SAUH BAGI JIWA
Vandalisme Modern
“Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: ‘Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu’” (Yohanes 8:7)
“Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: ‘Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu’” (Yohanes 8:7)
Ketika kita sedang berkendara di jalan besar, kita mungkin pernah melihat ada tembok-tembok di pinggir jalan yang disemprot dengan cat berwarna-warni. Tulisan-tulisan tersebut membuat pemandangan menjadi tidak indah dan berantakan. Apabila dilakukan tanpa izin, hal ini dapat dikategorikan dalam perilaku ‘vandalisme’.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, vandalisme adalah perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam dan sebagainya); perusakan dan penghancuran secara kasar dan ganas. Vandalisme sendiri berasal dari kata vandal, sebutan bangsa Romawi kuno kepada sebuah suku di Jerman yang memiliki kebiasaan merusak dan menistakan segala karya yang indah dan terpuji dengan kejam.
Hal ini mengartikan tindakan vandalisme sebagai perilaku merusak properti, baik milik pribadi maupun umum tanpa adanya izin atau persetujuan dari pemilik properti. Namun, ternyata vandalisme bukan saja dapat dilakukan pada tembok, pohon, dan sebagainya. Tetapi hal ini juga dapat dilakukan terhadap manusia, yaitu dengan cara merusak pribadi seseorang dengan kejam. Contoh sikap nyata dari merusak pribadi seseorang adalah misalnya dengan memfitnah, merendahkan, menghina, ataupun menghakimi. Pada hari ini, kita akan lebih memfokuskan kepada perihal ‘menghakimi’.
Jika seseorang kedapatan berbuat salah, biasanya masyarakat akan atau bahkan telah menghakimi orang bersalah tersebut melebihi hukum yang berlaku. Itu sudah termasuk dalam perilaku vandalisme. Mungkin karena perasaan kesal dan amarah yang sangat memuncak, akhirnya seseorang tidak memedulikan lagi keadaan jiwa atau pribadi orang yang bersalah tersebut. Atau mungkin seseorang merasa hukum yang berlaku seperti tidak adil, maka mereka akan menghakimi orang yang bersalah tersebut dengan hukum versinya sendiri.
Bagaimana dengan Yesus? Ketika ada sebuah kerumunan massa mendatangi Yesus dengan membawa seorang perempuan yang kedapatan berzinah dan mereka meminta pendapat Yesus dengan pertanyaan. Yesus hanya membungkuk, menulis di tanah, kemudian berdiri dan berkata “Bahwa barangsiapa tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu”. Akhirnya seorang demi seorang meninggalkan Yesus dan perempuan itu. Dan Yesus mengampuninya serta memperingatkannya untuk tidak berbuat dosa lagi.
Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang maha pengasih, penyayang, dan pengampun. Kita, sebagai pengikut-Nya, sudah seharusnya mengikuti teladan-Nya ini. Menghakimi orang telah berbuat salah memang sangat mudah, meskipun kita belum mengetahui semua bukti dan fakta yang ada. Kita menyatakan orang lain salah dan berbuat dosa, lalu mengatakan hal-hal yang tidak baik kepadanya atau membicarakan tentangnya kepada orang lain lagi. Hal ini dapat menyebabkan karakter orang tersebut menjadi rusak atau bahkan mati. Maka dari itu, marilah kita tidak menghakimi dan menghina orang lain (Rm 14:10) serta biarkanlah Tuhan yang menghakimi kita semua, karena Dialah yang adil.
Tuhan Yesus menyertai kita semua, amin.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?
Berikut ini adalah Saran Pertanyaan untuk sharing Mezbah Keluarga
Tanggal: 13-14 Desember 2025
1. Bacalah renungan “HANDPHONE YANG MAHA KUASA”
2. Pikirkan sebuah contoh dalam kehidupan sehari-hari atau bergereja, bagaimana handphone dapat menjadi allah lain, yang lebih kita utamakan dari Tuhan. Setiap anggota keluarga boleh berbagi.
3. Berdoalah bersama-sama. Mohon Tuhan Yesus membantu agar kita dapat dengan bijak mempergunakan handphone kita dan tetap mengutamakan Tuhan.
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.