PENGLIHATAN PEDANG PUTIH
Sdri. Tan En-Tze – Gereja Sandakan, Sabah, Malaysia Timur
Haleluya! Di dalam nama Tuhan Yesus yang kudus saya bersaksi. Saya adalah Sdri. Tang En-Tze – jemaat dari Gereja Sandakan. Nenek saya adalah Dks. Jiang Shun-Zhen dan ia berumur 88 tahun pada tahun 2002. Di masa tuanya, tubuh nenek saya menjadi lemah dan ia kesulitan berjalan. Perlahan-lahan imannya terpengaruh dan ia merasakan kegelisahan dalam dirinya.
Tanggal 24 Agustus 2002, nenek saya pergi ke Sandakan dari Kota Kinabalu. Puji Tuhan ia berkesempatan untuk mengikuti KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) di Gereja Sibuga. Pada waktu KKR, ia dua kali maju ke depan untuk berdoa, dan ia menerima tumpangan tangan dari para pendeta dan pengurus gereja.
Di malam terakhir KKR diadakan kebaktian penginjilan pujian tanggal 31 Agustus 2002. Pada waktu khotbah singkat disampaikan, tiba-tiba nenek saya melihat sebuah pedang panjang berwarna putih, yang ditempatkan di mimbar selama waktu yang lama. Lalu, seseorang berpakaian putih mengambil pedang itu dengan kedua tangannya dan mengarahkannya ke hadapan jemaat. Setelah itu, nenek saya tidak melihat pedang itu lagi. Setelah kebaktian, ia bertanya kepada jemaat di sebelahnya apakah mereka juga melihat pedang itu, tetapi mereka semua berkata tidak.
Setelah kembali ke rumah malam itu, nenek saya tidur nyenyak dan kakinya tidak terasa sakit. Sebelumnya, ia sulit terlelap karena rasa sakit yang ia derita di kakinya.
Merujuk Alkitab, penglihatan yang disaksikan nenek saya saat kebaktian dapat ditafsirkan demikian: Efesus 6:17 menyatakan, “…dan pedang Roh, yaitu firman Allah.” Di Ibrani 4:12, pedang ini adalah “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum.” Karena itu, pedang dapat melambangkan Roh Kudus dan firman Allah. Kesaksian ini mengajak kita untuk memahami bahwa pengajaran gereja kita adalah Roh Kudus dan kebenaran, yang disertai dengan tanda dan mujizat, seperti penglihatan, kesembuhan, dan sebagainya.
Puji Tuhan, kesaksian nenek saya berakhir di sini. Kiranya segala kemuliaan dan kuasa bagi Tuhan Allah yang benar di surga. Amin!
Kesaksian ini telah dikurasi dari kumpulan kesaksian “Counting the Lord’s Grace” yang diterbitkan oleh Gereja Sandakan, pada waktu ulang tahun ke-80 Pekerjaan Penginjilan di Sabah (1927 – 2007).