Budak Uang
CY Lai – Taiwan
Sebelum saya pecaya kepada Kristus, saya percaya sebagai manusia kita dapat bersandar kepada kekuatan kita sendiri untuk mengatasi semua halangan-halangan. Saya berpikir sejauh saya bekerja keras, saya dapat mencapai tujuan apapun dalam hidup ini.
Istri saya dan saya adalah teman sekelas dari fakultas farmasi dan memiliki apotik di Chia-Yi, Taiwan. Kami bekerja dengan sangat keras. Selama enam tahun berturut-turut, kami bekerja tanpa sehari pun libur. Padahal, saya sering melihat orang hidup secara nyaman tanpa harus bekerja keras. Semata-mata mereka memiliki keberuntungan atau warisan keluarga.
Empat tahun sesudah saya membuka apotik saya, saya melepaskan ateisme saya dan mulai pergi ke berbagai kuil seperti setiap orang di sekeliling kami, berharap berhala-hala dapat membantu saya mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik dan menghasilkan lebih banyak uang. Sepertinya secara materi hidup saya semakin baik, jadinya saya terus melakukan penyembahan berhala selama beberapa tahun.
Tetapi saat kehidupan materi saya semakin baik, nafsu saya untuk menghasilkan uang semakin meningkat. Saya merasakan bahwa saya tidak dapat berpuas-hati dengan apa yang saya dapatkan. Saya menjadi terobsesi dengan pengejaran kekayaan tanpa henti.
Dengan maksud menumpuk kekayaan yang lebih besar, pikiran saya tidak henti-hentinya memikirkan bagaimana menginvestasikan uang saya. Ibu saya pernah memberitahukan kepada saya, “Tidak ada salahnya meminjam uang ke bank. Semua orang kaya juga meminjam uang ke bank.” Jadi saya meminta pinjaman dari bank dan menjadi anggota asosiasi farmasi untuk mendanai investasi saya.
Dengan keadaan seperti ini, saya menjadi seperti yang tercatat dalam Alkitab – menjadi budak Mammon.
Melihat ke belakang, saya benar-benar menyesal atas apa yang saya lakukan. Saya bertanya kepada diri saya sendiri, “Untuk siapa saya bekerja seperti budak seperti ini?” Tetapi pada saat itu saya tidak tahu perbudakan itu sedalam apa.
TITIK BALIK
Adik laki-laki saya bertemann dengan beberapa jemaat Gereja Yesus Sejati (GYS) saat dia kuliah di Canada. Dia berada di sana saat ayah saya didiagnosa leukemia, jadi dia menghubungi gereja Chia-Yi dan meminta bantuan jemaat di sana untuk membantu ibu saya.
Ibu saya bertumbuh dalam keluarga Kristen, tetapi dia sudah tidak ke gereja untuk beberapa tahun dan praktis adalah seorang atheis. Adik saya mengingatkan ibu saya untuk bersandar kepada Tuhan.
Awalnya ibu saya berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan, memohon kesembuhan daripada-Nya. Ayah saya juga menunjukkan ketertarikan dalam injil kebenaran. Selama dia tinggal di rumah sakit Tai-Chung, banyak saudara-saudari seiman dari gereja Tai-Chung datang berkunjung dan berdoa bagi ayah saya. Namun dia meninggal tiga bulan kemudian dan tidak mendapat kesempatan untuk dibaptis.
Ibu saya merasa sangat kehilangan ayah saya dan menjadi enggan untuk percaya kepada Tuhan. Dia tidak mengerti mengapa Tuhan tidak mendengarkan doanya saat orang lain memberitahukan kepadanya bahwa doa itu berkhasiat.
Suatu hari, saat ibu saya menangis di kamarnya, Tuhan menghiburnya dengan membuat dia dapat mendengarkan suara-suara indah dari malaikat yang menaikan kidung pujian. Awalnya ibu saya berpikir bahwa itu adalah suara saudara-saudari seiman yang datang berkunjung, tapi saat dia bertanya dia mengetahui bahwa tidak ada seorang pun yang bernyanyi. Adik saya memberitahukan kepada kami sesudahnya dia sering berdoa agar Tuhan menghibur ibu saya.
Kejadian ini membuat ibu saya kembali memikirkan kepercayaanya. Melalui penghiburan Kristus yang terus menerus dan pengalaman pribadi dia, ibu saya memutuskan untuk menerima Yesus sebagai juruselamat. Dia mulai mengikuti kebaktian-kebaktian di GYS dan tidak lama kemudian dia menerima baptisan air dan menjadi anggota GYS. Dia mengikuti sesi Pemahaman Alkitab, persekutuan dan mendengar banyak kesaksian-kesaksian yang luar biasa.
Ibu saya tinggal bersama saya, istri saya dan anak perempuan saya. Ibu saya bersaksi tentang Kristus saat kami berkumpul bersama untuk makan, dia berharap kami bertiga akan menerima injil keselamatan. Dia ingin menyampaikan kabar keselamatan akan Yesus Kristus kepada kami, tetapi saya menganggapnya adalah sampah. Sikap ini membuat ibu saya sakit kepala.
Setiap kali dia menceritakan gereja, kesaksian dan Yesus Kristus, saya menjadi marah. Saya berdebat dan membantah sampai ibu saya kehabisan kata-kata. Saya merasa yakin sekali bahwa kehidupan beragama itu menghabiskan waktu karena saya hanya tertarik untuk mengejar kekayaan, kekuasaan dan status sosial. Ibu saya sering bersembunyi di kamar, menangis dan cemas tentang bagaimana membawa kami kepada Tuhan.
Walaupun saya menolak untuk menerima Kristus saat ini karena saya hanya tertarik akan uang, saya tidaklah berpuas hati dalam hidup saya. Dengan bisnis ini, saya dan istri saya sangat tidak punya waktu setiap harinya. Kehilangan hanya tiga jam saja dapat membuat kami merugi sangat banyak dan membuat keuangan kami tidak seimbang di akhir bulan.
Dalam rangka meningkatkan pendapatan kami, saya dan istri saya sering mengadakan pertemuan untuk membahas dan merincikan hal-hal. Kami mencari perbaikan tetapi selalu berakhir berselisih pendapat dengan istri saya. Kami menjadi pasangan yang sangat tidak bahagia. Di mata orang lain kita tampaknya memiliki segalanya: rumah bagus, mobil, uang, dan seorang putri.
Tetapi saya masih tidak berpuas hati dan selalu membandingkan diri saya dengan orang lain. Saya menyadari sekarang bahwa harta dunia adalah hal hampa dan tidak bermakna, tetapi saat itu saya tidak mengetahui hal tersebut.
KESADARAN DALAM SAKIT
Hidup kami berubah di awal April 2003. Istri saya meminta untuk pemeriksaan fisik sesudah merasa lelah selama beberapa hari. Hal ini pernah dirasakannya sebelumnya, tapi baru kali ini dia meminta agar diperiksa oleh dokter, jadi adalah suatu mujijat dia meminta pemeriksaan ini.
Tes darah menunjukkan bahwa semuanya normal kecuali tingkat alpha-fetoproteinnya. Istri saya mengidap Hepatitis B sehingga indikator ini seharusnya tidak lebih dari 20 mg/ml, tetapi hasil pemeriksaan menunjukkan 30 mg/ml. Ada kemungkinan 90% bahwa istri saya menderita kanker hati.
Saya dan istri saya baru berumur tiga puluh tahun lebih. Kami berada di puncak kehidupan kami dan memiliki rencana serta tujuan yang belum dicapai. Jika benar istri saya menderita kanker, hanya akan ada kesempatan 50% baginya untuk hidup lima tahun lagi setelah menjalankan operasi yang berhasil.
Mengetahui hal ini, hidup kami penuh dengan kecemasan, kekhawatiran, dan air mata. Kita tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kami merasa kehidupan kami menjadi gelap dan tanpa harapan. Kami menyampaikan kabar buruk itu kepada ibu saya. Dia tidak tahu bagaimana caranya menghibur saya, tapi dia mengatakan hal yang paling penting, “Kamu harus berdoa kepada Tuhan Yesus Kristus.”
Pada saat itu, yang saya inginkan hanyalah agar istri saya dapat disembuhkan. Bahkan jika operasi berjalan lancar, dokter tidak bisa menjamin kelangsungan hidup istri saya. Dengan pemikiran ini, saya berkata pada diri sendiri, “Mengapa tidak mengambil saran ibuku dan berdoa kepada Yesus Kristus, karena menyembah berhala tampaknya sia-sia?”
Karena saya tidak tahu bagaimana harus berdoa, saya hanya berkata, “Yesus, jika kamu adalah Tuhan, tolong dengarkan doa saya.” Saya mencurahkan segala sesuatu dari dalam diri saya kepada Tuhan. Saya juga mengingat banyak kesalahan saya dari masa lalu, tapi saya memohon, “Jika Tuhan mengizinkan, tolong selamatkan istri saya.”
Beberapa hari kemudian, istri saya berobat ke rumah sakit yang lebih baik untuk pemeriksaan yang lebih rinci lagi. Dari USG, mereka menemukan bercak hitam sekitar dua atau tiga centimeter besarnya. Pemeriksaan CAT scan dijadwalkan keesokan sorenya untuk analisis yang lebih akurat.
Keesokan paginya, saya berdoa dengan cara saya sendiri. Saya berlutut dengan Alkitab pemberian ibu saya di depan saya. Ketika saya belajar di sekolah Katolik, Alkitab hanya menjadi hiasan di kamar saya untuk menunjukkan bahwa saya adalah orang yang berpengetahuan; sesungguhnya saya tidak pernah membacanya! Sekarang Alkitab ada tepat di depan saya membuat saya berpikir, “Saya akan mengambil ayat apa pun yang saya buka setelah doa sebagai perintah Tuhan kepada saya.”
Setelah saya berdoa, saya membuka Alkitab dan yang saya buka adalah Yohanes 4: 46-53, yang mencatat bagaimana Yesus menyembuhkan anak pegawai istana. Saya sangat senang setelah membaca ayat-ayat ini. Saya berlari turun untuk memberitahu istri saya bahwa dia akan baik-baik saja dalam pemeriksaan sore itu karena Yesus Kristus menunjukkan kepada saya bahwa istri saya akan bertahan hidup.
Dalam perjalanan ke rumah sakit, saya berpikir, “Yesus, Yesus, jika CAT scan menunjukkan bahwa istri saya tidak mengidap kanker, kami berdua akan percaya pada-Mu dalam sisa hidup kami.” Sebelum kami sampai ke rumah sakit, saya memberitahukan istri saya akan keputusan saya ini, dan dia juga menyatakan bahwa dia akan melakukan hal yang sama.
Sore itu hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa titik hitam itu adalah tumor jinak, namun di belakang titik hitam ada tumor lain sebesar 1 cm. Tumor ini kemungkinan adalah tumor ganas. Dengan hal tersebut di dalam pikiran, saya dan istri saya pulang ke rumah dan mulai berdoa.
HATI YANG BEBAL
Saya tidak tahu bagaimana saya harus berdoa atau kalau-kalau Yesus mendengarkan doa-doa kami. Saya membalik-balikkan Alkitab dan melihat Yakobus 5:16, yang berbunyi, “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” Saya sangat tersentuh oleh ayat ini.
Saya tahu bahwa saya orang berdosa, begitu juga dengan istri saya karena kami telah banyak menyembah berhala dan menjalani hidup yang penuh dengan kesombongan dan tidak baik. Jadi saya pergi ke ibu saya, berharap bahwa dia akan berdoa untuk istri saya, dan saya juga meminta ibu saya meminta pertolongan anggota gereja untuk berdoa bagi kami. Ibu saya berkata, “Tentu, tapi akan ada Kebaktian Kebangunan Rohani beberapa saat lagi, orang-orang mungkin sedang sibuk sekarang.”
Ibu saya segera memanggil Pendeta Lin dari GYS Chia-Yi dan beliau beserta beberapa saudara-saudari lainnya bermaksud datang ke rumah saya dan berdoa untuk kami keesokan harinya. Saya dan istri saya tidak menyambut baik hal ini karena walaupun kami ingin percaya kepada Yesus namun kami belum siap untuk dibaptis.
Saya telah menyembah banyak berhala di masa lalu, tapi itu ternyata sia-sia. Jika orang-orang di gereja ini sama seperti orang-orang di kuil Buddha, akan susah untuk menolak mereka. Tapi karena saya yang melontarkan permintaan ini kepada ibu saya, mau tidak mau saya harus menyambut mereka sebagai tamu saya. Saya bertekad bahwa jika mereka mencoba untuk memaksa kami bergabung dengan gereja, saya akan berpura-pura tidak mendengar mereka.
Hari berikutnya, pendeta dan anggota gereja datang ke rumah. Mereka berbincang dengan kami, berdoa bagi kami, dan tidak memaksa kami untuk datang ke gereja. Hal ini berbeda dengan apa yang saya pikirkan. Saya tersentuh oleh kasih mereka dan merasa sedikit malu pada diri sendiri.
Saya bertanya pada pendeta tentang Matius 19: 16-21, yang mencatat kisah pemuda kaya yang bertanya kepada Yesus apa yang harus ia lakukan untuk menerima hidup yang kekal. Dan kata Yesus kepadanya, “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (Mat 19:21).
Saya mengatakan kepada pendeta bahwa saya akan melakukan hal yang sama jika saya bisa menerima damai sejahtera dari Allah. Pendeta itu menjawab, “Jangan mengartikan secara harafiah, pengajaran ini dimaksudkan untuk mereka yang diperbudak oleh uang.” Saya merenungkan apa yang dikatakan tetapi tetap tidak mau ke gereja.
TUNTUNAN TUHAN
Suatu Kamis malam sekitar dua minggu setelah kunjungan pendeta, hati saya begitu berbeban, jadi saya membawa putri saya untuk naik sepeda motor bersama dengan saya. Kami melewati jalan Hou-Ping dan melihat sebuah bangunan dengan tanda, “Gereja Yesus Sejati, Chia-Yi”.
Saat itu sekitar pukul tujuh malam dan gereja terang benderang dengan pintu dan jendela yang terbuka lebar. Saya melihat beberapa orang menaikan puji-pujian di dalam, tapi tidak ada seorang pun di belakang mimbar. Tiba-tiba, saya pikir mungkin saya harus masuk ke dalam untuk berdoa. Saya berpikir mungkin Tuhan akan mendengar doa saya dan menjawabnya jika saya datang ke gereja-Nya, karena gereja adalah rumah Yesus.
Saya bertanya kepada putri saya apakah dia ingin masuk ke dalam dan berdoa. Dia berkata, “Baiklah.” Kami masuk ke gereja dan duduk di bangku terakhir. Saya menunduk kepala, memejamkan mata, dan mulai berdoa. Ketika doa berakhir, gereja dipenuhi dengan orang-orang, dan mereka agak terkejut melihat saya, seorang asing, dengan air mata di seluruh wajah saya.
Kebaktian dilanjutkan, tapi saya hanya mengkhawatir tentang masalah saya sendiri dan terus memandangi langit-langit, berpikir bahwa Tuhan mungkin menetap di sana. Saya menatap langit-langit dan berdoa kepada Allah untuk meringankan jiwa saya dari beban saya, sementara air mata jatuh di pipi saya.
Pada akhir kebaktian, pendeta berkata, “Jika ada yang ingin berdoa untuk mendapatkan Roh Kudus, dipersilakan untuk maju ke depan.” Saya berpikir bahwa mungkin Tuhan tidak bisa mendengar doa saya karena saya duduk begitu jauh di belakang, jadi saya pindah ke depan.
Berlutut di depan dikelilingi oleh orang-orang dengan Roh Kudus, saya berpikir, orang-orang ini haruslah yang disebut sebagai “orang benar” yang disebutkan dalam Yakobus 5:16. Akan sangat bagus jika mereka semua bisa berdoa sepuluh detik saja untuk istri saya. Lalu saya memikirkan mereka yang berjuang dalam perang Irak; saya dipenuhi dengan belas kasihan kepada mereka dan mulai berdoa untuk mereka. Pikiran ini muncul dalam pikiran saya sebanyak tiga kali dan saya terus berdoa dengan sungguh-sungguh.
Ketika doa berakhir, pendeta mengumumkan bahwa simpatisan yang datang untuk pertama kali telah menerima Roh Kudus. Sayalah simpatisan itu. Untuk pertama kalinya dalam sebulan ini saya merasa bahwa beban saya terangkat dari pundak saya dan bahwa rasa takut dan khawatir saya hilang.
Saya pulang ke rumah dan mengatakan kepada istri saya bahwa saya mendapat Roh Kudus. Dia bertanya, “Apakah Roh Kudus itu?” Sebenarnya, saya pun tidak memiliki banyak pengetahuan tentang Roh Kudus. Yang saya tahu adalah bahwa beban saya terangkat dalam doa.
Tiga hari kemudian, saya kembali ke gereja ingin tahu lebih banyak tentang Roh Kudus, karena Roh Kudus memberikan kelegaan yang begitu besar kepada saya. Saya juga terus menyelidiki Alkitab dan ingin memiliki dasar yang kuat dalam keyakinan saya. Saya tidak ingin menyembah tuhan yang salah seperti yang saya lakukan sebelumnya.
Saya mengatakan kepada istri saya bahwa penyakitnya tidak bisa disembuhkan oleh dokter atau medis canggih sekalipun. Saya menegaskan bahwa hanya melalui doa-doa dia bisa disembuhkan. Kadang-kadang kita berdebat karenanya. Tapi ternyata dia berdoa secara diam-diam tanpa saya ketahui.
Suatu malam, saya mengingatkan istri saya lagi tentang doa dan bertanya mengapa ia tidak berdoa lebih banyak lagi. Dia berkata, “Saya telah berdoa.” Kami berdua mulai menangis. Sebelum kami tidur, saya menggenggam tangannya dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Dia berbaring di tempat tidur dan air mata jatuh di wajahnya. Dia tidak bisa tidur sampai jam 2:00 subuh jadi saya pergi ke ruang lain dan meneruskan doa saya di sana.
Keesokan harinya, ketika saya sedang membaca Alkitab, istri saya berlari ke arah saya dalam kegembiraan yang begitu besar dan dia mengatakan bahwa dia barusan saja menerima Roh Kudus. Empat hari kemudian, ibu saya, yang telah dibaptis selama dua tahun, menerima Roh Kudus juga. Terima kasih Tuhan, hanya dalam waktu satu minggu, tiga dari kami dalam satu keluarga menerima Roh Kudus.
BUKTI
Istri saya terus menjalani MRI setiap bulannya. Keadaanya tampaknya telah stabil. Atas saran dari seorang saudara, kami memutuskan bahwa biopsi hati akan memberikan indikasi yang lebih baik atas keadaannya, jadi kami merencakan melakukannya di bulan Agustus.
Ketika tiba saatnya untuk melakukan biopsi, kami mulai merasa cemas dan takut atas risikonya. Tapi kemudian saya berpikir, sekarang saya percaya kepada Yesus, saya seharusnya tidak perlu takut. Saya mulai berdoa kepada Tuhan untuk memohon bantuan-Nya.
Suatu malam, dalam doa saya, saya memohon kepada Tuhan, mengatakan bahwa jika Dia ingin saya sebagai murid-Nya biarlah saya tidak merasa takut lagi. Saya juga meminta Tuhan untuk menunjukkan beberapa bukti sehingga saya bisa mendapat damai sejahtera. Saya tahu bahwa Allah adalah Tuhan yang Mahakuasa, jadi permintaan ini tidak dimaksudkan untuk menguji-Nya.
Tidak lama setelah itu, Tuhan memberikan saya penglihatan. Dalam doa saya, saya melihat empat malaikat muncul di depan saya. Salah satu dari malaikat tersebut lebih besar dan memiliki enam sayap (tiga pasang), dan tubuh tampak mengkilap dan tembus pandang. Malaikat itu mulai menumpangkan tangan pada saya.
Sementara itu, istri saya sedang tidur di lantai dengan tubuhnya dalam posisi meringkuk. Tiga malaikat lain menghampiri dia dan meletakkan tangan di kepalanya. Salah satu dari mereka menghampiri punggungnya dan tampaknya mengerjakan sesuatu. Saya bertanya, “Apa artinya ini?” Malaikat itu menjawab, “Bukankah kamu meminta bukti? Tuhan telah mendengar apa yang kamu minta, jadi jangan ragu.”
Saya kemudian menanyakan nama malaikat tersebut, dan malaikat itu menjawab, “Nama saya tidak penting; yang Anda percaya, Yesus Kristus, adalah penting.” Saya bertanya sekali lagi untuk namanya sebelum saya bangun.
Keesokan paginya, istri saya mengatakan kepada saya bahwa punggungnya sakit. Dia bertanya-tanya apakah dia telah tidur dengan posisi yang tidak nyaman. Dia masih mengeluh tentang rasa sakit di punggung malam itu, jadi saya memberitahukannya akan penglihatan saya dan memintanya untuk tidak khawatir. Saya juga mengatakan bahwa saya hanya akan memberitahu ibu saya tentang hal ini, dan tidak pada orang lain.
Seminggu kemudian, sebelum kami kembali ke rumah sakit untuk USG, kami terus berdoa kepada Tuhan dan berharap bahwa tumornya tidak akan menjadi lebih besar. Puji Tuhan, USG menunjukkan bahwa titik hitam telah benar-benar menghilang. Dokter melihat USG dengan hati-hati, tapi tidak bisa menemukan apa-apa. Titik hitam itu hilang sepenuhnya.
Enam minggu berlalu. Istri saya berpikir segala sesuatunya baik-baik saja, jadi dia melakukan tes darah tanpa memberitahu saya, dan tidak berdoa sebelumnya. Setelah melalui semua pencobaan ini, saya telah belajar bahwa saya perlu mengandalkan Tuhan dalam segala hal, jadi saya tidak senang saat mengetahui apa yang istri saya lakukan.
Hasil pemeriksaan keluar malam itu. Hasilnya menunjukkan bahwa salah satu indikator kanker hati bertambah dua kali lipat. Jumlah sebesar itu menunjukkan kemungkinan 95% ia mengidap kanker hati. Tiba-tiba, kami kehilangan iman kami. Keraguan dan kekhawatiran memenuhi hati kita. Agar lebih berhati-hati, kami merencanakan pemeriksaan lain lagi di rumah sakit yang lebih baik hari Senin berikutnya.
Hari Minggu sebelum pemeriksaan itu, Gereja Chia-Yi mengadakan persekutuan injil. Pada sesi doa di akhir persekutuan, saya dan istri saya berdua berlutut dan berdoa dengan sungguh-sungguh untuk penyembuhan dari Tuhan. Dalam doa, saya mendengar suara yang jelas mengatakan, “Jangan takut; Aku mengasihinya lebih besar daripada kasihmu terhadap dia.” Suara itu diulang tiga kali.
Setelah kami pulang, istri saya mengatakan kepada saya bahwa dalam doa di gereja ia meminta Tuhan untuk menghibur saya karena dia tahu bahwa saya begitu mengkhawatirkan dia. Pada hari Senin, indikator telah turun dari 400 mg/ml sampai 200 mg/ml. Puji Tuhan, ini adalah mujijat lagi, dan kami berdua bersuka-cita dengan air mata.
NILAI SESUNGGUHNYA
Saya tahu Tuhan akan menjawab doa-doa kami sesuai dengan iman kami. Tuhan itu Maha Kuasa, dan jika kita memegang teguh keyakinan kita Dia akan menyelamatkan kita pada akhirnya. Seperti dicatat dalam Roma 8:28, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
Kami menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi kepada kami itu sesuai dengan kehendak Tuhan yang indah. Puji Tuhan kami sekeluarga bertiga dibaptis pada bulan Maret 2004. Tuhan telah memberi kami Roh Kudus yang berharga, dan sekarang kami milik nama-Nya yang kudus.
Meskipun mata manusia tidak bisa melihat Allah, dengan adanya Roh Kudus, Tuhan dimanifestasikan dalam diri kita. Hal ini mempertegas bahwa Gereja Yesus Sejati mempunyai Roh Kudus, Injil yang benar, dan Tuhan Yesus Kristus ada di dalam gereja ini. Saya tahu bahwa kita dapat selalu mengandalkan Roh Kebenaran yang telah diberikan kepada kita.
Sejak saya mengenal Tuhan, hidup saya telah berubah secara drastis. Saya tahu bahwa tujuan hidup kami adalah untuk memuliakan Yesus Kristus, untuk mencintai keluarga kami, dan untuk menjaga iman. Kita juga harus membantu orang lain menemukan arti sebenarnya dari hidup dengan memberitakan kebenaran kepada mereka. Karena berkat dari Tuhan, sekarang saya hidup bahagia dan menjalani hidup yang berarti.
Saya berharap bahwa setiap orang dapat datang ke gereja ini untuk mempelajari kebenaran dan mengetahui bahwa Yesus adalah Allah yang benar; Dia adalah Tuhan yang memberikan hidup kepada kita. Gerbang-Nya yang penuh kasih selalu terbuka untuk semua orang, dan siapa pun yang datang kepada-Nya akan menerima kasih karunia yang melimpah dan memahami arti sebenarnya dari kehidupan.
Segala kemuliaan hanya bagi nama-Nya!