ALLAH MENGASIHI DOMBA-NYA YANG PALING BODOH
Sdri. Yeh Mei-Fung, GYS Christchurch – New Zealand
Haleluya, di dalam nama Tuhan Yesus yang kudus saya bersaksi. Puji Tuhan, Ia telah membawa saya untuk menjadi orang Kristen! Hari ini saya mau bersaksi tentang bagaimana saya menjadi percaya; dan bagaimana Allah memberkati keluarga saya.
Nama saya Yeh Mei-Fung. Saya dibesarkan di keluarga yang beragama lain. Oleh karena anugerah Allah, saya pindah ke Selandia Baru dan akhirnya mengenal semua jemaat di Gereja Yesus Sejati (GYS) di Christchurch. Pada awalnya, ketika orang-orang memberitakan tentang Yesus kepada saya, saya selalu mengeraskan hati dan menjawab, “Selama saya tidak berbuat jahat, siapa yang saya yakini bukanlah persoalan.” Pandangan ini berubah setelah saya mengikuti sebuah kebaktian di GYS dan melihat bagaimana jemaat berdoa dalam bahasa roh, yang saya anggap aneh. Saya mulai berpikir mengapa gereja ini sangat berbeda dengan gereja-gereja lain yang pernah saya kunjungi. Jemaat tidak terlihat seperti sedang berpura-pura saat mereka berdoa, sehingga saya berpikir, “Adakah Tuhan?”
Setelah beberapa waktu, saya sering mengalami demam karena tumor kandung kemih saya yang kronis. Di masa-masa sakit itu, saya teringat dengan sebuah kaset dari GYS yang pernah saya dengar, “Yesus, Dokter yang Maha Kuasa.” Hal ini membuat saya mengecap iman pertama kalinya. Karena kenangan itu, saya berbaring di tempat tidur dan berdoa memohon agar Allah menyembuhkan penyakit saya. Tiba-tiba ada pancaran cahaya bersinar ke tubuh bagian bawah; seluruh tubuh saya terasa hangat dan sangat nyaman. Malam itu saya mengalami penglihatan yang sama. Begitulah caranya saya menjadi percaya. Saya merasa bahwa gereja ini sungguh-sungguh disertai Allah. Dengan hati yang sukacita saya segera memutuskan untuk menjadi orang Kristen. Permasalahan kandung kemih saya juga sembuh.
Tiga bulan kemudian, ketika seorang pendeta datang ke Christchurch, saya meminta untuk dibaptis. Namun ia memberitahukan saya bahwa karena saya belum lama mencari kebenaran, saya membutuhkan waktu lebih banyak untuk mempelajari kebenaran sebelum saya dapat dibaptis. Setiap kali saya pergi ke gereja untuk menghadiri kebaktian perkabaran Injil, saya selalu membawa baju ganti dengan harapan agar saya dapat ikut dibaptis dan dosa-dosa saya dapat diampuni (karena seluruh tubuh harus diselamkan dalam baptisan air). Namun kembali pendeta tidak mengizinkan saya dibaptis. Saya pikir ini aneh karena gereja-gereja lain pasti senang saya mau dibaptis, tetapi di GYS saya tidak diperbolehkan untuk dibaptis. Tetapi setelah pendeta menjelaskan akan pentingnya baptisan, barulah saya mengerti.
Saya berdoa dengan tekun memohon Roh Kudus sepanjang malam agar saya dibaptis. Pada malam terakhir kebaktian perkabaran Injil, akhirnya Allah memberikan Roh Kudus-Nya. Puji Tuhan! Semua orang merasa gembira dan pendeta membaptis saya pada keesokan harinya dan juga melaksanakan sakramen basuh kaki, khusus bagi saya. Pendeta kemudian pergi ke Singapura pada hari yang sama. Saat itulah saya memulai perjalanan saya untuk belajar menjadi orang Kristen. Walaupun saya tidak mengetahui banyak tentang ajaran-ajaran-Nya, Allah terus memberikan banyak anugerah dan selalu menunjukkan bahwa Ia menyertai saya.
Malam sebelum saya dibaptis, setan datang dan berusaha menghentikan saya. Saya dapat mendengar teriakan-teriakan di telinga saya, dan orang-orang meratap di sebuah pemakaman di luar. Saya tidak dapat tidur, jadi saya bangun untuk berdoa. Pagi harinya, saya melihat cahaya yang sangat terang dan indah memenuhi ruangan kamar. Karena setan telah pergi, dengan gembira saya pergi untuk dibaptis karena saya tahu saya telah menemukan Allah dan Ia akan melindungi saya.
Pernah suatu ketika saya sedang memberitakan injil kepada beberapa orang yang mencari kebenaran, sampai-sampai saya lupa memasak makan malam. Akibatnya, suami saya marah. Ia berkata bahwa karena saya tidak mengecap pendidikan yang cukup, bagaimanakah saya dapat mengajarkan orang lain tentang Alkitab?
Mendengar perkataan itu, saya merasa sangat sedih. Saya berpikir bahwa saya adalah domba Tuhan Yesus yang paling bodoh karena saya bahkan tidak tahu bagaimana caranya memberitakan injil. Saya menangis kepada Allah semalaman. Tiba-tiba saya melihat sebuah kota yang sangat teratur dan indah! Tembok-temboknya terbuat dari batu-batu berharga; tidak ada kata-kata yang dapat melukiskan indahnya kota itu. Saya sangat terheran-heran dan penasaran apakah saya melihat surga. Saya tidak berani masuk ke sana, jadi saya hanya melihat-lihat ke dalam dari pintu gerbang. Saya melihat kota itu penuh dengan cahaya dan jalan-jalannya tampak terbuat dari emas! Saya juga melihat bahwa jalan menuju kota itu sangat sempit tetapi menjadi semakin terang apabila orang berjalan melaluinya. Sekali lagi saya berpikir: inikah surga?
Saat itulah penglihatan itu berakhir. Saya merasa seperti jiwa saya meninggalkan tubuh saya; dan saya dapat melihat diri sendiri masih berada di kamar menangis sementara suami saya ada di sisi saya. Jiwa saya perlahan-lahan bangkit, melayang-layang di tengah angin. Saya berpikir apakah saya sedang pergi ke surga. Tetapi kemudian saya berpikir bahwa saya harus mengajak suami saya, jadi saya mengulurkan tangan dan berusaha menggapai suami saya, tetapi tidak bisa. Karena itu saya bertahan dan setelah beberapa waktu jiwa saya kembali ke dalam tubuh. Di sepanjang peristiwa itu, saya sepenuhnya sadar akan apa yang terjadi.
Melalui bantuan jemaat-jemaat lain yang menjelaskan, saya menyadari bahwa apa yang saya lihat adalah Kota Kudus, yang juga adalah gereja sejati (Why. 21:9-27). Hanya melalui gereja inilah saya dapat berjalan di jalan surgawi, yang menjadi semakin terang. Puji Tuhan! Walaupun saya tidak banyak mengenal Alkitab, Allah masih memberikan saya kesempatan untuk bersaksi bagi-Nya.
Setelah percaya, Roh Kudus mendorong saya untuk kembali ke Taiwan untuk memberitakan injil kepada orang tua saya. Karena ayah saya menderita stroke 16 tahun yang lalu, ia tidak dapat berjalan atau berbicara. Untuk mendapatkan damai sejahtera, ibu saya menjadi vegetarian selama 40 tahun. Saya percaya bahwa Allah yang penuh belas kasihan akan memberikan kemurahan bagi mereka dan menyelamatkan mereka.
Setelah berdoa beberapa lama, saya kembali ke Taiwan. Awalnya, saya tidak tahu bagaimana caranya menginjili mereka, jadi saya hanya berdoa. Suatu pagi, saya melihat ibu saya sedang melakukan ritual agamanya. Tanpa tertahankan, saya bertanya kepadanya, “Ibu masih terus melakukan hal itu berpuluh-puluh tahun tetapi masih belum membawakan damai sejahtera ke dalam keluarga ini, jadi mengapa Ibu masih melakukannya? Yang Ibu sembah ini meminta dilayani dengan makanan, minuman, dan uang. Pastilah allah ini bukan allah yang sesungguhnya. Pasti ada satu Allah yang benar di surga yang tidak membutuhkan orang-orang melayani-Nya dengan makanan dan minuman. Ia melindungi dan Ia juga akan membawa Ibu ke surga. Allah ini adalah Tuhan Yesus!”
Ibu saya berkata, “Tetapi saya mendengar bahwa mereka yang percaya kepada Yesus akan dicungkil matanya setelah mereka meninggal.” Saya menjawab, “Itu gosip saja! Kalau Ibu datang ke gereja dan mendengarkan, Ibu akan tahu!”
Puji Tuhan karena Tuhan mengubah pikiran ibu saya; tanpa terduga, ia mau diajak ke gereja bersama saya. Pada waktu itu, GYS Nanzi di Kaohsiung sedang mengadakan kebaktian perkabaran Injil. Jemaat di sana sangat perhatian dan datang menjemput kami; mereka bahkan menuntun ayah saya naik turun tangga. Sebenarnya inilah pertama kalinya saya pergi ke GYS, karena di Selandia Baru bangunan gereja belum berdiri selain kebaktian keluarga. Ada banyak sekali orang di gereja sejati, dan mereka semua penuh dengan kasih! Puji Tuhan!
Bersyukur atas kemurahan Allah, setelah kebaktian perkabaran Injil, kedua orang tua saya memutuskan untuk dibaptis. Namun ada beberapa halangan bagi keluarga kami. Ayah saya sudah lama sakit dan organ-organ internalnya sudah mulai memburuk. Kalau ia dibaptis di laut dan terjadi sesuatu, bagaimanakah saya mempertanggungjawabkannya? Walaupun demikian ternyata baptisan ayah saya berjalan lancar. Puji Tuhan!
Setelah itu, saya bersiap-siap untuk kembali ke Selandia Baru, jadi saya pergi ke Taipei. Tiba-tiba saya mendapat kabar bahwa keadaan ayah saya memburuk dan ia dilarikan ke rumah sakit. Saya bergegas kembali ke Kaohsiung dan berdoa kepada Allah memohon kemurahan-Nya. Saya menyadari bahwa ketika saya tiba, sanak keluarga akan menunggu di sana dan menyalahkan saya atas apa yang terjadi pada ayah saya. Hati saya penuh dengan kesedihan. Karena pengaturan Tuhan, letak rumah sakit ada di seberang jalan dari gereja di Kaohsiung. Jadi saya meminta tolong saudara-saudari seiman untuk mendoakan kami.
Suatu hari sekitar jam 2:30 siang, ketika saya berdoa bersama-sama saudara-saudari seiman di gereja, Roh Kudus menghibur saya dan saya merasa sangat bersukacita. Lalu saya merasa bahwa kali ini pasti Allah akan menyembuhkan ayah saya. Ketika saya kembali ke rumah sakit, saudara ipar saya bertanya, “Apa yang kamu lakukan antara jam 2:30 dan jam 3 siang?” “Mendoakan ayah saya,” jawab saya. Saudara ipar saya merasa takjub dan berkata, “Sungguh ada Tuhan!”
Ternyata, pada jam 2:30 siang, ayah saya menoleh ke arah jendela, tampak girang, seakan-akan ia dapat melihat seseorang mendekatinya. Walaupun ia tidak dapat berbicara, tampaknya seolah-olah ia sedang berbicara dengan orang lain. Lidahnya mulai bergerak dan ia terlihat sangat gembira. Ini berlangsung selama setengah jam. Saudara ipar saya bertanya kepada ayah saya, “Apakah kamu melihat Yesus?” Ayah saya mengangguk. Peristiwa itu terjadi dua kali.
Puji Tuhan! Begitu saja, ayah saya sembuh. Setahun kemudian ketika saya kembali ke Taiwan di akhir tahun 1992, ayah saya kembali kepada Yesus. Saya melihat dengan mata kepala sendiri, ketika ayah saya meninggal dunia, tampaknya ia hanya tertidur, dan saya merasa sangat terhibur. Ini adalah anugerah Allah atas keluarga saya. Saya juga berterima kasih pada gereja yang membantu prosesi pemakaman, sehingga saya dan ibu saya tidak perlu kuatir.
Sekarang (pada saat kesaksian ini dituliskan), suami dan anak saya sedang mencari kebenaran; anak saya sudah menerima Roh Kudus. Puji Tuhan! Kiranya Allah terus menuntun kami agar seluruh keluarga kami dapat menjadi orang Kristen. Saya memohon agar Allah terus menolong saya untuk bersaksi bagi-Nya lebih banyak lagi, agar anugerah-Nya yang berlimpah dapat dibagikan ke lebih banyak orang.
Kiranya segala kemuliaan dan puji syukur dipanjatkan bagi Allah!
(Dikutip dari Holy Spirit Monthly)