SAUH BAGI JIWA
Kedamaian Dalam Kebutaan
“Engkau akan mati dengan damai. Dan sebagaimana dinyalakan api untuk menghormati bapa-bapa leluhurmu, raja-raja dahulu, yang hidup sebelum engkau, demikianlah orang akan menyalakan api untuk menghormati engkau…” (Yeremia 34:5)
“Engkau akan mati dengan damai. Dan sebagaimana dinyalakan api untuk menghormati bapa-bapa leluhurmu, raja-raja dahulu, yang hidup sebelum engkau, demikianlah orang akan menyalakan api untuk menghormati engkau…” (Yeremia 34:5)
Sering kali kita menunggu sampai Tuhan menghukum kita secara fisik agar kita berbalik dari tingkah laku kita yang tidak baik. Atau bahkan lebih parahnya lagi, kita tidak berbalik sama sekali tapi malah mengeluh kepada Tuhan.
Baru-baru ini saya membaca kitab Yeremia, dan saya menemukan beberapa bagian yang menarik. Tuhan berjanji kepada Raja Zedekia–seorang raja yang tidak mendengarkan firman Tuhan–melalui perkataan Yeremia, bahwa ia akan mati dengan damai (Yer 34:5). Setelah Raja Zedekia menolak untuk menyerah, kota Yerusalem akhirnya jatuh ke tangan raja Babel. Raja Babel membunuh anak-anak Zedekia dan kemudian membutakan mata Zedekia, dan merantainya untuk dibawa ke Babel (Yer 39:6-7).
Apakah Tuhan telah mengingkari janji-Nya? Sepertinya tidak. Jika kita melihat kehidupan Simson, hidupnya penuh dengan ketidaktaatan dan kesombongan, sampai orang Filistin mencungkil matanya. Meskipun ia buta secara fisik, tetapi saya pikir hatinya dapat melihat lebih jelas dari sebelumnya. Ia akhirnya menyadari kesalahannya dan mampu merendahkan dirinya serta memberikan semua kemuliaan kepada Tuhan.
Mungkin ada banyak hal yang terlintas dalam benak Raja Zedekia ketika Yerusalem dikepung, seperti rasa nasionalisme, kehormatan, kejayaan, dan sebagainya. Namun, setelah semua anaknya meninggal di depannya, dan matanya dibutakan, tidak ada yang berarti lagi. Selama sisa hidupnya, dia harus hidup dalam kegelapan fisik, tujuan hidupnya tampaknya hanya makan dan tidur, tanpa melakukan hal lain. Orang yang tersisa untuk diajak bicara hanyalah sipir penjara, dirinya sendiri, dan Tuhan. Mungkin kebutaan fisik adalah satu-satunya cara bagi raja untuk akhirnya mendapatkan kedamaian.
Kita mungkin masih memiliki penglihatan, tapi apakah kita menganggap remeh kemampuan kita untuk melihat dunia yang indah ini? Mata seperti jendela jiwa kita. Ketika kita menerima begitu banyak sampah dari media, itu benar-benar dapat mencemari jiwa kita. Apakah kita benar-benar ingin menunggu sampai Tuhan mengambil hak istimewa tertentu dari kita agar kita menyadari bahwa kita telah bertindak terlalu jauh? Apakah kita benar-benar ingin mengalami kedamaian hanya setelah malapetaka menimpa kita?
Periksalah diri kita sendiri, apakah selama ini kita telah berbuat salah? Jika ya, berbaliklah, sebelum kita bertindak terlalu jauh dan Tuhan harus menegur kita dengan keras agar kita tersadarkan. Marilah kita lebih banyak berjalan dengan iman, dan lebih sedikit dengan penglihatan. Semoga mata rohani kita menjadi lebih tajam, sehingga kita menjalani kehidupan dengan visi yang benar. Kiranya Tuhan Yesus menyertai kita semua. Haleluya!
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?
Berikut ini adalah Saran Pertanyaan untuk sharing Mezbah Keluarga
Tanggal: 15-16 November 2025
1. Bacalah renungan “SEMUA HARUS MELAYANI”
2. Renungkanlah talenta (“kelebihan-kelebihan”) apa saja yang Tuhan berikan kepada Anda. Lalu bagaimanakah Anda bisa menggunakan talenta Anda tersebut dalam pelayanan? Setiap anggota keluarga boleh berbagi.
3. Berdoalah bersama-sama. Mohon Tuhan Yesus membantu agar kita dapat menggunakan talenta kita masing-masing untuk melayani-Nya.
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.