Menemukan Tuhan di Gereja Yesus Sejati
Warta Sejati Edisi 110: Menemukan Gereja Sejati – Daftar Isi
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Pik Sin Choo – Telok Kurau, Singapore
TERTARIK OLEH SEBUAH BUKU
Ketika saya berusia sembilan tahun, salah seorang bibi saya memberi kakak lelaki saya sebuah Alkitab. Kakak saya tidak tertarik pada buku tersebut. Saya yang tertarik. Melihat bahwa buku tersebut berbahasa Inggris dan berisi banyak gambar, saya pikir ini cara yang baik bagi saya untuk belajar bahasa Inggris. Dan cara ini berhasil.
Selain belajar bahasa Inggris, saya juga belajar bahwa ada Tuhan yang bernama Yesus. Dia sangatlah hebat dan mengasihi anak-anak. Saya berkata kepada diri sendiri akan menyembah Tuhan ini kalau saya besar nanti.
Beberapa tahun kemudian, ketika bibi saya itu menyadari bahwa saya tertarik pada buku tersebut, dia memberi saya sebuah Alkitab lain. Tidak seperti buku sebelumnya, Alkitab ini hanya berisi kalimat. Banyak sekali kalimat! Saya tidak tahu harus membaca mulai dari mana. Dari daftar isi saya menemukan Sepuluh Perintah Tuhan, jadi saya mulai dari sana.
Saya tertegun ketika sampai pada perintah yang menyatakan bahwa kita tidak boleh menyembah berhala-berhala buatan manusia. Selama ini saya melihat banyak patung buatan manusia setiap kali memasuki aula gereja. Dan saya diajarkan bahwa saya dapat menyembah Tuhan yang sejati dengan berdoa melalui patung-patung ini. Keragu-raguan ini menghalangi saya untuk menerima baptisan di denominasi tersebut.
DIUNDANG OLEH SEORANG TEMAN
Beberapa tahun kemudian, saya lulus dari universitas dan mulai bekerja sebagai pemeriksa keuangan. Pada bulan Juni 1999, saya pergi ke suatu perusahaan untuk melakukan tugas pemeriksaan keuangan. Saat istirahat makan siang, salah seorang sekretaris direktur bertanya apakah saya menganut suatu agama. Saya memberitahukan bahwa saya membaca Alkitab sendiri tetapi tidak pergi ke gereja mana pun karena saya tidak tahu gereja mana yang merupakan gereja sejati. Dia pun mengajak saya datang ke gerejanya, yang dengan penuh keyakinan dia katakan adalah gereja sejati.
Saya menerima ajakan tersebut dan pergi ke gerejanya, Gereja Yesus Sejati, pada hari Sabtu berikutnya. Semua terlihat cukup normal ketika saya melangkah memasuki gereja tersebut. Tetapi kemudian ada suara keras dan aneh yang tiba-tiba keluar dari pengeras suara. Kedengarannya seperti suara manusia, tetapi tidak pernah saya dengar sebelumnya.
Saya dapat merasakan seluruh wajah saya memucat ketakutan. Melihat kekagetan saya, dia dengan segera menjelaskan bahwa itu hanyalah suara orang yang sedang berdoa dan tidak perlu ditakuti.
Selanjutnya kami naik ke lantai dua dan memasuki aula gereja. Kebaktian dimulai. Ketika jemaat berlutut untuk berdoa di awal kebaktian, saya masih sangat ketakutan, tetapi saya belum setengah jam di sana masa langsung pulang.
Mengingat betapa hebatnya Yesus, saya berlutut juga dan berdoa kepada-Nya dalam hati. Saya memberitahu Tuhan, saya tidak tahu mengapa saya datang ke tempat seperti ini dan apa yang akan terjadi dengan saya sehingga memohon agar Tuhan segera menyelamatkan saya! Ketika pendeta mulai menyampaikan khotbahnya, rasa takut saya mulai mereda karena saya perhatikan bahwa dia sering mengutip ayat Alkitab.
DIYAKINKAN OLEH PENGLIHATAN
Saya pun terus mengikuti kebaktian di Gereja Yesus Sejati. Pada suatu hari Sabat di bulan Desember 1999, diadakan acara khusus doa dan puasa. Tujuannya untuk mencari pimpinan dan penyertaan Tuhan atas Kebaktian Kebangunan Rohani akhir tahun yang akan dilaksanakan minggu depannya.
Acara doa puasa ini dilaksanakan setelah kebaktian Sabat siang. Saya bermaksud untuk menyelinap pergi, tetapi sebelum dapat pergi jauh, istri pendeta mengajak saya untuk bergabung dalam doa. Tidak berminat untuk ikut serta, saya berdalih bahwa saya tidak berpuasa. Dia menjawab bahwa saya tidak perlu mengkhawatirkan hal itu karena Tuhan melihat hati kita.
Otak saya tidak mampu mengarang alasan lainnya secepat itu, jadi dengan terpaksa saya setuju untuk tetap tinggal. Durasi doa tersebut lebih lama daripada biasanya. Tak perlu lama bagi saya untuk mulai merasakan seluruh tubuh saya sakit karena kelelahan. Saya terus bertanya-tanya, “Kenapa pendeta belum juga membunyikan bel untuk mengakhiri doa?”
Pada saat saya bertanya-tanya seperti itu, pikiran lain muncul di benak saya, “Kenapa orang-orang ini berdoa dengan begitu sungguh-sungguh?” Ketika saya memikirkan pertanyaan ini, saya melihat sebuah salib dari kejauhan. Ada sosok yang tergantung di atas salib itu. Dalam penglihatan itu seluruhnya sangatlah gelap dan hanya ada cahaya di sekitar salib.
Air mata mulai mengaliri pipi saya. Hal-hal yang sebelumnya hanya saya baca di dalam Alkitab sekarang diperlihatkan secara langsung kepada saya. “Kasih yang ajaib, betapa heran bahwa Anak Allah, Tuhan Yesus, mati ganti aku.” Dia mati untuk kita semua.
Sungguh merupakan suatu anugerah bahwa orang yang penuh dosa dapat diperdamaikan kembali dengan-Nya. Dan doa adalah cara kita untuk dapat berkomunikasi langsung dengan-Nya. Saya tidak berani lagi, tidak ingin lagi, untuk bertanya-tanya kenapa pendeta tidak membunyikan bel untuk mengakhiri doa.
Minggu berikutnya, saya mengikuti Kebaktian Kebangunan Rohani di Gereja Yesus Sejati Adam Road, Singapura. Pada akhir sesi pertama, siapa saja yang mau berdoa memohon Roh Kudus dan mengalami Allah, diundang untuk maju ke depan aula. Saudari yang membawa saya menganjurkan saya untuk maju ke depan. Jadi, saya pergi ke depan aula berdoa.
Pada saat itu, saya masih belum dibaptis. Saya tidak berani memohon Roh Kudus, karena saya merasa tidak layak. Di dalam doa, saya hanya memohon agar Tuhan memberitahu saya apakah ini gereja-Nya yang sejati.
Suatu pikiran melintas dalam benak saya, “Ayahku yang di dunia mungkin tidak menyayangiku tetapi Bapaku yang di surga teramat sayang kepadaku.”
Air mata saya pun mengalir lagi. Tuhan Yesus tidak menjawab pertanyaan saya secara langsung. Tetapi entah bagaimana, saya tahu bahwa Dia ingin agar saya mencari sendiri jawabannya, dan Dia meyakinkan saya bahwa saya dapat menemukan Dia di Gereja Yesus Sejati.
DIBERSIHKAN OLEH DARAH-NYA
Pada tanggal 11 Juni 2000, saya menerima baptisan. Sekembalinya ke gereja, semua orang yang baru dibaptis diminta maju ke depan berdoa untuk menerima penumpangan tangan.
Setelah beberapa menit berdoa, saya masih belum menerima Roh Kudus. Lalu dalam hati saya berkata kepada Tuhan, “Tuhan Yesus, aku baru saja dibaptis dan sekarang dalam kondisi suci bersih. Tolong berilah aku Roh Kudus. Kalau tidak, aku akan berbuat dosa lagi begitu keluar dari gereja, dan tidak lagi sesuci bersih saat ini.”
Pada saat saya memanjatkan permohonan sederhana ini, hati saya mulai terbuka. Sungguh, saya dapat merasakannya merekah bagaikan bunga. Meskipun saya belum menerima Roh Kudus pada saat itu, perasaan bersih tanpa dosa itu sangatlah nyata dan meninggalkan kesan yang abadi pada diri saya.
KILAS BALIK MENGENAI ALAT PEL
Beberapa waktu setelah saya dibaptis, akhirnya saya menyadari betapa Tuhan menjawab pertanyaan saya perihal menemukan gereja sejati.
Suatu siang di penghujung 1998, sebelum mendengar tentang Gereja Yesus Sejati, bus yang saya tumpangi berhenti di halte seberang gereja. Mata saya menangkap nama “angkuh” “Gereja Yesus Sejati”. Walaupun pada saat itu saya tidak pergi ke gereja mana pun, saya merasa agak tersinggung oleh tulisan tersebut. Saya berpikir, “Hai, apa kau pikir hanya Yesus-mu yang sejati? Yesus-ku juga sejati!”
Akan tetapi nama itu juga membangkitkan rasa ingin tahu saya. Jadi setelah melewati Gereja Yesus Sejati di siang itu, dalam doa saya yang jarang-jarang, saya pun meminta agar Tuhan Yesus membimbing saya ke gereja-Nya yang sejati.
Suatu malam saya bermimpi. Dalam mimpi itu saya datang ke suatu tempat yang terasa sangat damai dan penuh sukacita. Entah bagaimana, saya tahu bahwa saya datang ke rumah Tuhan. Ketika terbangun, tidak banyak yang dapat saya ingat tentang tempat itu, yang saya ingat jelas hanyalah di tempat itu ada pagar, yang di atasnya bergelantungan sebaris alat pel.
Lama kemudian, setelah saya mulai datang ke Gereja Yesus Sejati, saya pergi ke gereja Adam Road untuk pertama kalinya. Acara saat itu adalah persekutuan simpatisan; kami mengadakan acara minum teh di ruang makan. Ketika sedang berjalan-jalan di samping ruangan itu, tiba-tiba saya tertegun—di sana ada barisan alat pel bergelantungan di atas pagar persis seperti dalam mimpi saya! Jadi melalui hal yang sangat menarik ini, Tuhan yang baik telah memperlihatkan kepada saya gereja-Nya yang sejati.
Saat ini, Tuhan Yesus terus membimbing dan memberkati saya dalam banyak hal. Setiap kali saya menengok ke belakang merenungkan betapa Dia dengan lemah lembut memanggil saya dan membawa saya kembali kepada-Nya, kepada Kebenaran-Nya dan Gereja-Nya, saya hanya dapat mengulang pada diri sendiri—sungguh, Bapaku teramat sangat sayang kepadaku.