ia juga menyarankan bahwa akan lebih baik untuk saya bila saya pindah ke tempat yang lebih dekat dengan sesama saudara seiman Gereja Yesus Sejati.
Saya tidak tidak menyukai usulan untuk pindah ke tempat lain, karena saya merasa segala sesuatu dalam hidup saya berjalan dengan baik. Suatu ketika saat saya berdoa, saya mengerti saya sebaiknya menuruti saran paman dan pindah, tetapi pada saat yang sama, hati saya berteriak, “Bagaimana dengan kemungkinan untuk mengabarkan Injil di Arkansas?” Sulit rasanya untuk melepaskan kesempatan itu.
Karena saya belum memutuskan rencana saya untuk pindah, saya menggunakan sisa waktu di Arkansas untuk membalas kasih Tuhan dan semua orang yang baik kepada saya. Salah satu hal yang saya lakukan selama beberapa bulan, adalah memberikan tumpangan bagi beberapa teman kuliah yang tidak punya kendaraan. Sebagian dari mereka bertanya bagaimana saya diberkati dengan sebuah pekerjaan, dan saya menceritakan bahwa Tuhan-lah yang menyediakan segalanya.
Karena kasih Tuhan, empat di antara mereka mengikuti KKR Pemuda bersama saya, dan salah satunya menerima Roh Kudus. Ia akhirnya menerima baptisan air setelah menyelesaikan kuliahnya di Amerika. Saat itu saya menyadari bahwa rencana Tuhan jauh melampaui pengertian saya, dan saya tidak perlu kuatir meninggalkan Arkansas dan kesempatan mengabarkan Injil di sana.
Ketika mengingat kembali masa-masa itu, hati saya dipenuhi rasa syukur kepada Tuhan, bagaimana Ia memimpin saya melalui tahun-tahun di Amerika. Bila saya mengingat bagaimana saya terus menerus berada dengan teman-teman duniawi dan kemudian beribadah di gereja yang saya kira mirip dengan Gereja Yesus Sejati, saya menyadari, bahwa tanpa pertolongan Tuhan, saya akan berada jauh dari “perahu emas”-Nya yang menyelamatkan.
Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.
Sekarang saya mengerti, bahwa kuasa dan bimbingan Tuhan jauh melampaui pemikiran kita. Dan semua perkara Ia selesaikan selangkah demi selangkah di seluruh dunia, di luar pengetahuan kita.
Suatu hari, mungkin cerita kita akan terlupakan. Tetapi cerita tentang Tuhan tidak akan berakhir. Saya berharap, kita dapat terus mendoakan pekerjaan kudus di daerah-daerah terpencil, dan menyebarkan Injil ke mana pun kita pergi. Biarlah segala kemuliaan hanya bagi Tuhan.