SAUH BAGI JIWA
Moralitas yang Dipertanyakan
“Mereka menggedor-gedor pintu sambil berkata kepada orang tua, pemilik rumah itu: ‘Bawalah ke luar orang yang datang ke rumahmu itu, supaya kami pakai dia.’” (Hakim-Hakim 19:22b)
“Mereka menggedor-gedor pintu sambil berkata kepada orang tua, pemilik rumah itu: ‘Bawalah ke luar orang yang datang ke rumahmu itu, supaya kami pakai dia.’” (Hakim-Hakim 19:22b)
Jika kita aktif menggunakan media sosial atau sering membaca berita, kita mungkin sering mendengar kasus-kasus kriminal. Beberapa kasus bahkan terdengar sangat tidak bermoral–membuat kita bertanya-tanya, “Mengapa ada orang yang tega melakukan hal ini?”
Kitab Hakim-Hakim juga mencatatkan sebuah peristiwa sejarah yang membuat kita dapat mempertanyakan di manakah letak moralitas pada zaman itu. Judul perikop dalam Hakim-Hakim pasal 19 adalah ‘Perbuatan noda di Gibea’. Dalam perikop tersebut, diceritakanlah seorang Lewi yang menjemput gundiknya di Betlehem-Yehuda setelah gundiknya berlaku serong terhadapnya. Singkat cerita, dalam perjalanan pulang setelah menjemput gundiknya, singgahlah mereka di kota Gibea, kota kepunyaan suku Benyamin. Awalnya tidak ada penduduk yang mengajak mereka untuk bermalam di rumah. Sampai suatu saat, datanglah seorang tua yang baru pulang dari padang dan ia mengundang orang Lewi tersebut beserta gundiknya, bujangnya, dan keledainya untuk bermalam di rumahnya.
Lalu, tiba-tiba datanglah orang-orang kota itu yang disebut orang-orang dursila, mengepung rumah tersebut. Mereka menggedor-gedor pintu sambil berkata kepada pemilik rumah untuk membawa tamunya keluar untuk dipakai. Apabila kita membaca ayat ini dalam terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Ibrani, kita akan mengetahui bagaimana orang-orang tersebut—yang adalah laki-laki–meminta orang Lewi itu–yang juga adalah laki-laki–untuk diserahkan agar dapat diperlakukan dengan tidak senonoh.
Perbuatan ini serupa dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang Sodom ketika ada dua malaikat bertamu ke rumah Lot (Kej. 19:4-5). Ya, bangsa Israel pada saat itu sungguh sangat tidak bermoral, bahkan perbuatannya serupa dengan perbuatan orang-orang Sodom yang pada akhirnya dihancurkan oleh Tuhan.
Bukan hanya itu, dalam keadaan terdesak tersebut, sang pemilik rumah menawarkan anaknya untuk diserahkan kepada orang-orang dursila tersebut sebagai ganti tamunya. Pada akhirnya, sang gundiklah yang diserahkan dan diperlakukan dengan tidak baik semalam-malaman, sampai pada akhirnya ia pun meninggal. Baik sang pemilik rumah ataupun orang Lewi tersebut tidak mempunyai rasa kepedulian terhadap sesama mereka. Hal yang mereka utamakan adalah keselamatan mereka sendiri.
Mengapa hal seperti ini dapat terjadi di tengah-tengah bangsa pilihan Tuhan? Karena mereka tidak mempunyai raja (Hak. 19:1). Dalam kitab Hakim-Hakim, kita dapat menemukan beberapa ayat yang menjelaskan bahwa karena tidak ada raja, orang-orang melakukan apa yang menurut pandangan mereka sendiri benar. Tidak ada aturan dan pengingat lagi bagi mereka. Hal ini pun menuntun mereka ke dalam kubangan dosa dan membuat mereka berlaku seperti bangsa kafir.
Dari peristiwa ini kita dapat belajar bahwa kita tidak dapat berjalan tanpa adanya seorang Pemimpin, yang adalah Tuhan. Kita perlu bimbingan dan pimpinan-Nya agar kita dapat berlaku benar dan tidak jatuh ke dalam lubang dosa. Tanpa Tuhan, kita dapat terjatuh dan bukan tidak mungkin moralitas serta kepedulian di antara kita pun dapat menghilang.
Maka, kiranya kita dapat terus mendekat kepada-Nya dan memohon akan pimpinan-Nya setiap hari agar kita dijauhkan dari perbuatan dosa. Apabila kita dapat tetap berlaku benar, kita pun dapat dijauhkan dari kebinasaan seperti yang pernah menimpa kota Sodom. Kiranya Tuhan menyertai kita selalu. Haleluya!
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?

Berikut ini adalah Saran Pertanyaan untuk sharing Mezbah Keluarga
Tanggal: 4-5 Oktober 2025
1. Bacalah renungan “MEMBELA YANG SALAH”
2. Berikan contoh bagaimanakah kita tidak membela yang salah, tetapi sebaliknya kita menasihatinya dengan kasih? Setiap anggota keluarga dapat berbagi pendapatnya.
3. Berdoalah bersama-sama. Mohon Tuhan Yesus membantu agar kita dapat mengasihi setiap orang dengan benar sesuai Firman Tuhan.
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.