Bersyukur Atas Segala Kasih & Kemurahan-Nya
Meliana Tulus – Sunter, Jakarta, Indonesia
Pada awal September 2008, saya mengalami diare yang cukup parah dan tak kunjung sembuh, bahkan semakin parah selewat 2 minggu. Setiap hari, saya bisa bolak-balik ke belakang sampai 15 kali. Dan selama itu, saya juga hampir-hampir tidak bisa tidur. Begitu mata terpejam, tak lama kemudian perut saya pasti terasa mulas.
Akibatnya saya jadi sangat lelah dan lemas; sudah kurang makan dan minum, kurang tidur pula. Pada waktu itu, saya merasa putus asa. Saya sudah berdoa terus-menerus tetapi belum juga ada tanda-tanda kesembuhan. Setiap hari saya memohon, ”Tuhan, tolonglah supaya setidaknya aku bisa tidur sebentar. Aku lelah sekali. Tolonglah supaya diare ini bisa berhenti.” Tapi, doa saya tidak terjawab. Saya juga berdoa agar Tuhan memberikan hikmat untuk dapat menemukan dokter yang tepat. Akhirnya, Tuhan menjawab doa saya. Saya menemukan dokter itu.
Tetapi, setelah diare berhenti, tiba-tiba saja pinggang saya terasa sangat sakit dan saya mengalami susah buang air kecil. Mengira penyebabnya adalah banyaknya antibiotik yang saya telan tanpa dibarengi banyak minum air, saya pun berusaha minum air putih sebanyak-banyaknya. Tetapi, tidak ada pengaruhnya. Karena air yang masuk lebih banyak dibandingkan yang keluar, perut saya menjadi buncit dan pinggang saya bertambah sakit sehingga untuk berjalan saja sulit. Sekali lagi saya harus ke dokter.
Beberapa hari kemudian kondisi saya tidak juga membaik. Saya pun berobat ke dokter lain. Dokter itu mengatakan bahwa kantung kemih saya penuh. Obat pelancar kencing yang diberikannya memang manjur, tetapi herannya, perut saya masih juga buncit dan pinggang saya masih sakit. Setiap hari, sakitnya semakin terasa sampai akhirnya saya tidak bisa lagi berbaring. Saya harus selalu duduk dalam posisi tegak, bahkan pada waktu tidur. Sungguh menderita! Saya tidak tahu harus berobat ke mana lagi. Saya hanya bisa terus-menerus berdoa, tetapi tidak ada jalan keluar. Sudah kira-kira 1 bulan lamanya saya nyaris tidak tidur. Bisa tidur selama
Suatu hari, ada yang menyarankan supaya saya pergi ke dokter spesialis urologi. Ketika USG, tampak bahwa kantung kemih saya penuh, yang sungguh mengherankan karena saya merasa bisa buang air kecil secara normal. Dokter menjelaskan bahwa ini terjadi karena tidak semua urine keluar ketika saya buang air kecil. Sebagian urine yang tertinggal di dalam inilah yang membuat perut saya buncit dan pinggang saya terasa sakit terutama saat berbaring. Untuk mengeluarkannya, harus dipasang kateter.
Ketika akan memasang kateter, dokter dari bagian UGD memberitahukan bahwa rahim saya turun. Dokter menduga penyebab kesulitan buang air kecil adalah tertutupnya saluran kencing oleh rahim yang turun. Solusinya, rahim saya harus diangkat atau dinaikkan. Pada saat itu saya masih kesakitan sehingga masalah tentang rahim dikesampingkan dulu.
Setelah memakai kateter, mulanya memang terasa enak. Perut tidak lagi buncit dan pinggang terasa lebih enak. Tetapi, semakin lama, pinggang saya sakit lagi. Saya melihat urine saya bercampur dengan darah. Mungkin karena ginjal saya terlalu lama terendam urine, terjadilah infeksi.
Malam itu pinggang saya terasa lebih sakit daripada sebelumnya, sehingga dalam kesakitan saya berseru kepada Tuhan, ”Tuhan, sepertinya aku sudah tidak tahan lagi. Tuhan, tolong berilah aku kekuatan untuk menanggung semua ini. Tambahkanlah imanku!” Saya merasa begitu lemah dan putus asa. Tetapi, tiba-tiba saya merasa ingin mendengarkan khotbah. Saya tahu bahwa pada jam tersebut ada acara khotbah di radio. Ketika menyalakan radio, saya mendapati tema khotbah yang dibawakan saat itu persis seperti yang saya butuhkan. Inti khotbahnya adalah, dalam keadaan apa pun kita harus bertahan sampai akhir. Ini sungguh menguatkan saya! Saya merasa seolah-olah khotbah itu memang ditujukan untuk diri saya dan merupakan jawaban Tuhan atas seruan saya sebelumnya. Mendengar khotbah itu, jiwa saya menjadi dipulihkan. Sejak saat itu, saya mendapatkan kekuatan dan iman yang baru.
Setelah beberapa hari, akhirnya kondisi saya membaik sehingga sekarang perhatian dipusatkan pada rahim saya. Setelah berunding dengan keluarga, diputuskan untuk menjalani operasi pengangkatan rahim. Tetapi, dokter keberatan untuk melakukan operasi mengingat kondisi saya yang lemah dan kadar HB jauh di bawah batas normal sehingga risiko operasi menjadi lebih besar. Pada kondisi ini, saya berdoa agar Tuhan saja yang memutuskan langkah apa yang harus saya ambil. Saya menyerahkan semuanya kepada Tuhan karena Dia lebih tahu apa yang terbaik untuk diri saya. Singkat cerita, sehari sebelum operasi, hasil pemeriksaan terakhir menunjukkan kadar HB saya sudah naik dan kondisi saya sudah lebih sehat. Puji Tuhan! Operasi juga berjalan lancar.
Saya bersyukur bahwa sejak malam Tuhan menguatkan saya itu, saya bisa menghadapi segala sesuatu dengan tenang. Ketika akan menjalani operasi pun, saya sama sekali tidak merasa takut atau khawatir. Saya tahu bahwa Tuhan selalu menyertai saya. Kekuatan dari Tuhan sungguh luar biasa!
Sampai saat itu saya masih memakai kateter sehingga tidak mengalami masalah dengan buang air kecil. Setelah kateter dilepas selama beberapa hari, baru saya tahu bahwa saya belum sembuh total, karena sakit yang dulu mulai terasa lagi. Dari hasil USG, diketahui bahwa ginjal kanan saya mengalami pembengkakan dan penyumbatan di salurannya, tetapi tidak jelas apa yang menyumbatnya. Untuk itu, dilakukanlah rontgen, yang sayangnya juga tidak memberikan hasil karena cairan yang disuntikkan terhalang oleh tulang panggul saya. Jalan keluarnya ialah memasukkan alat endoskopi. Karena biaya sewa alat ini mahal, maka sambil memasukkan alat ini, dokter akan langsung melakukan tindakan. Kalau sumbatannya berupa batu, maka akan langsung dilaser dan masalah selesai. Tetapi, kalau sumbatan itu karena tulang (ada kelainan pada struktur tulang saya karena menderita polio), maka harus dipasang selang (by-pass) yang harus diganti setiap 6 bulan sekali, seumur hidup!
Untuk memastikan benar tidaknya diagnosa itu, saya mencari pendapat dokter-dokter lain. Hasilnya kurang lebih sama. Saat itu, saya merasa Iblis benar-benar tidak mau melepaskan saya. Dia terus mendesak agar saya jatuh. Karena itu, saya terus berdoa memohon pertolongan Tuhan. Saya sudah melewati banyak hal dan saya tidak mau berhenti sampai di sini. Saya harus bertahan sampai akhir!
Akhirnya, ada seorang dokter yang berkata belum pernah ada orang yang saluran ginjalnya tersumbat karena tulang. Karena itulah saya setuju untuk memasukkan alat endoskopi. Tetapi tak disangka, ketika operasi dilakukan, ternyata memang tulanglah penyumbatnya. Tindakan alternatif by-pass pun dilakukan, meskti dokter tidak bisa menjamin keberhasilannya, harus melihat keadaan setelah selang dilepas dua bulan lagi.
Mendengar ini, saya hanya bisa berserah kepada Tuhan. Saya bersyukur bahwa sekarang saya sudah lebih bisa menerima keadaan. Selama 2 bulan menunggu, saya lebih banyak mensyukuri betapa Tuhan sudah banyak menolong dan menemani saya selama masa-masa sulit dan penderitaan saya. Saya tahu, jika tanpa Tuhan, saya bahkan tidak dapat sampai pada keadaan saya sekarang ini. Walaupun belum pulih sepenuhnya, saya bisa merasakan betapa Tuhan mengasihi saya dan mengatur segalanya untuk kebaikan saya. Saya tidak lagi terlalu memikirkan apakah saya bisa sembuh seperti sediakala atau tidak. Memang, saya tetap berharap bisa sembuh total, tetapi itu bukan lagi menjadi hal yang terpenting. Sekarang yang terpenting bagi saya adalah bahwa Tuhan selalu ada bersama saya. Dia tahu semua masalah saya dan saya bisa menghadapi semuanya, karena bersama Tuhan kita bisa menanggung segala perkara.
Saya juga bersyukur atas kebaikan, perhatian, dan bantuan saudara-saudari seiman yang tidak jemu-jemunya membesuk dan mendoakan saya. Semuanya itu sangat menghibur dan menguatkan saya. Saya merasa bahwa dalam menanggung kesusahan ini, saya tidak sendirian. Banyak orang yang turut merasakan dan peduli pada saya. Kiranya Tuhan membalas segala kebaikan mereka.
Tuhan bukan hanya bekerja untuk kesembuhan diri saya, Dia juga mengatur keperluan saya yang lain. Misalnya dalam hal pekerjaan. Karena penyakit ini, sudah 5 bulan saya tidak bisa masuk kerja. Tuhan sungguh telah menggerakkan hati atasan dan rekan kerja saya. Semula atasan saya mengizinkan saya bekerja di rumah selama 2 bulan, tetapi karena sakit saya lebih lama dari itu, maka saya meminta supaya kebijakan itu diperpanjang dan ternyata diizinkan. Dan ketika saya berencana untuk masuk kerja pada bulan Januari, atasan saya malah menyarankan agar saya istirahat 1 bulan lagi. Selain itu, saya juga dianjurkan untuk sementara waktu bekerja di kantor Kelapa Gading saja supaya lebih dekat dengan rumah. Saya yakin semua ini adalah berkat pengaturan Tuhan. Tuhanlah yang membuat atasan dan rekan kerja saya dapat memaklumi kondisi saya dan mau memberikan kemudahan kepada saya.
Pada tanggal 5 Januari, selang saya dilepas. Puji Tuhan, sampai hari ini saya dapat buang air kecil dengan lancar. Pinggang saya kadang-kadang masih sakit sedikit, tetapi saya sangat berterima kasih kepada Tuhan. Walaupun melalui proses yang panjang dan menyakitkan, puji Tuhan, akhirnya saya bisa menghadapi semua ini. Saya pernah mendengar seorang pendeta berkata, ”Kalau kita tidak pernah mengalami kesusahan atau penderitaan, bagaimana mungkin kita dapat melihat mujizat dan kemuliaan Tuhan?” Itulah juga yang dirasakan oleh Paulus, sehingga dia rela menderita karena tahu bahwa dalam kelemahanlah kuasa Tuhan menjadi sempurna.
Saat ini, banyak di antara kita yang mengalami penyakit dan masalah yang berat. Tetapi, yakinlah bahwa Tuhan selalu ada bersama kita. Asalkan kita bersandar kepada-Nya, kita pasti dapat mengatasi semuanya, bahkan hal yang menurut kita paling sulit. Jangan pernah meragukan kuasa-Nya! Jika kita beriman sepenuhnya, kita tidak akan pernah dikecewakan-Nya. Iblis memang selalu ingin mencobai agar kita jatuh ke dalam perangkapnya. Dan dia tidak akan tinggal diam! Oleh karena itu, saya harus terus berjaga-jaga dan bersandar kepada Tuhan jika tidak ingin jatuh.
Kiranya kesaksian ini dapat menguatkan iman dan memberikan penghiburan kepada Saudara-Saudari sekalian, terutama yang sedang mengalami pencobaan berat. Di atas segala masalah kita, masih ada Tuhan yang mengasihi dan peduli kepada kita. Segala kemuliaan hanya bagi nama Tuhan.