ENGKAULAH MATA AIR KEHIDUPAN
Dks. Apphia Lin – GYS Tokyo, Jepang
Haleluya, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus saya bersaksi. Di tahun 1991, Sdri. Wang Xiu-Qin, pelajar berumur 17 tahun dari Tiongkok datang ke Gereja Yesus Sejati (GYS) Tokyo. Tidak lama setelah ia tiba di Tokyo, ia mengalami kecelakaan lalu lintas.
Pada hari itu, setelah suami saya (Dk. Filemon Wu) pergi bekerja, saya menerima telepon dari polisi. Pada awalnya saya mengira mereka menelpon karena suami saya mengalami kecelakaan, karena biasanya ia mengendarai mobil untuk pergi bekerja. Namun setelah saya terus mendengarkan, polisi memberitahukan saya bahwa ada gadis Tionghoa yang baru saja mengalami kecelakaan dan berada dalam keadaan koma di rumah sakit. Ia tidak tinggi dan berambut panjang. Polisi menemukan nomor telepon kami di catatan gadis itu. Ketika saya mendengar hal ini, saya langsung menghubungi tiga gereja setempat. Setelah itu kami pun menyadari bahwa gadis yang mengalami kecelakaan itu adalah Sdri. Wang yang baru saja tiba di Jepang.
Kakak perempuannya memberitahukan kami bahwa benar adiknya ini belum pulang ke rumah (saat kecelakaan terjadi). Jadi saya segera bergegas ke rumah sakit dengan saudari-saudari lain untuk menjenguk Sdri. Wang. Pada saat itu, dengan berurai air mata kakaknya berkata kepada kami, “Dokter berkata bahwa kalau diperlukan operasi, akan memakan biaya jutaan Yen. Kami tidak sanggup membayarnya.” Ketika kami bertanya kepada dokter tentang keadaan Sdri. Wang, kami mengetahui bahwa ia mengalami memar otak. Walaupun tidak terlihat dari luar adanya cedera di kepala, tetapi di bagian dalam otak mengalami memar dan terjadi pengumpulan cairan otak di dalam yang menyebabkan pembengkakan. Yang paling menguatirkan, apabila cairan ini mengalir ke belakang menuju tulang belakang, keadaannya akan menjadi semakin parah. Dokter juga menunjukkan hasil CT scan kepala Sdri. Wang yang menunjukkan beberapa bercak hitam di otaknya. Karena gentingnya keadaan medis Sdri. Wang, dokter hanya akan mengawasi keadaannya menggunakan alat-alat di ruangan perawat. Mereka yakin bahwa kalaupun ia dapat siuman, ia akan lumpuh total seumur hidupnya. Mendengar kabar buruk ini, kami sangat menguatirkan keadaan Sdri. Wang. Tetapi saat itu juga kami berasa beruntung karena sebagai anak-anak Allah kita dapat berdoa kepada-Nya, Bapa kita di surga, yang memegang hidup kita di dalam tangan-Nya. Jadi kami langsung memohon belas kasihan dan anugerah-Nya. Dan gereja menghubungi seluruh jemaat untuk mendoakan dalam satu hati bagi Sdri. Wang pada jam 8 malam untuk memohon agar Allah menyembuhkan Sdri. Wang.
Ketika Sdri. Wang koma, gereja mengatur beberapa saudari untuk bergantian menjaganya 24 jam sehari. Lebih lanjut, selain memar otak, Sdri. Wang juga mengalami lepas tumit. Dokter orthopedi sudah datang, tetapi ketika mendengar Sdri. Wang mungkin akan lumpuh total kalaupun ia berhasil selamat dari cedera otak, ia menganggapnya percuma merawat kakinya karena Sdri. Wang tidak akan dapat menggerakkannya. Jadi dokter itu tidak mau memberikan perawatan. Namun oleh karena anugerah Allah dan doa saudara-saudari seiman, Sdri. Wang siuman di hari ketiga. Pada hari itu, kami mengunjunginya di rumah sakit. Secara mengejutkan ia memberitahukan kami bahwa ia rindu pada ibunya di Tiongkok dan ingin menelponnya. Pada waktu itu, panggilan telepon internasional harus dilakukan lewat telepon umum dekat stasiun bis. Secara kebetulan, suami saya membawa telepon genggam. Jadi ia menanyakan nomor telepon kepada Sdri. Wang. Tidak saja Sdri. Wang dapat memberitahukan nomor telepon ibunya, tetapi juga nomor ekstensinya! Panggilan telepon pun berhasil dilakukan. Kami semua merasa terkejut karena peristiwa itu menunjukkan bahwa fungsi otak Sdri. Wang sepenuhnya pulih. Bahkan dokter pun mengatakan bahwa itu tidak mungkin terjadi.
Alkitab memberitahukan kita, “tidak ada yang mustahil bagi Allah.” Karena hanya Dia-lah satu-satunya Tuhan atas hidup kita. Hidup kita ada di dalam tangan-Nya!
Orang yang menyebabkan kecelakaan itu adalah seorang supir taksi sebuah perusahaan taksi yang besar. Jadi seluruh biaya perawatan Sdri. Wang di rumah sakit, termasuk biaya-biaya rawat jalan dan pengobatan kakinya, bahkan juga hilangnya pendapatannya selama di rumah sakit, semuanya ditanggung oleh perusahaan taksi. Dan lebih lagi, setelah ia dipulangkan dari rumah sakit, perusahaan asuransi juga memberikan sejumlah uang! Sebelum ia pulang, polisi bertanya kepada Sdri. Wang apakah ia ingin menuntut si supir taksi secara hukum. Karena kendala bahasa, polisi salah paham dan mengira Sdri. Wang berkata “ya”. Belakangan, Dk. Wu membawanya ke kantor polisi untuk menjelaskan bahwa kami adalah orang Kristen dan tidak ingin mengajukan tuntutan hukum karena Allah sudah menyembuhkannya dari cedera yang tidak mungkin dipulihkan dokter. Betapa ajaibnya kasih Allah bagi kita, anak-anak-Nya! Karena Allah mengasihi kita, kita juga harus saling mengasihi dengan kasih yang sama; dengan menggunakan perkataan dan perbuatan untuk bersaksi kepada semua orang bahwa Ia sungguh adalah Allah yang penuh kuasa dan Tuhan atas kehidupan.
Kiranya segala kemuliaan bagi Bapa kita di surga!