Aku Akan Pergi Satu Kali Lagi
Iris Chiang – Garden Grove, California, USA
TEMAN BARU
Pada musim gugur 1999, saya meninggalkan Taiwan menuju San Francisco untuk melanjutkan pendidikan. Di salah satu laboratorium komputer sekolah, saya berteman dengan seseorang yang bekerja di sana, dan ketika dia tahu bahwa saya baru saja tiba di Amerika Serikat, dengan ramah dia menawarkan bantuan.
Saya mengira bahwa dia begitu bersemangat memperhatikan saya karena dia menyukai saya. Tapi herannya, saya kemudian menyadari bahwa dia juga suka menolong orang lain. Perilakunya membingungkan saya.
Karena dibesarkan di kota besar, saya diajar untuk curiga pada orang dan terbiasa untuk berbohong demi kebaikan. Juga, karena bekerja sebagai wartawan untuk sebuah majalah, saya sudah bertemu dengan banyak orang sukses dan, dari pengalaman-pengalaman mereka, saya cepat belajar tentang sisi buruk masyarakat.
Jadi saya tidak berharap akan bertemu dengan orang selugu teman saya. Saya memutuskan bahwa dia pasti menjalani kehidupan yang sengsara. Tetapi setelah cukup lama memperhatikan dirinya, saya dapat melihat ternyata dia hidup dengan sangat bahagia. Dan setiap kali sesuatu yang baik terjadi, dia akan mengucap syukur kepada Tuhan.
Saya yakin bahwa orang harus bekerja keras dengan mengandalkan diri sendiri dan tidak bersandar kepada Tuhan. Lagipula, apakah Tuhan sungguh-sungguh ada? Saya sudah pergi ke berbagai lembaga keagamaan yang berbeda dan tidak pernah merasakan adanya Tuhan.
PERJUMPAAN PERTAMA
Saya masih ingat saat itu hari Jumat malam ketika saya pergi ke gereja bersama teman ini.
Pengkhotbah menyebutkan banyak mujizat untuk membuktikan keberadaan Tuhan tetapi saya tidak terlalu memikirkan khotbah tersebut. Sebaliknya, saya ingin bertanya apakah dia dapat membuktikan bahwa mujizat-mujizat ini berasal dari kekuatan supranatural.
Pengkhotbah melanjutkan, “Setiap orang telah berdosa. Kita harus mengakui dosa-dosa kita di hadapan Tuhan, berdoa memohon Roh Kudus, dan kelak kita dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga. Pada waktu seseorang menerima Roh Kudus, dia akan berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal.”
Saat itu, saya menyadari bahwa saya mungkin sudah melangkah ke dalam semacam pemujaan.
Ketika khotbah berakhir, pengkhotbah mengundang setiap orang untuk maju ke depan mimbar untuk berdoa. Dia berkata, “Yang sakit atau yang ingin memohon Roh Kudus dapat maju ke depan, dan para hamba Tuhan akan membantu menumpangkan tangan. Kalau Anda berdoa kepada-Nya dengan suara yang keras, Tuhan akan mengabulkan permohonan Anda.” Melihat semua orang berdiri dan maju ke depan, saya menguatkan hati dan maju juga.
Kami berlutut dan, waktu semua orang mulai berdoa, saya langsung mengerti apa maksudnya waktu pengkhotbah meminta jemaat berdoa dengan suara keras. Saya dikejutkan oleh suara doa dalam bahasa lidah, dan ketakutan saya bahwa saya sudah pergi ke gereja yang salah pun semakin terbukti.
Saya terus-menerus berpikir, “Kapan doanya selesai?” Karena seumur hidup belum pernah berlutut selama ini, saya berkeringat dan merasa hampir pingsan. Maka saya berdoa kepada Tuhan, “Tolong hentikanlah doa ini segera. Aku tidak ingin pingsan dan menanggung malu.”
Syukur kepada Tuhan, saya rasa ini adalah mujizat pertama saya – yaitu saya berlutut selama 30 menit dan tidak pingsan. Tapi di dalam hati saya bersumpah bahwa saya tidak akan pernah pergi ke sana lagi.
“Kau Harus Mengalami Iman”
Setelah itu, teman saya berkata, “Kau harus mengalami iman.” Saya menjawab, “Bagaimana caramu mengalami iman?” Katanya, “Kalau kau menerima Roh Kudus, kau akan tahu bahwa Tuhan ada, dan banyak pertanyaanmu akan terjawab.”
Lalu dengan yakin dia berkata, “Alkitab berjanji kepada kita: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu. Carilah, maka kamu akan mendapat. Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Asal kau mau berdoa, Tuhan pasti akan memberimu Roh Kudus.”
Saya masih sangat meragukan keberadaan Roh Kudus. Saya pikir biasanya orang mencari Tuhan di waktu ingin disembuhkan dari penyakit atau waktu mengalami kesulitan hidup.
Saya sangat puas dengan kehidupan saya, dan tidak dapat menemukan satu hal pun yang perlu saya minta dari Tuhan. Saya tidak merasa telah melakukan dosa apa pun yang perlu dimintakan ampunan dari Tuhan. Sepanjang pengetahuan, saya tidak membutuhkan pengampunan Tuhan, dan tidak punya satu pun alasan untuk percaya kepada-Nya.
MUJIZAT SAYA SENDIRI
Meskipun saya terus mempertanyakan agamanya, teman saya tidak pernah putus asa mengajak saya ikut kebaktian. Jadi, saya memberitahunya, “Aku akan pergi satu kali lagi. Tapi kalau kali ini aku tidak merasakan adanya Tuhan, tolong jangan coba-coba lagi meyakinkanku bahwa Tuhan ada atau memintaku pergi ke gereja.”
Saya pergi ke gereja lagi pada hari Sabat. Waktu saya berlutut berdoa dan berkata, “Haleluya! Puji Tuhan,” tangan saya mulai bergetar sedikit. Sekarang saya merasa ingin tahu.
Untuk memastikan bahwa saya tidak menggerakkan tangan saya sendiri, saya memutuskan untuk pergi ke gereja pada minggu berikutnya. Pada hari Sabtu pagi berikutnya, saya bangun dengan perasaan bahwa hari itu saya akan menerima Roh Kudus. Dan seorang saudara membawakan khotbah pagi yang amat menyentuh dan menggugah perasaan saya.
Yang lebih ajaib lagi adalah saya dapat langsung membuka Alkitab untuk mencari ayat yang dia sebut. Bahkan saudari yang menolong saya membuka Alkitab bertanya, “Apakah Anda orang Kristen? Itukah sebabnya Anda begitu terbiasa dengan Alkitab?”
Saya belum pernah membaca Alkitab. Ketika khotbah berakhir, saya merasakan desakan untuk berdoa. Jadi teman saya menyarankan, “Sebelum makan siang ada sesi doa selama 30 menit di kapel.” Saya memutuskan untuk ikut sesi doa.
Saya berlutut di pojok yang tidak ditempati satu orang pun dan berdoa, berkata, “Haleluya! Puji Tuhan.” Tangan saya mulai bergetar sedikit seperti waktu itu. Saya berpikir, “Kalau Tuhan ada, biarkan aku merasakan Dia dan memberiku Roh Kudus!”
Waktu berpikir begitu, saya merasakan seberkas cahaya menyinari saya dari belakang seperti arus hangat. Tangan saya bergetar lebih kencang, dan saya mulai berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal.
Pada saat itulah saya merasakan suatu pesan yang indah memasuki hati saya: kesejahteraan saya dan berkat-berkat dalam kehidupan saya bukanlah berasal dari keberuntungan ataupun ketekunan saya sendiri tetapi dari anugerah Tuhan yang Dia berikan kepada saya dengan cuma-cuma.
Dalam doa, saya memikirkan hubungan saya dengan orang lain. Saya menyadari bahwa saya sering mengalami pertentangan kepentingan dengan orang lain, dan saya harus berjuang untuk mengasihi dan membantu mereka. Tuhan telah membuka mata saya untuk melihat betapa seringnya kepentingan saya sendiri lebih diutamakan daripada kepentingan orang lain.
Semakin khusuk saya berdoa, semakin saya menyadari bahwa saya adalah orang yang berdosa sama seperti semua orang lain. Akhirnya jelaslah bagi saya bahwa Tuhan sungguh-sungguh ada di dunia ini. Dia mengetahui kebimbangan saya. Hanya Dialah yang dapat merendahkan hati saya dan, dalam sekejap, menunjukkan betapa tidak berartinya diri saya dan betapa saya perlu mengetahui dosa-dosa saya sendiri.
Tuhan membuka hati saya untuk memahami bahwa dosa bukanlah ditetapkan oleh standar moral ataupun hukum manusia. Jika saya bukan milik Tuhan, saya adalah budak dosa dunia ini. Dan hanya melalui Yesus Kristuslah dosa-dosa saya dapat diampuni dan dibersihkan.
Pada saat yang sama, Tuhan mengizinkan saya untuk memahami satu pelajaran yang jauh lebih besar daripada dosa – kasih-Nya kepada saya.
SAYA MENJADI MILIK-NYA
Ketika saya menyadari bahwa Tuhan telah mengubah hati saya, air mata saya mulai mengalir tak terbendung, tetapi sukacita dalam hati saya tidaklah serupa dengan apa pun yang pernah saya alami sebelumnya.
Saya merasa seperti domba sesat yang telah menemukan jalan pulang. Ketika lonceng untuk mengakhiri doa berbunyi, saya baru sadar bahwa saya sudah berdoa selama 30 menit. Setelah pengalaman yang ajaib ini, akhirnya saya percaya bahwa inilah gereja-Nya, karena Tuhan tinggal di dalamnya. Puji Tuhan!
Saya pun menjadi milik-Nya ketika menerima baptisan pada bulan Oktober 2000.
Roh Kudus menguatkan saya sehingga saya mau menyelidiki Alkitab dengan rela dan aktif. Saya tahu bahwa hanya dengan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatlah saya dapat menerima sukacita dan damai yang sejati.
Sebelum percaya kepada Tuhan, saya merasa diri bahagia dan diberkati. Tetapi setelah bertobat, saya benar-benar mengerti apa yang dimaksud dengan kebahagiaan sejati. Beriman kepada Tuhan ternyata begitu mencerahkan.
Dia hampir seperti pengawal yang siaga setiap saat dan psikiater yang memperhatikan masalah-masalah saya tanpa meminta bayaran. Yang lebih ajaib lagi adalah saya tidak perlu mengatakan apa pun. Tuhan sudah mengetahui apa yang saya butuhkan melalui doa-doa saya, dan Dia menghibur saya dengan Roh Kudus.
Sering, saya mendapati bahwa apa yang Tuhan berikan jauh melampaui dan jauh lebih banyak dari apa yang saya doakan.
Seberapa mampukah manusia? Dapatkah kita benar-benar mengendalikan hidup kita? Saya tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari saya akan bersaksi bagi Tuhan. Kita tidak boleh menarik kesimpulan mentah tentang hal-hal yang tidak kita pahami.
Tuhan ada di dalam dunia ini. Melalui Roh Kudus yang tinggal di dalam hati, kita dapat merasakan kehadiran-Nya, asalkan kita memberi diri kita kesempatan untuk menerima dan percaya kepada-Nya.
Kiranya segala pujian dan kemuliaan hanya bagi Bapa surgawi kita. Amin.