IA MEMELIHARA HIDUPKU
Sdr. Lin Xu-Biao – Gereja Toronto, Kanada
Ditulis oleh Sdri. Elsa Lin
Haleluya! Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus saya bersaksi. Nama saya Lin Xu-Biao dari Fujian, Tiongkok. Salah satu sesepuh dalam keluarga saya memberitahukan saya bahwa ketika saya berumur sekitar satu atau dua tahun, ada sebuah tumor sebesar kepalan tangan di bagian kanan leher saya. Walaupun dokter telah membuang tumor itu melalui operasi, nanah terus keluar dari luka bedah dan tidak dapat sepenuhnya sembuh.
Ayah saya sebelumnya adalah orang beragama lain. Namun ketika ia melihat tetangga di seberang jalan membesarkan tujuh anak dengan damai sejahtera, ia bertanya kepada ibu saya untuk mengetahui bagaimanakah mereka dapat memelihara kesehatan dengan baik dan memiliki hidup yang tenang. Tetangga itu memberitahukan ibu saya bahwa itu dikarenakan mereka percaya kepada Tuhan dan menjadi jemaat Gereja Yesus Sejati (GYS). Mendengar itu, ayah saya meninggalkan imannya yang lama dan berkata kepada ibu saya bahwa mereka juga harus percaya kepada Yesus.
Tidak lama setelah itu, seorang diaken datang ke rumah kami untuk membuang berhala-berhala. Seorang pendeta juga datang untuk menumpangkan tangan dan mendoakan saya. Kami tidak pernah menyangka bahwa setelah satu minggu, luka di leher saya berhenti mengeluarkan nanah. Setelah melihat mujizat itu, seluruh keluarga kami dibaptis di dalam nama Tuhan.
Setelah saya bertumbuh besar, saya bekerja di berbagai tempat untuk mencari nafkah. Setelah menikah dan mempunyai seorang anak perempuan, saya berpikir bahwa sudah tiba waktunya untuk mendapatkan nafkah yang lebih baik untuk menghidupi keluarga kami, jadi saya datang ke Toronto sendirian di tahun 2000. Lebih dari tiga tahun kemudian, istri dan anak saya datang bergabung dengan saya ke Kanada setelah permohonan imigrasi mereka disetujui.
Sejak Tuhan Yesus menyembuhkan saya ketika saya masih kecil, tubuh saya tetap kuat dan tidak pernah menunjukkan tanda-tanda yang tidak normal. Itulah sebabnya di bulan September 2011 kami sangat terkejut menemukan tumor ganas sebesar 8 cm di hati saya. Saya diinapkan di rumah sakit dan menjalani operasi. Pada bulan April tahun berikutnya, dalam pemeriksaan CT scan dokter menemukan sebuah bayangan di salah satu paru-paru saya. Pemeriksaan biopsi kemudian menegaskan bahwa sel-sel kanker sudah menyebar ke paru-paru saya.
Pada hari Jumat malam, 13 Juli 2012, ketika seluruh keluarga saya sedang beribadah di gereja, saya turun ke lantai bawah untuk ke kamar kecil. Tiba-tiba saya tidak dapat menggerakkan tangan dan kaki kanan saya. Dokter Chiu, seorang saudari di gereja, menyimpulkan bahwa saya mungkin mengalami stroke, dan segera menganjurkan istri saya untuk membawa saya ke rumah sakit. Untungnya, dokter-dokter dapat melakukan pembedahan darurat untuk membuang tumor dalam otak saya, sehingga saya luput dari kematian untuk sementara waktu. Mereka menemukan penyebab stroke, yaitu penyebaran sel-sel kanker dari hati ke paru-paru dan kemudian ke otak. Tumor ganas di otak saya menekan pembuluh-pembuluh darah, menyebabkan pecahnya cerebrovascular dan menyebabkan stroke.
Saya sungguh bersyukur kepada Tuhan yang menuntun istri saya, dibantu dr. Chiu, yang segera mengambil keputusan cepat dan pergi ke rumah sakit tempat saya menjalani operasi bedah untuk kanker hati saya sebelumnya. Menurut kebijakan Pelayanan Medis Darurat, kalau kami memanggil mobil ambulans, kami akan dibawa ke rumah sakit terdekat, yang tidak memiliki arsip medis saya. Mereka akan perlu memulai pemeriksaan dari awal, dan akan menunda tindakan operasi. Saat itu, hidup saya mungkin tidak tertolong.
Hal yang ajaib adalah, walaupun kami jarang mengikuti ibadah Jumat malam, karena alasan tertentu pada pagi hari itu saya berkata kepada istri saya bahwa kami harus pergi kebaktian. Menengok kembali akan hal ini, Allah-lah yang mendorong saya untuk pergi ke gereja. Kalau saya mengalami stroke ketika kami berada di rumah, istri saya akan merasa kewalahan dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Kalaupun ia memberitahukan dan menunggu saudara-saudari seiman untuk datang dan segera menolong, waktunya sudah tertunda terlalu lama untuk membawa saya ke rumah sakit. Oleh karena pengaturan Allah, kami pergi ke gereja hari itu, sehingga saya mengalami stroke di gereja dan mendapatkan pertolongan dari jemaat, sehingga istri saya dapat bersikap tenang untuk membawa saya ke rumah sakit. Selain itu, rumah sakit berada di tengah-tengah antara gereja dengan rumah saya, sehingga mengurangi penundaan untuk menolong saya.
Setelah operasi pembedahan, saya dirawat di ruang ICU selama lima hari, dan kemudian saya dipindahkan ke kamar umum untuk pemulihan. Pada waktu itu, dokter di ICU berkata kepada saya bahwa dokter pulmonologi menyatakan bahwa ia tidak dapat mengobati saya. Ia juga menyebutkan bahwa dokter yang melakukan pembedahan tumor otak saya juga berkata bahwa karena keadaan saya yang parah, saya hanya memiliki sisa hidup dua minggu sampai dua bulan lagi. Ia melanjutkan, kemungkinan besar tumor akan bertumbuh lagi di otak saya dan menyebabkan stroke berikutnya. Ia bahkan berkata bahwa dokter onkologi berpendapat saya adalah pasien kanker stadium akhir yang tidak dapat disembuhkan, jadi ia tidak ingin mengobati saya lagi. Ia menambahkan bahwa sel-sel kanker paru-paru akan segera menyebar dan memakan sel-sel otot yang sehat, menyebabkan gagal jantung, dan akhirnya kematian.
Untungnya di saat-saat keputusasaan itu, jemaat terus mendoakan saya, dan juga menyediakan banyak pertolongan jasmani dan materi. Suatu hari ketika saya masih dirawat di rumah sakit, seorang saudari datang berkunjung. Ia membawakan partitur sebuah lagu kidung yang sebelumnya pernah dinyanyikan paduan suara. Saudari itu bersama istri saya kemudian menyanyikannya kepada saya. Setelah mengalami stroke, saya tidak dapat merasakan setengah bagian kanan dari tubuh saya, dari tangan hingga kaki. Tumor otak mempengaruhi pusat bahasa dalam otak saya; sehingga saya tidak dapat berbicara. Tetapi mengherankan, saya dapat menyanyikan kidung itu bersama istri saya beberapa hari kemudian, dan lirik yang saya ucapkan sekitar 60 persen jelas. Saya rasa Tuhan menghibur saya melalui lagu kidung itu, menyatakan bahwa Ia akan mendengarkan dengan lemah lembut pada suara doa-doa saya.
Setelah lebih dari satu bulan, dokter menganggap tidak ada lagi gunanya saya berlama-lama di rumah sakit karena semua pengobatan yang saya terima tidak memberikan pengaruh apa-apa. Ia menganjurkan saya untuk masuk ke perawatan paliatif atau pulang ke rumah dan beristirahat. Istri saya memutuskan bahwa saya pulang saja, tetapi perawat memberitahukannya bahwa karena saya bisa mati kapan saja oleh karena gagal jantung, ia meminta istri saya untuk menandatangani surat persetujuan untuk “tidak memanggil ambulans apabila suami saya sekarat.” (Perawat itu memberitahukannya bahwa kalaupun ambulans berhasil membawa saya ke rumah sakit, dokter-dokter tidak akan merawat saya. Namun, istri saya tidak menandatangani surat itu) Perkataan perawat itu menghancurkan hati istri saya. Ini adalah pengujian berikutnya dari Allah. Kalau bukan karena doa yang tak henti-hentinya dari saudara-saudari seiman dan ayat-ayat Alkitab yang menguatkan imannya, saya tidak tahu bagaimana saya dan istri dapat mampu menyeberangi lembah kekelaman itu.
Setelah saya keluar dari rumah sakit, saudara-saudari terus mengunjungi saya di rumah. Mereka mengajak saya untuk pergi ke gereja untuk beribadah Sabat, betapa pun sulitnya keadaan saya, dan mengikuti KKR dan KPI pada bulan September. Puji Tuhan saya mengikutinya! Setelah mengikuti KKR, keadaan saya bertambah baik. Kekuatan dan indera pada kaki kanan saya mulai pulih. Sebelumnya saya harus sepenuhnya mengandalkan istri saya untuk membantu berjalan dan berdiri, sekarang saya dapat berjalan dan berdiri dengan kekuatan sendiri. Saya juga merasakan pemulihan yang sama pada tangan kanan saya. Kemampuan bicara saya juga banyak meningkat. Belakangan, saya pergi kembali ke rumah sakit untuk bertemu dokter dan mereka semua terkejut dengan kepulihan yang saya alami. Mereka terus mengungkapkan keheranan mereka, “Benarkah ini?” dan “Mungkinkah?”
“TUHAN memerintahkan kasih setia-Nya pada siang hari, dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku.” (Mzm. 42:8)
“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mzm. 23:4)
“Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang.” (Mzm. 36:9)
Sejak saat saya didiagnosa dengan kanker hati, sampai penyebaran sel kanker ke paru-paru dan ke otak, bahkan sampai mengalami stroke, saya tidak pernah merasakan sakit. Ini adalah suatu keajaiban di dunia pengobatan! Semua dokter dan perawat yang merawat saya selalu bertanya, “Apakah Anda merasakan sakit?” dan saya selalu menjawabnya “Tidak!” Seperti yang dinyatakan Dk. Lee kepada saya sebelumnya, tidak merasakan sakit apa pun padahal mengidap kanker stadium akhir sangatlah memuliakan nama Tuhan! Bagi mereka yang percaya, mereka menyadari bahwa Tuhan adalah sumber kehidupan, dan hidup kita berasal dari Allah. Kalau Ia menghendaki seseorang untuk tidak merasakan sakit, mereka tidak akan merasakan sakit. Dalam terang Allah, saya telah melihat cahaya!
Pada awal bulan Januari 2013, empat bulan setelah saya pulang dari rumah sakit, kami menerima pesan dari dokter onkologi yang pernah berpendapat bahwa ia tidak dapat lagi merawat saya. Ia meminta saya untuk datang memeriksa laporan lanjutan tentang keadaan saya. Tanggal 31 Januari, kami merasa gelisah setelah tiba di rumah sakit, tetapi kami tidak pernah menyangka bahwa ia akan memberitahukan kami bahwa jumlah sel-sel tumor di paru-paru saya telah jauh berkurang, dan sel-sel kanker yang tersisa telah jauh mengecil. Indeks mitotic saya telah menurun dari di atas 10.000 hingga hanya 600. Dokter berkata kepada istri saya, “Sangat aneh, kami tidak melakukan banyak pengobatan, tetapi suami Anda bisa membaik dengan sendirinya!” ketika ia mendengar kabar ajaib ini, istri saya langsung menjawab dokter, “Sebenarnya Tuhan kamilah yang menyembuhkannya! Puji Tuhan!”
“Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib.” (Mzm. 9:1)
“Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah.” (Mzm. 66:9)
Puji Tuhan! Allah-lah yang memelihara hidup saya dan yang tidak membiarkan kaki saya digerakkan! Setelah itu, indeks mitotic saya terus turun sampai ke 80 dan terakhir hanya 2. Kapan pun saya kembali ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan, dokter onkologi selalu berkata kepada dokter-dokter magang bahwa kepulihan saya sungguh merupakan “mujizat”!
Apabila saya mengenang kembali, sebenarnya saya jarang beribadah ke gereja ketika saya masih muda. Saya tidak sungguh-sungguh memahami kebenaran. Saya berbicara dan berperilaku seperti layaknya orang yang tidak mengenal Allah, dan melakukan banyak dosa. Setelah saya jatuh sakit, saya sering beribadah, mendengarkan banyak khotbah, dan akhirnya menyadari bahwa dosa-dosa saya sangatlah besar. Saya tidak layak menerima anugerah Allah. Saya bersyukur, Tuhan tidak saja memelihara hidup saya agar saya bertobat; tetapi Ia juga menegaskan kuasa dan kemuliaan-Nya dengan kuasa penyembuhan-Nya yang ajaib! Haleluya! Amin!
“Cerebrovascular disease – Wikipedia.” https://en.wikipedia.org/wiki/Cerebrovascular_disease. Accessed 12 Aug. 2020.
“Pulmonologi – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.” https://id.wikipedia.org/wiki/Pulmonologi. Accessed 12 Aug. 2020.
“Penjelasan tentang Onkologi dan Perannya dalam … – Alodokter.” 18 Dec. 2019, https://www.alodokter.com/penjelasan-tentang-onkologi-dan-perannya-dalam-menangani-kanker. Accessed 12 Aug. 2020.
“Perawatan paliatif – Wikipedia bahasa Indonesia ….” https://id.wikipedia.org/wiki/Perawatan_paliatif. Accessed 12 Aug. 2020.
“Mitosis – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.” https://id.wikipedia.org/wiki/Mitosis. Accessed 12 Aug. 2020.