SAUH BAGI JIWA
Uang Bukanlah Segalanya
“Untuk tertawa orang menghidangkan makanan; anggur meriangkan hidup dan uang memungkinkan semuanya itu” (Pengkhotbah 10:19)
“Untuk tertawa orang menghidangkan makanan; anggur meriangkan hidup dan uang memungkinkan semuanya itu” (Pengkhotbah 10:19)
Semua orang membutuhkan uang. Uang memang penting dalam kehidupan kita. Dengan uang, kita dapat membeli makanan, pakaian, dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Uang juga dapat memberikan kenikmatan hidup. Kita dapat memiliki rumah idaman, makan makanan yang enak, berlibur ke tempat-tempat wisata dengan memiliki uang. Oleh karena itu, banyak orang ingin mempunyai banyak uang. Demi memperoleh banyak uang, orang rela menggunakan segenap waktu, tenaga, dan pikiran. Bahkan tidak jarang yang sampai mengabaikan kesehatan demi uang.
Walaupun uang itu penting, janganlah kita menganggap uang itu adalah segalanya. Sesungguhnya ada banyak hal yang tidak dapat dibeli oleh uang, misalnya cinta sejati, kesehatan, dan hal-hal yang berhubungan dengan kerohanian, seperti sukacita yang sesungguhnya, karunia Allah, dan kehidupan kekal di surga.
Di dalam Alkitab ada beberapa contoh yang menunjukkan bahwa uang bukanlah segalanya. Pengkhotbah pasal 2 mencatatkan tentang Salomo yang telah melakukan banyak pekerjaan besar dengan hikmatnya. Salomo juga memiliki harta yang sangat banyak, tapi ia merasa bahwa semua itu adalah sia-sia. Ia menuliskan, “Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari” (Pkh 2:11). Perkataannya ini menunjukkan bahwa hikmat dan kekayaan duniawi tidak dapat memberikan sukacita yang sejati.
Kisah Para Rasul pasal 8 mencatatkan bahwa Simon, seorang penyihir di kota Samaria, menawarkan sejumlah uang kepada Petrus dan Yohanes untuk membeli karunia Roh Kudus. Tapi Petrus menjawab, “Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang” (Kis 8:20).
Yesus juga mengatakan dalam Lukas pasal 18 bahwa orang yang kaya sukar untuk masuk kerajaan Allah. Mengapa? Sebab orang muda dalam pasal tersebut terlalu mencintai hartanya. Harta duniawi telah membelenggunya, sehingga ia tidak dapat meninggalkanya. Orang-orang seperti ini tidak akan dapat memperoleh hidup kekal.
Melalui contoh-contoh di atas, kita melihat bahwa walaupun berguna, harta duniawi hanya dapat memberikan kebahagiaan semu. Harta mungkin dapat memberikan kita kebahagiaan, namun itu hanya terbatas ketika kita masih hidup. Ketika kita meninggal, semuanya itu akan ditinggalkan. Oleh karena itu, janganlah kita bermegah atas harta dan menaruh harapan kepadanya.
Tuhan memperingatkan kita dalam Yeremia 9:23-24, “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.”
Jadi sekarang, setelah kita mengerti bahwa uang bukanlah segalanya, janganlah kita menjadi hamba uang. Jangan mencintai uang lebih daripada Tuhan. Hargai uang hanya sebatas sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup, bukan sebagai tujuan hidup. Kiranya Tuhan menyertai kita selalu. Haleluya!
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?

Berikut ini adalah Saran Pertanyaan untuk sharing Mezbah Keluarga
Tanggal: 18-19 Oktober 2025
1. Bacalah renungan “UANG BUKANLAH SEGALANYA”
2. Menurut Anda, bagaimanakah seseorang yang menjadi “hamba uang”? Lalu bagaimanakah seharusnya sikap kita sebagai orang percaya? (Bacalah referensi dalam Ibrani 13:5).
3. Berdoalah bersama-sama. Mohon Tuhan Yesus membantu agar kita dapat selalu bersyukur dan mencukupkan diri dengan apa yang telah Tuhan beri.
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.